Anda di halaman 1dari 4

PENGENALAN FILSAFAT BAHASA

Oleh:
Iyul Julpadlilah 1205020205
Reza Anggraini 1215020174
Sofia Laila Rahmah 1205020181
Saidatul Fitriah 1215020

A. Pengertian Filsafat Bahasa


Asal-usul kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "philosophia." Dari kata
"philosophia" ini, kita dapat memahami berbagai makna filsafat, baik secara etimologi
maupun substansinya. Al-Syaibany berpendapat bahwa filsafat bukan hanya tentang mencari
pengetahuan itu sendiri, melainkan juga tentang memiliki cinta dan tekad untuk mencari
kebijaksanaan, fokus pada pencariannya, dan mengembangkan sikap positif terhadapnya.
Menurut Prof. Dr. Harus Nasution, asal-usul kata "filsafat" berakar dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu "philein," yang berarti cinta, dan "Sophos," yang
berarti hikmat (kebijaksanaan). Orang Arab kemudian memasukkan kata Yunani
"philosophia" ke dalam bahasa mereka dengan mengadaptasinya sesuai dengan pola susunan
kata Arab, yang menghasilkan "Falsafa" dengan pola fa’lala, fa’lalah. Dengan demikian,
kata benda dari kata kerja "falsafa" seharusnya menjadi "falsafah" atau "flisaf." Selanjutnya,
penggunaan kata "filsafat" yang umum dalam Bahasa Indonesia, menurut Prof. Dr. Harun
Nasution, tidak berasal dari kata Arab "falsafah" dan juga bukan dari kata Barat
"philosophy." Ada keraguan apakah "fit" diambil dari kata Barat dan "safah" dari kata Arab,
sehingga menghasilkan gabungan kata "filsafat."
Menurut Thomson, filsafat melibatkan pengamatan komprehensif terhadap semua
permasalahan tanpa membatasi diri pada metode atau alat yang digunakan. Dalam
pandangan ini, penting untuk memahami tujuan dari masalah tersebut, bukan hanya fokus
pada proses atau alat yang digunakan. Filsafat mengharuskan kita untuk secara cermat
menyelidiki aspek-aspek yang lebih dalam dari suatu masalah sebelum kita membuat
penilaian, bahkan terhadap hal-hal yang dianggap sebagai kebenaran umum yang tidak perlu
dipertanyakan. Hal ini menekankan perlunya berpikir secara konsisten dalam pikiran pribadi
dan tidak mengizinkan kompromi dalam usaha untuk mengungkapkan secara menyeluruh
dan tuntas aspek-aspek suatu permasalahan. Inti dari filsafat adalah mencari hakikat dari
masalah tersebut, dan hakikat ini tidak dapat dicapai melalui jalan kompromi.
M Sidi Gazalba mengemukakan beberapa pengertian filsafat menurut para ahli sebagai
berikut:
1. Plato menganggap bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada.
2. Aristoteles berpendapat bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas dari
segala benda, sehingga filsafat menjadi ilmu yang sangat umum.
3. Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal dari seluruh
pengetahuan dan pekerjaan.
4. Al Kindi, seorang ahli pemikiran awal dalam filsafat Islam, membagi filsafat menjadi tiga
lapangan, di antaranya ilmu fisika (ilmu tentang alam) yang merupakan tingkatan
terendah.
Dengan kata lain, para ahli ini memberikan pandangan yang berbeda tentang apa yang
merupakan esensi atau pokok dari filsafat. Plato menekankan aspek pengetahuan tentang
eksistensi, Aristoteles menyoroti penyelidikan tentang sebab dan asas, Kant menyatakan
bahwa filsafat menjadi dasar seluruh pengetahuan, sementara Al Kindi mencirikan tingkatan
terendah dalam filsafat sebagai ilmu fisika. Ini mencerminkan keragaman pandangan tentang
filsafat di kalangan pemikir terkenal(Minabari 2019).
Bahasa dan filsafat merupakan dua elemen yang selalu terkait dan tak terpisahkan,
seperti dua sisi dari sebuah koin. Terutama, peran filsafat adalah untuk menyelidiki konsep-
konsep dan bagaimana konsep-konsep tersebut diekspresikan melalui ahasa. Oleh karena
itu, analisis dalam filsafat selalu berkaitan dengan pemahaman makna yang tersirat dalam
bahasa. Ini terkait erat dengan cara kita menyampaikan dan merumuskan konsep-konsep
seperti keadilan, kebaikan, kebenaran, hakikat keberadaan, dan pertanyaan mendasar
lainnya.
Filsafat bahasa adalah salah satu subdisiplin filsafat yang mulai mendapat perhatian
dan berkembang pada abad ke-20. Pada saat itu, para filosof mulai menyadari bahwa banyak
masalah dan konsep baru dalam filsafat dapat dijelaskan melalui analisis bahasa, mengingat
bahasa merupakan komponen penting dalam eksplorasi filsafat. Meskipun filsafat bahasa
adalah cabang filsafat yang kompleks dan sulit untuk didefinisikan sepenuhnya dalam ruang
lingkupnya, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada topik pembahasan yang jelas dalam filsafat
bahasa. Sebaliknya, para filosof bahasa memiliki berbagai pendekatan yang beragam dan
berfokus pada berbagai aspek. Meskipun pengakuan luas mengenai filsafat bahasa dimulai
pada abad ke-20, penting untuk diingat bahwa kaitan antara filsafat dan bahasa telah ada
sejak zaman kuno Yunani menurut sejarah(Dinata, Budiarti, and Musalwa 2021).

B. Objek Kajian Filsafat Bahasa


Filsafat bahasa adalah salah satu cabang filsafat yang muncul karena ruang lingkup
filsafat mencakup segala hal yang ada dan mungkin ada. Dalam perkembangannya, banyak
cabang-cabang ilmu filsafat bermunculan, termasuk filsafat bahasa. Fokus utama filsafat
bahasa adalah bahasa itu sendiri, yang bisa dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, filsafat
bahasa adalah studi tentang bahasa, dan kedua, filsafat ini berasaskan pada bahasa.
Perbedaan antara filsafat bahasa dan ilmu bahasa biasa terletak pada cara mereka mengamati
objek studi mereka. Ilmu bahasa lebih berfokus pada pengamatan data empiris dan fakta-
fakta bahasa, sedangkan filsafat bahasa lebih luas dan komprehensif dalam melihat aspek-
aspek bahasa.
Filsafat bahasa mengkaji berbagai aspek bahasa, termasuk filsafat analitik bahasa,
sejarah perkembangan filsafat bahasa, serta peran tokoh-tokoh terkemuka dalam
pengembangan cabang filsafat ini. Selain itu, juga mempertimbangkan teori makna, yang
membuatnya berhubungan dengan bidang semantik dalam ilmu bahasa. Filsafat bahasa juga
mengeksplorasi penggunaan dan fungsi bahasa dalam konteks tindakan manusia, serta
mempertimbangkan bahasa sebagai objek material untuk kajian filosofis.(Dasuki et al. 2022)

C. Manfaat Filsafat Bahasa


Berfilsafat adalah berusaha menemukan kebenaran (realitas yang sesungguhnya)
tentang segala sesuatu dengan berpikir serius. Kecakapan berpikir serius sangat diperlukan
oleh setiap orang. Banyak persoalan yang tidak dapat di selesaikan sampai saat ini. Hal ini
dikarenakan karena persoalan tidak ditangani secara serius, hanya diwacanakan saja.
Berfilsafat tentu saja kaitannya tidak hanya dalam satu keilmuan saja tetapi dapat diaplikasikan
terhadap beberapa pendekatan keilmuan, misal logika dalam segi matematika atau segi sosial.
Tidak jarang pemikiran filsafat ini digunakan dalam segi humaniora, misal sastra, bahasa dan
budaya. mempelajari filsafat (termasuk filsafat bahasa) adalah berlatih secara serius untuk
mampu menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi dengan cara menghadapi
persoalan dengan tuntas dan logis. Seseorang tidak akan memiliki kemampuan seperti ini jika
ia tidak melatihnya. Masih banyak manfaat yang dapat kita peroleh dengan mempelajari
bahasa, diantaranya adalah :

a. Menambah pengetahuan baru


Pada manfaat ini seseorang dapat menjadi peka dalam menganalisis penemuan-penemuan
baru yang diangkat menjadi sebuah identifikasi permasalahan. Kepekaan tersebut tidak akan
berjalan ketika keilmuan dasar dalam proses berfikir ilmiah belum dikuasai. Ketika
menguasai bentuk-bentuk kebahasaan dan pemaknaan yang logis, seseorang akan dapat
memiliki kemampuan kritis ketika memahami definisi yang relatif memiliki banyak konsep
pada kalimat yang berbentuk desktiptif. Selain itu dalam kalimat deskriptif terdapat berbagai
istilah yang bersifat khusus, artinya hanya dapat bisa dipahami ketika seseorang sudah
mengusai konsep pemaknaan secara leksikal, gramatikal dan kontekstual.
b. Bisa berpikir logis
Kebenaran data tidak akan diperoleh ketika seseorang tidak berfikir logis terhadap gejala-
gejala yang muncul, baik gejala bahasa yang berbentuk tulis, maupun konteks langsung yang
berbentuk lisan. Berpikir logis juga akan membantu ketika ada sebuah konsep yang hadir
dan konsep tersebut masih berkaitan dengan konsep sebelumnya. Pemahaman pada konsep
sebelumnya akan sangat membantu dan memberikan gambaran pada konsep yang baru.
c. Biasa berpikir analitik dan kritis
Bagian ini masih erat hubungannya dari dua point sebelumnya, ketika kepekaan sudah ada
dan didukung oleh kemampuan berfikir logis, sudah pasti proses penyelesaian permasalahan,
khususnya permasalahan kebahasaan dapat diselesaikan dengan pola berfikir yang analitik
dan dilanjutkan oleh pola yang kritis. bahwa pola pikir analitik akan sangat membantu dalam
memahami proposisi- proposisi dalam sebuah kalimat, baik itu yang berbentuk deskripsi,
argumentasi, atau bahkan yang berbentuk eksposisi.
d. Terlatih untuk menyelesaikan masalah secara kritis, analitik dan logis
Proses berfikir ilmiah tidak bisa didapatkan dengan cara yang instan, proses ini akan
matang ketika dilakukan berkali-kali, serta dipertemukan dengan permasalahan yang bersifat
homogen. Pengalaman dalam memahami sebuah konsep baru akan dibantu ketika seseorang
sudah memiliki pengalaman secara ktitik, analitik dan logis pada sebuah keilmuan yang
sifatnya tataran, misal tataran linguistik yang dimulai dari ilmu fonologi, dilanjutkan ke
morfologi, sintaksis dan terakhir pada tataran semantik dan pragmatik.
e. Melatih berpikir jernih dan cerdas
Banyak yang berpendapat bahwa proses berfikir ilmiah tersebut kadang tidak dilandasi
oleh pola berfikir yang jernih dan cerdas. Kepekaan dalam proses penyelesaian masalah
kadang mengabaikan hal-hal tersebut.
f. Melatih berpikir obyektif
Hal yang paling utama harus dijaga dalam proses berfilsafat adalah tidak berifikir secara
subjektif. Sikap terlalu percaya diri harus diimbangi oleh kemungkinan-kemungkinan yang
timbul dari data dan bentuk pemikiran lain yang ada di sekitarnya. Proses seseorang dapat
mengubah perspektifnya menjadi objektif ketika orang tersebut sudah dapat memahami
berbagai macam fenomenan keilmuan yang dideskripsikan dengan menggunakan bahasa
yang berkonsep analitik dan deskripsi(Dasuki et al. 2022).
DAFTAR PUSTAKA

Dasuki, Mohamad Ramdon, Adam Muhammad Nur, Rai BagusTriadi, and Nasrul. 2022.
“Filsafat Bahasa.” Tengerang Selatan: Universitas Pamulang.
Dinata, Rahmat Satria, Meliza Budiarti, and Musalwa Musalwa. 2021. “FILSAFAT
ANALITIKA BAHASA: Urgensi Filsafat Bahasa Dalam Landasan Filosofis
Pembelajaran Bahasa Arab.” JURNAL AL-AQIDAH 13(2):137–45. doi:
10.15548/ja.v13i2.3195.
Minabari, Khalid Hasan. 2019. “Pengenalan Awal Filsafat Pendidikan Islam (Pengertian,
Ruang Lingkup, Dan Perkembangannya).” Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan
Dan Keislaman 11(2):185. doi: 10.46339/foramadiahi.v11i2.203.

Anda mungkin juga menyukai