Dosen pengampu:
Oleh:
Mohammad Fitrah
02210721015
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka secara garis besar, masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1. apa pengertian Filsafat Ilmu?
2. apa Signifikansi Filsafat Ilmu?
C. Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka secara garis besar, tujuan yang akan
dicapai dalam makalah ini, antara lain:
1. menjelaskan pengertian filsafat ilmu
2. menjelaskan signifikansi filsafat ilmu
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat
Filsafat dalam bahasa inggris,yaitu: philoshopy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa
yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan Sophos (‘hikmah’, kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman praktis, inteligensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Harun Nasution mengatakan bahwa kata
filsafat berasal dari bahasa Arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan
fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution, kata benda dari falsafa seharusnya
falsafah dan filsaf. Menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat,
padahal bukan berarti dari kata Arab falsafah dan bukan dari kata Inggris philosophy.
Harun Nasution mempertanyakan apakah kata fil berasal dari bahasa Inggris dan safah
diambil dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan keduanya, yang kemudian
menimbulkan kata filsafat. Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari
bahasa Arab karena orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa
Indonesia daripada orang dan Bahasa Inggris. Oleh karena itu, dia konsisten
menggunakan kata falsafat, seperti Falsafat Agama dan Falsafat dan Mistisme dalam
Islam. Kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa
Arab, kata filsafat sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian
5
kata Arab yang diindonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti
masjid menjadi masjid dan karamah menjadi keramat. Karena itu, perubahan huruf A
menjadi I dalam kata falsafah bisa ditolelir. Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya.
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang
tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan
galaksi. Atau seseorang, yang berdiri di puncak tinggi memandang ke ngarai dan lembah
di bawahnya. Dia ingin menyiak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya.
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh dari berbagai sudut
pandang. Pengertian filsafat secara terminology bisa sangat beragam baik dalam
ungkapan Maupun titik tekanannya. Bahkan, Moch Hatta dan Langeveld mengatakan
bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan
sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat
terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendiri. Pendapat ini ada benarnya, sebab
intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan pada definisi. Namun, definisi
filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan umtuk memberi arah dan cakupan objek
yang dibahas, terutama yang terkait dengan filsafat ilmu.
2. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wazan fa’ila, yaf’alu, yang
berarti: mengerti, memahami, benar-benar. Dan pengertian ilmu yang terdapat di kamus
bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
6
menurut metode-metode tertentu , yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-
gejala tertentu dibidang pengetahuan.
Adapun beberapa ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain adalah : 1) Ilmu
adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan
dibuktikan. 2) Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan
pengetahuan satu putusan tersendiri,sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide
yang mengacu pada objek (atau alam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis.
3) Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-
teori yang belum sepenuhnya di mantapkan. 4) Di pihak lain, yang sering kali berkaitan
dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang
berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari
ilmu. 5) Ciri hakiki ilmu adalah metodologi, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir
metodis, tertata rapih, dengan menggunakan terminology ilmiah yang disebut mencoba
konsep-konsep ilmu. 6) Kesatuan ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya. Teori
skolastik mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek material dan objek formal.
Yang terdahulu adalah objek konkret yang disimak ilmu. Sedangkan yang belakangan
adalah aspek khusus atau sudut pandang terhadap objek material. Yang mencirikan setiap
ilmu adalah objek formalnya. Sedang objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak
ilmu lain.
7
c. Pengertian Ilmu menurut para ahli
2) Ralph Ross dan Ernest Van den Haag Mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, serta keempat serentaknya.
3) Karl Pearson Mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
4) The Liang Gie: Dia menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah
sebagai berikut : Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu pada
ilmu seumumnya. Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah
yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus
5) Harsoyo Mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses historis dan
pendekatannya yaitu : Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan
atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu
pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
panca indera manusia.
8
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat
otonom. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Setelah dipahami pengertian filsafat, ilmu, dan
pengetahuan, maka dapat diartikan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara
mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa
persoalan hakikat ilmu berikut: a. Pertanyaan landasan ontologis: Objek apa yang
ditelaah? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana korelasi antara
objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang
menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi
pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. b. Pertanyaan landasan epistemologis:
Bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi
ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? c. Pertanyaan landasan aksiologis Untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan
metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara
teknik procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral?.
Steven R. Toulmin memaknai filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian ilmiah, penentuan
argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna menilai dasar-dasar validitas ilmu dari
sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis serta metafisika. Menurut The
Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi kehidupan manusia. Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal
yang penting untuk difahami adalah bahwa filsafat ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan
9
terhadap hal-hal yang berkaitan/menyangkut ilmu, dan bukan kajian di dalam struktur
ilmu itu sendiri. Terdapat beberapa istilah dalam pustaka yang dipadankan dengan
Filsafat ilmu seperti : Theory of science, meta science, methodology, dan science of
science, semua istilah tersebut nampaknya menunjukan perbedaan dalam titik tekan
pembahasan, namun semua itu pada dasarnya tercakup dalam kajian filsafat ilmu .
Sementara itu Gahral Adian mendefinisikan filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang
mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya.
Filsafat ilmu selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar/radikal terhadap
ilmu seperti tentang apa ciri-ciri spesifik yang menyebabkan sesuatu disebut ilmu, serta
apa bedanya ilmu dengan pengetahuan biasa, dan bagaimana cara pemerolehan ilmu,
pertanyaan – pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta mengkaji
asumsi-asumsi ilmu yang biasanya diterima begitu saja (taken for granted), Dengan
demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu atau filsafat ilmu
merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan tentang apa itu
filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu,
sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan seperti landasan ontologis,
epistimologis dan aksiologis. Filsafat ilmu adalah proses berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pendidikan dan bidang
keilmuan tertentu. Filsafat ilmu merupakan perenungan yang mempelajari ilmu secara
lebih mendalam, mengenai sebab akibat dan sebagainya.
B. Signifikansi Filsafat Ilmu Signifikansi atau arti penting Filsafat ilmu adalah suatu
pendalaman tentang filsafat ilmu. Dimana kami memahami signifikansi itu dengan
penjelasan Manfaat dan Tujuan filsafat ilmu untuk melengkapi atau memperjelas ilmu.
10
tidak terperangkap dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap
keterbukaan diri di kalangan ilmuan, sehingga mereka dapat saling menyapa dan
mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat islam.
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara
umum mengandung manfaat sebagai berikut.
a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuan harus memiliki sifat kritis terhadap
bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistic, ya’ni
menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar.
b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi , menguji, mengritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderumgan yang terjadi di kalangan para ilmuan menerapkan
metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengeahuan ilmu itu sendiri. Satu
sikap yang diperlukan di sini adalah menerapkan metode lmiah yang sesuai dengan
struktur ilmu pengetahuan , bukan sebaliknya.
c. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dkembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis-rasional,
agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
11
c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
d. Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu
dan mengembangkannya.
e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak
ada pertentangan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu
perlu menjawab beberapa persoalan seperti landasan ontologis, epistimologis dan aksiologis.
Filsafat ilmu adalah proses berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan proses pendidikan dan bidang keilmuan tertentu. Filsafat ilmu merupakan
perenungan yang mempelajari ilmu secara lebih mendalam, mengenai sebab akibat dan
sebagainya. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara
umum mengandung manfaat sebagai berikut.
1 Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seoang ilmuan harus memiliki sifat kritis terhadap
bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistic, yakni
menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar.
2 Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderumgan yang terjadi di kalangan para ilmuan menerapkan
metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengeahuan ilmu itu sendiri. Satu
sikap yang diperlukan di sini adalah menerapkan metode lmiah yang sesuai dengan
struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya.
3 Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dkembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis-rasional,
agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
13
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri Jujun S., 2010, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan)
Louis O. Kattsoff ,2004, Pengantar Filsafat, Penerjemah Soejono Soemargono (Yogyakata: Tiara
Wacana Yogya)
Drs. Surajiyo, 2007, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia Suatu pengantar (Jakarta: PT
Bumi Aksara,)
14