Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329465384

FILSAFAT ILMU DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Article · December 2018

CITATIONS READS
0 9,089

1 author:

Fauziyatun Ummah
IAIN MADURA
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

perkembangan pendidikan View project

All content following this page was uploaded by Fauziyatun Ummah on 07 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


FILSAFAT ILMU DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Fauziyatun Ummah
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Syariah IAIN Madura
Emiel : fauziyatun856@gmail.com
Abstrak
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsaafat di Yunani
menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya
lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan. Dengan filsafat, pola pikir yang
selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang
tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan dan
bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga baying-bayang bulan menimpa
sebagian permukaan bumi.
Kata Kunci: Filsafat, ilmu dan pendidikan

A. PENDAHULUAN
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan filsafat, kita akan memperoleh
berbagai pengetahuan dan hikmat. Karena ilmu akan memberikan kepada kita
pengetahuan dan filsafat akan memberi kita hikmat. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa filsafat meliputi lima cabang pembahasan yakni: logika, estetika,
etika, politika dan metafisika. Dengan jelas dapat kita amati bahwa bersama
perjalanan waktu ilmu pengetahuan berjalan maju dengan pesatnya, sementara
filsafat berjalan lambat dan pelan. Hal ini disebabkan karena filsafat lebih banyak
memikul beban yang berat daripada ilmu. Karena tugas filsafat adalah
menyelesaikan porsoalan-persoalan yang belum mendapatkan penyelesaiannya
dalam bidang ilmu/dalam lapangan ilmu. Diantara persoalan-persoalan pelik yang
harus diselesaikan filsafat adalah penentuan mana yang baik mana yang buruk,
disamping filsafat juga mencari dan menentukan sampai dimana batas kebebasan,
dan lebih dari itu iapun membicarakan masalah-masalah hidup dan mati. Oleh
sebab itu setiap ilmu sebenarnya selalu dimulai dengan filsafat dan berkesudahan
sebagai seni. Ia tumbuh dalam hypothesis tinjauan ilmu dan terus mengalir
menurutkan arus kemajuan. Sedangkan filsafat adalah sebagai interpretasi dari
sesuatu yang belum dikenal dengan sungguh-sungguh sebagai adanya dalam
lapangan etika dan filsafat politik, ]ika keduanya menjadi terang, maka
sesungguhnya yang membawanya ke tempat terang adalah filsafat sehingga
menjadilah ia ilmu. Itulah sebabnya ilmu dikatakan dimulai dari filsafat dan
berakhir sebagai seni.

1
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansi
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil
mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan
metosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa yunani dan bangsa lain di dunia
beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa.
karenanya para dewa harus dihormati sekaligus ditakuti kemudian disembah.
Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola
pikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi
dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam
yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang sejajar,
sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.
Pada artikel ini dideskripsikan tentang filsafat ilmu dalam bidang pendidikan.
Deskripsi filsafat ilmu dalam bidang pendidikan berisi tentang pengertian dan
cabang-cabang filsafat.

B. FILSAFAT ILMU
1. Filsafat
Filsafat sebenarnya berasal dari kata atau bahasa Yunani Philosophia. Dari
kata Philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-pengertian filsafat,
baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari segi
kandungannya.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari kata yunani yang
tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat
(wisdom) orang arab memindahkan kata Yunani Philosophia ke dalam bahasa
mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata arab, yaitu
falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian kata benda
dari kata kerja falsafa seharusnya menjadi falsafah atau filsaf.
Selanjutnya kata filsafat yang banyak terpakai dalam bahasa Indonesia,
menurut Prof. Dr. Harun Nasution bukan berasal dari kata arab falsafah, dan
bukan pula dari kata barat Philosophy. Disini dipertanyakan tentang apakah fil
diambil dari kata barat dan safah dari kata barat, sehingga terjadi gabungan
antara keduanya dan menimbulkan kata filsafat?
Ariwidodo (2011)mengatakan bahwasanya pada suatu sisi ideologi sains
membenarkan adanya perusakan alam, pada sisi lain ia mengesahkan
ktergantungan perempuan dan kewenamgan pria. Ilmu dan maskulinikas
bertautan dalam dominasi atas alam dan sifat feminis, sementyara ideologi ilmu
dan gender saling memperkuat.

2. Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu
diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih (mengatahui sesuatu secara haqiqi).
Dalam bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang

2
pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal
dari bahasa latin dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan
ilmu tetapi sering juga diartikan dengan ilmu pengetahuan, walaupun secara
konseptual mengacu pada makna yang sama.

Ilmu adalah pengatahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara


bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu
adalah sebagai berikut:
 Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu
pada ilmu seumumnya.
 Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengatahuan ilmiah yang
mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus.
Harsoyo mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses historis
dan pendekatannya yaitu:

 Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan atau


kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan.
 Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode
pendekatan seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor
ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
pancaindra manusia.
Lebih jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian ilmu
sebagaimana diungkapkan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berkaitan
dengan pengertian ilmu yaitu :

 Ilmu adalah sejenis pengetahuan.


 Tersusun atau disusun secara sistematis.
 Sistimatisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentu.
 Pemerolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.

3. Filsafat Pendidikan
Filsafat adalah keajaiban hidup yang nyaris tak terbayangkan, bahkan
oleh imajinasi dan nalar terliar filsuf mana pun. Filsafat hadir dan meruang
dalam hidup manusia dengan cara-cara yang sepenuhnya tak terbayangkan
sehingga sejarah filsafat kerap menunjukkan betapa filsafat nyaris tak berbeda
dengan sihir, penuh kejutan dan selalu memesona. Di era yang jauh, disebuah
negeri bernama Yunani, keindahan sihir filsafat dikisahkan kerap merebut
pemuda-pemuda gagah untuk segera meninggalkan masa mudanya, lalu hidup
dan tinggal di dunia yang sepenuhnya sunyi dan bukan apapun.

3
Akan tetapi, sejarah memiliki bukti yang begitu kaya, yang menunjukkan
betapa sejak persentuhan thales dengan filsafat, ia hidup mejadi diri yang
sepenuhnya berbeda dari setiap diri yang hidup di zamannya. Ini menjadi bukti
sekaligus sejarah, betapa diwaktu yang sangat lama, filsafat selalu tidak pernah
kekurangan aspek-aspek eksotis yang menunjuk bahwa filsafat selalu menjadi
hal yang ajaib diantara semua hal yang pernah manusia temukan dalam
hidupnya yang selalu rentan.
Dari periode ke periode, filsafat mampu terus tumbuh dan melewati
batasan-batasan ruang dan waktu yang rumit dan sulit dijelaskan. Filsafat
seakan selalu eksis sehingga dalam situasinya yang terburuk dan tergelap, ia
selalu mampu hadir menjadi sesuatu yang berlimpah serta mengagumkan
siapapun memahaminya. Manusia modern hari ini mungkin bisa berbangga
dengan segala macam capaian dan temuan temuannya.
Kenyataan itu dibuktikan dengan genealogi historis setiap ilmu yang
seluruh nyaris lahir dari dan bermula dari filsafat. Luasnya bidang garapan
filsafat telah melahirkan sebagai macam disiplin-disiplin baru yang
mencengangkan. Dalam persoalan alam semesta misalnya, filsafat melahirkan
sesuatu yang kita kenal sebagai, kosmologi atau filsafat yang membahas alam
semesta, mulai dari asal usul kejadiannya, entitas-entitas yang melingkupinya,
serta prinsip-prinsip utama keteraturannya.
Kenyataan yang sama juga terjadi pada ilmu-ilmu lainnya. Pesiologi
misalnya, jauh sebelum ia menjadi keilmuan yang mendiri, merupakan bagian
dari filsafat, lahir ketika filsafat masuk dan mempersoalkan aspek-aspek
kejiwaan manusia. Hal yang sama juga berlaku pada jenis-jenis disiplin yang
dipandang modern, seperti sosiologi, politik sejarah, antropologi, liquingistik,
atau kedokteran, ataupun pendidikan, yang kesemua itu lahir dan bermula dari
filsafat.
Namun demikian, perlu diketahui bahwa di periode-periode awal,
pendidikan tidak hidup secara terpisah dari filsafat. Pendidikan justru menjadi
bagian yang masuk dalam filsafat.

C. CABANG-CABANG FILSAFAT
Dengan memahami bidang-bidang kajian sistematika filsafat,tampak bahwa
betapa luas cakupan filsafat mengingat segala sesuatu yang ada dapat dijadikan
substansi bagi pemikiran filsafat, namun demikian dalam perkembangannya para
ahli mencoba mengelompokkan cabang-cabang filsafat kedalam beberapa
pengelompokka sehingga tampak lebih focus dan sistematis. Percangan ini pada
dasarnya merupan perkembangan selanjutnya dari pembidangan sistematika
filsafat, seiring makin perkembangannya pemikiran manusia dalam melihat
substansi objek material filsafat dengan titik tekan penelahaan yang berfariasi.
Berikut ini akan dikemukakan pendapat beberapa pakar tentang cabang-cabang
filsafat.
1. Plato (427-347 S.M). membedakan lapangan atau bidang-bidang filsafat
kedalam : 1) dialektika (yang mengandung persoalan idea-idea atau pengertian-

4
pengetian umum),2) fisika (yang mengandung persoalan dunia materi ), 3) etika
(yang mengandung persoalan baik dan buruk).
2. Aristoteles (382-322 S.M). berpendapat bahwa filsafat dapat dibagi kedalam
empat cabang yaitu:
a) Logika ,merupakan ilmu pendahuluan bagi filsafat.
b) Filsafat teoritis. Yang mencakup tiga bidang :1) fisika, 2) matematika ,3)
metafisika.
c) Filsafat praktis mencakup tiga bidang yaitu : 1) etika, 2) ekonomi, 3) politik.
d) Poetika (kesenian).
3. Al farabi. Membagi filsafat kedalam dua bagian yaitu:
a. Filsafat teori. Meliputi matematika,fisika, dan matafisika.
b. Filsafat praktis. Meliputi etika dan politik.
4. Richard A. Hopkin. membahas filsafat kedalam tujuh cabang penelahan yaitu:
a) Etics (etika).
b) Political philosophy (filsafat politik).
c) Metaphisics (metafisika).
d) Philosophy of Religion (filsafat agama).
e) Theiry of Knowledge (teori pengetahuan).
f) Logics (logika).
5. Alburey Castell. Membagi filsafat kedalam:
a. Ketuhanan (theological problem)
b. Metafisika (methaphysical problem)
c. Epistemologi (epistemological problem)
d. Etika (ethical problem)
e. Politik (political problem)
f. Sejarah (historical problem)

D. OBJEK FILSAFAT ILMU


Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga
memiliki objek material dan objek formal tersendiri.
1. Objek Material Filsafat Ilmu
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh
suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material
filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum..
2. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah
objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek
formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengatahuan, artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengatahuan,
seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengatahuan itu bagi manusia? Problem
inilah yang dibicarakan dalam 3 (tiga) landasan atau tiang penyangga bagi

5
eksistensi ilmu dan sekaligus sebagai landasan pengembangan ilmu
pengatahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan akriologis.

a. Landasan Ontologis
Landasan ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat
kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengatahuan ilmiah, yang
tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana yang ‘’ada’’
itu (being sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme
atau spritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya,
merupakan paham ontologis yang pada akhirnya menentukan pendapat
bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana yang
‘’ada’’ sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Landasan ontologis ilmu pengatahuan sangat tergantung pada cara
pandang ilmuan terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah
materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang
dimaksud adalah spirit atau roh, lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora
(Mustansyir dkk., 2001)
Sementara itu, Jujun Suria Sumantri berpenapat juga bahwa landasan
ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain
merupakan suatu perkajian mengenai teori tentang ‘’ada’’.

b. Landasan Epistemologis
Landasan epistemologis ilmu, meliputi sumber, sarana, dan tata cara
menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengatahuan (ilmiah).
Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologic akan dengan sendirinya
mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih.
Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau kombinasi antara
akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam
epistemologik, seperti: rasionalisme, empirisme, kritisme atau rasionalisme
kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan
pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistimologik
beserta tolak ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seperti teori koherensi,
korespondesi, pragmatis,dan teori intersubjektif.
Landasan epistemologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak
penelahaan ilmu pengetahuan didasarkan atas dan prosedur dalam
memperoleh kebeneran.dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmiah.
metode ilmiah secara garis besar dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu
siklus empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode linear untuk ilmu-ilmu
sosial humaniora.

c. Landasan Aksiologis

6
Landasan aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat
normative dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai
kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik material.
Landasan aksiologis mengembangkan ilmu merupakan sikap etis yang
harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktifitas
ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideology yang diantut oleh
masyarakat atau bangsa tempat ilmu itu dikembangkan (Mustansyir dkk.,
2001).

E. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU


Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu
secara umum mengandung manfaat sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap keiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuan harus
memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat
menghindarkan diri dari sikap solidsistik, yakni menganggap hanya
pendapatnya yang paling benar.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan para ilmuan
menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu
pengetahuan itu sendiri.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara logis rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

PENUTUP
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa pengertian filsafat,
ilmu, filsafat pendidikan, cabang-cabang, objek serta manfaatnya. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa filsafat sebenarnya berasal dari kata atau bahasa Yunani
Philosophia. Dari kata Philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-
pengertian filsafat, baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun
dari segi kandungannya.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan
sebagai Idroku syai bi haqiqotih (mengatahui sesuatu secara haqiqi). Dalam bahasa
Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan
knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata
Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan ilmu tetapi sering juga diartikan
dengan ilmu pengetahuan, walaupun secara konseptual mengacu pada makna yang
sama. Ilmu adalah pengatahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem

7
menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-
gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Dari periode ke periode, filsafat mampu terus tumbuh dan melewati batasan-
batasan ruang dan waktu yang rumit dan sulit dijelaskan. Filsafat seakan selalu eksis
sehingga dalam situasinya yang terburuk dan tergelap, ia selalu mampu hadir menjadi
sesuatu yang berlimpah serta mengagumkan siapapun memahaminya. Kenyataan itu
dibuktikan dengan genealogi historis setiap ilmu yang seluruh nyaris lahir dari dan
bermula dari filsafat. Luasnya bidang garapan filsafat telah melahirkan sebagai
macam disiplin-disiplin baru yang mencengangkan. Dalam persoalan alam semesta
misalnya, filsafat melahirkan sesuatu yang kita kenal sebagai, kosmologi atau filsafat
yang membahas alam semesta, mulai dari asal usul kejadiannya, entitas-entitas yang
melingkupinya, serta prinsip-prinsip utama keteraturannya. Namun demikian, perlu
diketahui bahwa di periode-periode awal, pendidikan tidak hidup secara terpisah dari
filsafat. Pendidikan justru menjadi bagian yang masuk dalam filsafat.

DAFTAR PUSTAKA
 Basri, Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009
 Wangsa Gandhi, Teguh, Filsafat Pendidikan: Madzhab-Madzhab Filsafat
Pendidikan, Jakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013
 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Askara, 2015
 Ariwidodo, Eko, Filsafat Ilmu, Malang: STAIN Pamekasan Press, 2009
 Surajiyo, Filsafat dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
 Ariwidodo, Eko. Paradigma Reduksionisme Epistemik dalam Rekayasa
Genetik. Vol.56. No. 4.(2011).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai