Anda di halaman 1dari 14

tujuan dan manfaat filsafat ilmu

JURNAL : TUJUAN DAN MANFAAT FILSAFAT ILMU


Oleh Qurrotul Aini
2227140912

ABSTRAK

Salah satu cabang dari  filsafat ialah kajian mengenai filsafat ilmu. Filsafat
ilmu ini merupakan penerusan  pengembangan darifilsafat pengetahuan. Interaksi
anatara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Dan juga sebaliknya, ilmu tidak
dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Pembahasan filsafat ilmu sangat
penting karena akan mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafat
ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-
nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis,
epistemologi maupun aksiologi. Secara umum, tujuan dari  filsafat ilmu yaitu
untukmembahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan. Sedangkan manfaat kita mempelajari filsafat ilmu adalah untuk
memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu
disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.

Kata Kunci : Filsafat Ilmu, Tujuan Filsafat Ilmu, Manfaat Filsafat Ilmu

A.                Pendahuluan

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat dan
jugasebaliknya, perkembangan ilmu dapatmemperkuat keberadaan filsafat. Filsafat
telah berhasil merubah pola pikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan
mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia
beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi para dewa. Karena itu
para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan
filsafat pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang
bergantung pada rasio. Kejadian alam seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai
kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh
matahari, bulan, dan bumi pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan
menimpa sebagian permukaan bumi.
Menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu bertujuan membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai
dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Pembahasan filsafat ilmu sangat penting karena akan mendorong manusia
untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan
dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu
baik pada tataran ontologis, epistemologis maupun aksiologi.
Untuk itulah penulis mencoba memaparkan  mengenai tujuan dan manfaat
filsafat ilmu sehingga diharapkan  para pembaca dapat memahami
pentingnya filsafat ilmu dalam kehidupan umat manusia.

B.           Pembahasan

1.      Pengertian Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan daribahasa Arab, yang juga diambil daribahasa Yunani; philosophia. Dalam
bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (=
persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (
secara bahasa) adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Ada juga yang  mengurainya dengan kata philare atau philo yang berarti cinta
dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang
diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai
dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami
bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk
mencapai pandai dan cinta pada kebijakan.
Berkaitan dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa keraguan
memberikan satu penegasan bahwa filsafat dalam khazanah Islam menggunakan
rujukan kata yakni falsafah. Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab oleh karena
orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia
dibanding dengan bahasa- bahasa lain ke tanah air Indonesia.  Oleh karenanya
konsistensi yang patut dibangun adalah penyebutan filsafat  dengan kata falsafat.
Pada sisi yang lain kajian filsafat dalam wacana muslim juga sering
menggunakan kalimat padanan hikmah sehingga ilmu filsafat dipadankan dengan
ilmu hikmah. Hikmah  digunakan sebagai bentuk ungkapan untuk menyebut makna
kearifan, kebijaksanaan. sehingga dalam berbagai literatur kitab-kitab klasik
dikatakan bahwa orang yang ahli kearifan disebut Hukama’. Seringkali pula ketika
dikaji dalam berbagai kitab-kitab pesantren muncul ungkapan-ungkapan dalam
sebuah tema dengan konsep yang dalam bahasa arabnya misalnya kalimat ‘wa qala
min ba’di al hukama….” dan juga sejajar dengan kata al-hakim yang mengandung
arti bijaksana.
Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang
juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur
pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau
cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut pengertiannya yang
semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan
pengertiansophia ternyata luas sekali,sophia tidak hanya berarti kearifan saja,
melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang bertumpu pangkal pada
konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebutpseudoilmiah dalam kajian
ilmu.
Secara lughowi (bahasa) filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran.
Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada dari kenyataan-kenyataan yang
paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek
perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan. Maka problem
pengertian filsafat dalam hakekatnya memang merupakan problem falsafi  yang kaya
dengan banyak  konsep dan pengertian.

2.      Hubungan Filsafat dengan Ilmu


Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu
kesatuan, namun dalam perkembangannyamengalami divergensi, dimana dominasi
ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada
upaya untuk memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya
masing-masing, bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat
hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami khazanah intelektual manusia
Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan
ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan
sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, disamping dikalangan ilmuwan sendiri
terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, dimikian juga
dikalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan
tugas filsafat.
Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat
adalah bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam upaya
menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut
baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen
pada kebenaran, Disamping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan
sistematis. Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik
tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan
deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan
klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum
atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara
menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam
berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan
kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh
dan utuh, filsafat lebih tertarik  pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam
mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah
yang lebih luas, filsafat juga mengkaji  hubungan antara temuan-temuan
ilmu  dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat mempunyai
batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang
sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya,
bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat
(Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam
menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan
titik tekan pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang
bersifat empiris dan dapat dibuktikan,filsafat mencoba mencari jawaban terhadap
masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat
spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang
tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis.
Menurut Sidi Gazlba (1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang
dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau
belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang dapat
dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya
ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar
alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Hoesin(1964)
mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat
memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai
wilayah kajiannya sendiri-sendiri.
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia
merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada
hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu
pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama
hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat
ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian
dan telaahannya.

3.      Definisi Filsafat Ilmu


Rosenberg menulis “ Philosophy deals with two sets of questions: First, the
questions that science – physical, biological, social, behavioral –. Second, the
questions about why the sciences cannot answer the first lot of questions”. Dikatakan
bahwa  filsafat dibagi  dalam dua buah pertanyaan utama, pertanyaan pertama
adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan budaya) dan yang kedua
adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu  yang itu tidak terjawab pada
persoalan yang pertama. Dari narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang senantiasa
dipertanyakan yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu
itu disusun dan dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan diskusi
ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh filsafat dan
yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu.
Beberapa penjelasan mengenai filsafat tentang
pengetahuan.  Dipertanyakanlah hal-hal misalnya : Apa itu pengetahuan? Dari mana
asalnya?  Apa ada kepastian dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau
dugaan belaka? Teori pengetahuan menjadi inti diskusi, apa hakekat pengetahuan,
apa unsur-unsur pembentuk pengetahuan, bagaimana menyusun dan
mengelompokkan pengetahuan, apa batas-bataspengetahuan, dan juga apa saja yang
menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan. Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian
dan telaahnya.  Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang menyangkut sebuah
system pengetahuan yang di dalamnya terdapat  hubungan relasional antara,
pengetahu /yang mengetahui (the Knower) dan yang  terketahui /yang diketahui (the
known) dan juga antara pengamat (the observer)  dengan yang diamati (the
observed).
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam
berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara
filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu
berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi
pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam  sejumlah literatur
kajian Filsafat Ilmu.
· Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current
scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of
science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat
ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah
dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian
cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
· Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of
scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific
enterprise as a whole.(Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai
suatu keseluruhan)
· Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the
nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its
place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati
yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka
umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
· Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations
between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang
logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan
teori, yakni tentang metode ilmiah.)
-    May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral
analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis
dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
· Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for
science what philosophy in general does for the whole of human experience.
Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about
man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other,
it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action,
including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error.
(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa
yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal
yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk
teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan
kesalahan.
· Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to
elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational
procedures, patens of argument, methods of representation and calculation,
metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their
validity from the points of view of formal logic, practical methodology and
metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-
prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan
perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya
menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika
formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Dari paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan  bahwa pengertian filsafat
ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2) sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah
3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah
4) sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan  ilmiah
Selanjutnya John Losee dalam bukunya yang berjudul,A Historical Introduction to
the Philosophy of Science, Fourth edition,  mengungkapkan bahwa :  The
philosopher of science seeks answers to such questions as:
· What characteristics distinguish scientific inquiry from other types of investigation?
· What procedures should scientists follow in investigating nature?
· What conditions must be satisfied for a scientific explanation to be correct?
· What is the cognitive status of scientific laws and principles?
Dari ungkapan tersebut terdapat sebuah konsep bahwa tugas dari pemikir filsafat
ilmu itu  untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan persoalan yang
menyangkut: pertama, apa yang menjadi perbedaaan ilmiah karakteristik type
masing – masing ilmu antara satu ilmu dengan ilmu lainnya melalu
penelitian. Kedua  Prosedur apa yang harus dilakukan secara ilmiah dalam
melakukan penelitian atas kenyataan yang terjadi di alam?, Ketiga apa
yang  mestinya  dilakukan dalam mendapatkan penjelasan ilmiah  untuk melakukan
penelitian dan eksperimen itu ? Dan keempat  apakah teori itu dapat diambil sebagai
konsep dan prinsip-prinsip ilmiah?.
Sehingga sketsa filsafat ilmu dapat digambarkan dalam bentuk table sebagai
berikut :
Level Discipline Subject matter
2 philosophy Analysis of the
of science  procedures and logic of
scientific explanation
1 Science Explanation of facts
0 facts

Dengan memperhatikan tabel diatas secara jelas ditampilkan bahwa filsafat ilmu
menempati level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan semuanya
pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama bangunan
segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta sementara filsafat ilmu itu
subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis dari ilmu (Analysis of
the Procedures and Logic of Scientific Explanation).

4.      Lingkup Filsafat Ilmu


Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat
ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan
kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan? (Landasan ontologis)Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan
yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)Untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional ? (Landasan aksiologis).
Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis Psillos and martin
Curd menjelaskan bahwa filsafat ilmu secara umum menjawab
pertanyaan – pertanyaan yang meliputi :
Apa tujuan dari ilmu  dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana
membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
Bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman
konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat
dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?Apa saja yang membangun
struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya causation(sebab-akibat dan illat),
eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen, model, reduksi dan sejumlah
probabilitas-probalitasnya?.Apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu?
Apa fungsi eksperimen ? apakah ada kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup
kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam kebijakan  dan bagaimana semua itu
dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan factor-faktor gender?
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup pembahasan
yang meliputi: cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu, pembahasan
mengenai landasan epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan
aksiologis dari sebuah ilmu.

5.      Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu


Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal.  Obyek materialadalah
apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material
adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang
dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri,
yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung
jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang
sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang
bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten danefisien, maka
dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam
dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu
yangtersirat ingin dinyatakan secaratersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan
hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi prosesabstraksi, sehingga
yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu
kalimat pertama Aristoteles dalamMetaphysica. Obyek materialnya adalah gejala
"manusia tahu".  Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-
musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"),
"kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"),
"abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah
pengetahuan.   Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek
material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab
pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan.  Kekhususan gejala ilmu
pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu
terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur,
metode,  dan validitas ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu
pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.

6.       Problema Filsafat Ilmu


Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar dengan diskusi yang berkaitan dengan
landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis
dan aksiologis. Untuk Telaah tentang problema substansi Filsafat Ilmu,  yaitu
substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth),
(3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
Permasalahan atau problema filsafat ilmu mencakup : pertama problema
ontology ilmu, perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada
landasan ontologism (apa yang terjadi) kedua, problem epistemology, adalah
bahasan tentang asal muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi landasan berfikir
validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan metode
untuk menghasilkan kebenaran) ketiga problem aksiologi. Implikasi etis, aspek
estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam
peradaban manusia. Ketiganya digunakan sebagai landasan penelaahan ilmu.   

7.      Tujuan Filsafat Ilmu


a.       Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi
kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus
memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat
menghindarkan diri dari sikap solipsistik, menganggap bahwa hanya pendapatnya
yang paling benar.
b.      Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah
menerapkan suatu metode ilmiah  tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan
itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah
yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya.
Metode hanya saran berpikir, bukan merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
c.       Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas
penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode tersebut.
Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
d.      Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa
memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
e.       Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai
bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra
historis.
f.       Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan
non ilmiah.
g.      Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalamiilmu
dan mengembangkannya.
h.      Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama
tidak ada pertentangan.
i.        Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu
(misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan
masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut
misalnya masalah euthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat dilematis dan
problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer, pemalsuan terhadap
hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam karya ilmiah.

8.      Manfaat Filsafat Ilmu


Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
a.  Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara
gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya  tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyarisnyaris
tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat
ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai
semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari
filsafat ilmumaka para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak
terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap
keterbukaan diri di kalangan ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan
mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat
manusia.
b. Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis.
Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan
spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
c. Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai
epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong
pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
d. Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi.
Melalui paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai
etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala
macam ilmu dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan
manusia, namun juga untuk kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
e. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan
bersikap sempit dan tertutup.
f. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai
problem.
g. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam
hubungannya dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
h. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik
i. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir
secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari
keberadaan kita.
j. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup
secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat
pemecahannya.
k. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung
egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan
kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
l. Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis,
hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya
akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa
yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari
kebenaran.
m. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama
dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi,
ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
n. Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar
mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos
dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu
membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
o. Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang
ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
p. Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin
ilmu yang ditekuni.
q. Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
r. Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio,
pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya
untuk mencapai hidup yang sejahtera.
s. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa
ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaranMenghidarkan diri dari
egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.

9.      Pentingnya Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa


Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswasangat penting, karena beberapa manfaat yang
dapat dirasakan, antara lain :
a.       Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk untuk berpikir kritis
terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari
sumber-sumber lainnya.
b.      Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai
calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian
ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman
yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai
landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
c.       Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan
bekerja, mereka pasti berhadapan denagn berbagai masalah dalam pekerjaannya.
Untuk memecahkan masalah diperlukan kemempuan berpikir kritis dalam
menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam
konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
d.      Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang
dikemukakan.
e.       Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).
Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi,
perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
f.       Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
C.    Kesimpulan

1.      Kesimpulan
a.       Pengertian Filsafat, Filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran
b.      Hubungan Filsafat dengan Ilmu, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan
dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah
yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif,
c.       Definisi Filsafat Ilmu, Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan
suatu bidang pengetahuan integratif yang eksistensi dan pemekarannya bergantung
pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Uhar Suharsa. 2004. Filsafat Ilmu


http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/ruang-lingkup-filsafat-ilmu-
2/. http://alhelya746.blogspot.com/2013/05/manfaat-belajar-filsafat.html.
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/filsafat-ilmu-dan-tujuannya.html.
http://ff.pancabudi.ac.id/news/manfaat-dan-makna-filsafat-ilmu-.html.
Muhlisin. Filsafat dan Filsafat ilmu
http://www.scibd.com/doc/23935573/FILSAFAT-ILMU.
Mustansyir, Rizal. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001.

Anda mungkin juga menyukai