Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di
Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan
kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan
ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17
tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan
dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu
merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem
filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu
sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-
masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju
dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van
Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-
menjalin dan 1 taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya
dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu
pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge
Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan
manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu
implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu

1
sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis
batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan
suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.
Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini
senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan
batasbatas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis
bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu
(the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah
atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu
terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel
Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari
pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh
ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak
dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan
baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman
(dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap
bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga
memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati
sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya
tidak salah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian filsafat ?
1.2.2 Bagaimana sejarah filsafat yang berkembang di India, China, dan Barat ?
1.2.3 Bagaimana tokoh-tokoh yang berpengaruh dengan filsafat ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian filsafat
1.3.2 Mengetahui sejarah filsafat yang berkembang di India, China, dan Barat
1.3.3 Mengetahui tokoh-tokoh yang berpengaruh dengan filsafat
2
BAB II

PEMBAHASAN

3
2.1 Pengertian Filsafat

Filsafat menurut kamus besar bahasa Indonesia dapat berarti pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan
hukumnya. Filsafat dapat berarti juga teori yang mendasari alam pikiran atau suatu
kegiatan atau juga ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
(Muchsin, 2004)
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal
Bahasa Yunani : philosophia, yang terdiri dari dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan dan kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang
dalam bahasa arab di sebut failasuf. (Amsal Bahtiar, 2004)
Dalam bahasa lain filsafat dikenal dengan sebutan philosophy (Inggris),
philosophie (Prancis dan Belanda), filosofie, wijsbegeerte (Belanda), philosophia
(Latin), kata filsafat diambil dari bahasa arab yaitu falsafah. Secara etimologis, filsafat
berasal dari bahasa Yunani filosofia, merupakan bentukan dari philos atau filo dan
sephia atau sofia. Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis. Kegiatan kefilsafatan
ialah merenung. Tetapi merenung bukanlah melamun. Juga bukan berpikir secara
kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan kefilsafatan ialah percobaan
untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk
memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri.
(Muchsin, 2004)
Berbicara tentang istilah filsafat, sesungguhnya sebagaimana keragaman
pengertiannya istilah ini juga digunakan untuk berbagai objek yang berbeda:
Pertama, istilah filsafat digunakan sebagai nama bidang pengetahuan, yaitu
pengetahuan filsafat, suatu pengetahuan yang ingin mengetahui segala sesuatu secara
mendalam. Kedua, istilah filsafat digunakan untuk menamakan sebuah hasil karya.
Hasil karya yang mendalam dari Plato disebut filsafat Plato, pengetahuan mendalam
dari Ibn Rusyd disebut filsafat Ibn Rusyd, begitu selanjutnya. Ketiga, istilah filsafat
digunakan untuk menunjuk nama suatu keyakinan. Mulder, misalnya pernah
mendefinisikan filsafat sebagai sikap terhadap perjuangan hidup. Keempat, istilah
filsafat digunakan untuk memberi nama suatu usaha untuk menemukan pengetahuan
yang mendalam tentang sesuatu, sebagaimana definisi yang dikemukakan Langeveld
bahwa filsafat adalah kegiatan berfilsafat. Atau menurut Runes, filsafat adalah usaha

4
mencari kebenaran, dan kebenaran itu sendiri adalah filsafat. Kelima, yang paling
dahulu kita kenal, istilah filsafat digunakan untuk menamakan orang yang cinta pada
kebijakan dan ia berusaha mencapainya. Di sini perkataan “ia filosof” berarti ia pencinta
dan pencari kebijakan. Masih ada lagi penggunaan kata filsafat selain itu, kita sering
mendengar orang mengatakan “Ah, kau itu berfilsafat”. Maksudnya ialah orang yang
suka berbelit-belit dalam menguraikan sesuatu. Perkataan berfilsafat dalam hal ini
dalam pengertian yang negative. (Ahmad Tafsir, 2000)
Seseorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi
sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam
kemestaan galaksi. Atau seorang yang berdiri di puncak tinggi memandang arah dan
lembah di bawahnya. (Jujun S. Suriasumantri, 1984)
Jadi jika di telaah lebih mendalam, karakteristik berpikir filsafat memiliki tiga sifat
yang pokok, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Sifat menyeluruh
mengandung arti bahwa cara berpikir filsafat tidaklah sempit (fragmentaris atau
sektoral), tetapi selalu melihat persoalan dari tiap sudut yang ada. Sifat mendasar artinya
bahwa untuk dapat menganalisa tiap sudut persoalan perlu dianalisis secara mendalam.
Sedangkan sifat spekulatif maksudnya bukan menganalisa suatu persoalan dengan
untung-untungan tetapi harus memiliki dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah fisafat berasal dari bahasa arab, karena
orang arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia dari pada
orang dari bahasa Inggris. Oleh karena itu dia konsisten menggunakan kata falsafat,
bukan filsafat. Buku-bukunya mengenai fisafat di tulis dengan falsafat, seperti falsafat
agama dan falsafat dan mistisisme dalam Islam. (Amsal Bahtiar, 2004)
Kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa
arab, kata filsafat sebenarnya bisa di terima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian
kata arab yang diIndonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti
masjid menjadi mesjid, dan karomah menjadi keramat, karena itu perubahan huruf a
menjadi i dalam falsafah bisa di tolelir. Lagi pula dalam kamus bahasa Indonesia, kata
filsafat menunjukkan pengertian yang di maksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof
adalah:
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap
seluruh realitas.
5
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumbernya,
hakikatnya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan
yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda
katakana dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.

Pengertian Filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan


maupuntitik tekanannya. Bahwa, Moh. Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi
filsafat tidak perlu di berikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam
definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seorang meneliti filsafat terlebih dahulu
kemudian menyimpulkan sendiri.
Pendapat ini ada benarnya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan
bukan pada definisi. Namun definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan
untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang terkait dengan
filsafat ilmu.
2.2 Sejarah Filsafat yang Berkembang di India, China, dan Barat
2.2.1 India
Filsafat India merupakan filsafat yang berasal dari timur dekat selatan,
mengapa disebut sebagai filsafat India. Karna India sejak 2000 SM sudah mengenal
yang namanya kebijaksanaan, dalam segi kehidupan dan alam sekitar, sehingga
filsafat India adalah kebijaksanaan yang mengatur kehidupan way of life untuk
kesejahteraan kita hidup didunia ini dengan lebih tenang dan damai. Filsafat India
membagi sejumlah zaman dalam penyebarannya ada empat zaman, yaitu Zaman
Veda, Zaman Epos, Zaman Sutra, dan Zaman Scholastik. Dalam zaman filsafat
India bukan hanya empat zaman itu saja, tetapi masih terdapat sekte dan aliran yang
tersembunyi di masing-masing periode.
Filsafat India mengenalkan pada dunia modern saat ini berupa sebuah ketaatan
dalam beribadah kepada sang maha rsi (kepercayaan hindu) untuk lebih
menenangkan diri dari segala kehidupan duniawi yang fana, filsafat India memiliki
ciri yang sangat khas untuk berkaitan dengan filsafatnya. Banyak tokohtokoh besar
yang mengaplikasikan filsafat India di zaman kontemporer ini seperti, Mahatma
Gandhi sebagai aktivis kemanusiaan dan masih banyak lagi. Kebanyakan bagi para
filsuf India ia tak pernah mempunyai aplikasi untuk menyampaikan risalah

6
kehidupan filsafat untuk masyarakatnya sehingga keterbatasan ini mengakibatkan
filsafat India tidak terkenal seperti filsafat yunani yang membawa perubahan
sampai saat ini.
Perbedaan yang sangat mendasar filsafat timur (India) dengan filsafat barat,
yaitu tentang pemikiran mereka yang mana filsafat barat mengadopsi akal dan
rasional sebagai satusatunya kebenaran yang memberikan perubahan pada
peradabannya, dan filsafat India mengadopsi pemikirannya dari kepercayaan
terhadap dewa mereka (rsi) yang dapat membuat ketenangan dan kedamaian, saling
memaafkan, saling tolongmenolong, saling menjaga alam semesta ini agar tidak
rusak.
2.2.2 China
Filsafat Cina bermula pada masa awal seribu tahun pertama sebelum Masehi.
Pada awal abad ke-8 sampai dengan abad ke-5 sebelum Masehi filsafat Cina
mempunyai ajaran tentang ‘sumber-sumber utama’, lima anasir alam: air, api, kayu,
logam, dan bumi. Pemikir-pemikir kuno Cina mengajarkan bahwa gabungan lima
unsur tersebut menciptakan seluruh keberagaman fenomena dan hal-hal. Ada juga
sistem lain untuk menyingkapkan sumber-sumber utama dunia nyata. Yi King
(Buku tentang perubahaan) juga menyebut delapan sumber utama seperti itu, yang
interaksinya membentuk situasi-situasi realitas yang berbeda. Pada saat yang sama,
terbentuklah doktrin tentang kekuatan yang (aktif) dan yin (pasif) yang berlawanan
dan saling terkait. Aksi dan kedua kekuatan ini dipandang sebagai sebab gerakan
dan perubahan dari alam.
Filsafat Cina kuno terus berkembang dari abad ke-5 sampai ke-3 sebelum
Masehi. Dalam periode inilah aliran-aliran filosofis Cina muncul: Taoisme.
Confucianisrne, Moisme. Banyak pemikir Cina kuno berupaya memecahkan
masalah hubungan logis antara konsep (‘nama’) dan realitas. Hun Tzu, misalnya,
mempertahankan bahwa konsep merupakan refleksi atas gejala dan hal-hal yang
objektif. Kungsun Lun memberikan suatu penjelasan idealis atas masalah itu. Dia
terkenal dari pernyataan-pernyataannya yang menyerupai aporia-aporia
(paradoksparadoks) Zeno, dan karena abstraksi mutlak atas konsep dan
pemisahannya dari realitas. Ajarannya tentang ‘nama-nama’ banyak kesamaan
dengan teori ‘ide’ dan Plato. Teori etis dan politik dari Confcius dan Meng Tzu,
pernyataan anggota lain dan aliran Legalis (Fa Chia) tentang negara dan hukum
menjadi tersebar luas. Itulah Jaman Emas filsafat Cina.

7
2.2.3 Barat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad
ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi
akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak lagi
menggantungkan diri kepada dogma agama untuk mencari jawaban atas yang
pertanyaan-pertanyaan yang muncul .
Sejarah Filsafat Barat bisa dibagi menurut pembagian berikut: Filsafat Klasik,
Abad Pertengahan, Modern dan Kontemporer.
a. Klasik (600 S.M – 500 M) Pra Sokrates”: Thales, Anaximander,
Anaximenes, Pythagoras, Xenophanes, Parmenides, Zeno, Herakleitus,
Empedocles, Democritus, Anaxagoras. Zaman Keemasan: Sokrates, Plato,
Aristoteles Helenisme: Epecureanisme, Stoikisme, dan Skeptisisme.
b. Abad pertengahan (500-1500) Pada abad pertengahan filsafat yang
berkembang banyak membicarakan permasalahan teologis dan alam.
Diatara filosof abad pertengahan adalah: Boethius, Maximus, Peter
Damian, Thomas Aquinas
c. Moderen Filsafat barat modern dimulai pada tahun 1500 yang dapat
dikelompokkan kedalam beberapa periode, yaitu: Renaisans (1500–
1600):pada periode ini tema-tema pemikiran para filosof pada saat itu
berkisar pada masalah humanisme, sosial dan politik. Diantara filosof pada
fase ini adalah: Niccòlo Machiavelli, Sir Francis Bacon, Thomas Hobbes,
7
Periode modern awal (1600–1700):, Pada periode ini didominasi oleh
pemikiran empiris dan rational. Filosof pada periode ini diantaranya: René
Descartes, Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, Galileo Galilei,
Leonardo da Vinci, Jean-Jacques Rousseau, Benedict de Spinoza,
Immanuel Kant
Periode Pencerahan (1700-1900): Pada periode ini filsafat didominasi
pemikiran bertemakan Tuhan, Akal, Alam dan kemanusiaan. Diantara
filosof periode ini adalah: John Locke, George Berkeley, David Hume,
John Stuart Mill, Henry Sidgwick, Karl Marx, Charles Darwin, Georg
Wilhelm Friedrich Hegel, Auguste Comte, Charles Sanders Peirce,
Friedrich Nietzsche.
d. Kontemporer (1900–present). Filsafat pada abad ke-20 di tandai dengan
pemisahan dua tradisi pemikiran, yaitu, analisa logis yang di perkenalkan
8
oleh Locke and Hume, dengan analisa Spekulatif oleh Heggel. Para filosof
pada periode ini seperti; Michel Foucault, Martin Heidegger, Karl Popper,
Bertrand Russell, Jean-Paul Sartre, Albert Camus, Jurgen Habermas,
Richard Rotry, Feyerabend, Jacques Derrida, Mahzab Frankfurt.
Seriing dengan sejarah panjang filsafat, muncul banyak filosof-filosof dari
berbagai penjuru dunia. Baik filsafat barat ataupun filsafat timur saling mengisi dan
saling menkoreksi satu sama lain yang menghasilkan sintesa dan pemahaman baru
bagi manusia dalam memahami diri dan alam sekitaranya. Selama manusia masih
berfikir, maka selama itulah filsafat itu ada.
2.3 Tokoh-tokoh yang Berpengaruh dengan Filsafat
2.3.1 Nietzche
Memasuki millenium baru, abad ke-21, pemikiran filsafat Barat kontemporer
telah berkembang dengan sangat pesat dan beragam. Munculnya berbagai aliran
dalam filsafat di Barat abad ke-20 dan 21 sangat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat
sebelumnya, terutama abad ke-19. Salah seorang filsuf abad ke-19 yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran filsafat abad ke-20 adalah G.W.F.
Nietzsche yang lahir pada tanggal 15 Oktober 1844 dan meninggal pada tanggal 25
Agustus 1900, empat bulan sebelum masuknya abad ke-20.
Nietzcshe terkenal sebagai filsuf yang menyuarakan kebebasan dalam berpikir.
Atas nama kebebasan berpikir itu, Nietzsche telah “memproklamasikan” bahwa
Tuhan telah mati (Gott is tot). Pemikiran Nietzsche menggoyang dan mendongkel
filsafat Barat yang telah mapan, dogma teologi Kristen, serta kebudayaan Barat.
Semua itu dibongkar oleh Nietzsche hingga ke akarnya. Pemikiran yang diutarakan
oleh Nietzsche dengan nada keras seperti badai yang mengancam ketenangan
atmosfir filsafat Barat. Ide filosofis yang disampaikannya menggelisahkan para filsuf
dan teolog. Nietzsche menyangkal berbagai ide filsafat yang telah mapan yang
menurutnya lahir sebagai akibat dari kemalasan berpikir. Segala bentuk kemapanan
berpikir yang tampaknya benar dan tak mungkin digoncang, oleh Nietzsche
dirontokkan seperti bangunan yang digoncang gempa.
Gottfried Benn mengatakan bahwa Nietzsche adalah “gempa bumi bagi generasi
abad ke-19”. Generasi abad ke-20, jika ingin menemukan dan mencari akar filsafat
yang berkembang saat ini, maka mereka harus memahami filsafat Nietzsche
(Sindhunata, 2000:6). Generasi abad ke-20 harus berterimakasih kepada Nietzsche
karena ia telah mendahului satu pemikiran filosofis yang berkembang pada abad ke-
20.
9
Nietzsche tampak telah “ditakdirkan” menjadi filsuf penutup abad ke-19, yang
ditandai dengan tahun meninggalnya yang persis terjadi pada tahun 1900. Dari
berbagai kajian terhadap pemikiran Nietzsche, yang paling banyak dibahas adalah
tentang ateisme, yang berdasarkan pernyataannya bahwa “Tuhan telah mati”. Namun
jika ditelusuri lebih seksama, maka akan ditemukan banyak sekali gagasan Nietzsche
yang mempengaruhi abad ke-20 yang disebut juga abad kontemporer. Untuk
mengetahui gagasan Nietzsche yang berpengaruh terhadap perkembangan filsafat
abad ke-20, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Nietzsche dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1844 di Roecken, Jerman.
Orangtuanya adalah Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849), seorang pastor Lutheran
yang keras dan istrinya Franziska, nama gadisnya Oehler (1826-1897). Ia diberi
nama untuk menghormati kaisar Prusia, Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal
lahir yang sama. Adik perempuannya, Elisabeth, dilahirkan pada tahun 1846. Setelah
kematian ayahnya pada tahun 1849 dan adik laki-lakinya, Ludwig Joseph (1848-
1850), keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale.
Sebagai remaja, Nietzsche memiliki kemampuan istimewa. Ia seorang
pembelajar bahasa yang berbakat dan juga seorang musisi yang terampil memainkan
berbagai alat musik. Sebagai pelajar, Nietzsche kehilangan keyakinannya terhadap
agama Kristen sejak usia yang masih sangat muda. Sebagai akibatnya, Nietzsche
meninggalkan pelajaran teologi untuk kemudian lebih menekuni kebudayaan klasik.
Pada usia 25 tahun, yaitu tahun 1869, Nietzsche diangkat sebagai profesor filologi
klasik di Universitas Basel.
2.3.2 Socrates
Socrates adalah seorang tokoh filosuf Yunani Klasik yang mendobrak
keterbelakangan corak berpikir bangsa Yunani yang cenderung bersikap nihilisme
karena pengaruh filsafat sofistik yang dikembangkan oleh Pyhthagoras dan Gorgias,
sehingga dunia pengetahuan di Yunani mulai mengalami kemundurankemunduran,
kalau pada masa kemajuan Mesir Kuno dan Mesopotamia bangsa Yunani mengalami
kemunduran dalam alam pikiran serta ilmu pengetahuan karena adanya
Mitologimitologi, maka pada zaman Socrates kemunduran terjadi karena sikap apatis
dan zumud dikarenakan akibat adanya gerakan filsafat sofistik yang cenderung
bersikap nihilisme yang merelativitaskan segala sesuatu.
Kira-kira selama dua ribu tahun, para filosof membangun fondasi falsafahnya
sehingga mengguncang filsafat dunia barat, para filosof klasik muncul untuk
membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang
10
waktu itu mengalami pendangkalan dan melemahnya tanggungjawab manusia karena
pengaruh negatif dari para filosof aliran sofisme.
Socrates hadir dengan memberikan semangat baru dalam pemikiran ilmu
pengetahuan Yunani tentang arti pentingnya kehidupan filsafat yang mengedepankan
kemampuan mengolah akal-pikiran dalam dunia ilmu pengetahuan, yang mana
kehadiran socrates dengan semangat barunya itulah menjadi motivasi kehadiran
filosof seperti Plato dan Aristoteles sehingga bangsa Yunani memasuki fase baru
dalam filsafat yakni kemunculan filsafat Klasik. Socrates adalah seorang yang
menjadi batas pengantara atau masa perubahan antara para filsuf “pra Socrates” dan
Filsuf Yunani selanjutnya (Muhammad Alfan:2013:17) yang lebih dikenal orang
dengan periode Filsafat Klasik sebagai bentuk periode kebangkitan kedua bangsa
Yunani dalam bidang ilmu pengetahuan yang dimotori oleh para filosuf-filosuf.
2.3.3 Plato
Plato lahir pada tahun 428/7 SM dalam suatu keluarga terkemuka di Athena.
Ayahnya bernama Ariston seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir
Athena yang hidup sekitar 1068 SM yang sangat dikagumi rakyatnya oleh karena
kecakapan dan kebijaksanaannya memerintah Athena, dan ibunya bernama
Priktione. Keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena yang
hidup sekitar seratus tahun lebih awal dari Priktione. (K. Berthens, 1976)
Sesudah Ariston meninggal, Priktione dinikahi pamannya yang bernama
Pyrilampes. Plato meninggal di Athena pada tahun 347 SM dalam usia 80 thun. Plato
berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting
dalam politik Athena. (J.H Rapar, 1988)
Sebuah keluarga bangsawan Athena yang kayaraya, yang hidup ketika Yunani
menjadi pusat kebudayaan besar selama empat abad. Generasi orang tua dan
kakeknya sudah hidup selama setengah abad kebangkitan Athena menuju kebesaran
dan kekuasaannya yang paling hebat, dan secara langsung keluarga Plato terlibat
aktif dalam kehidupan politik di kotanya. (David Melling, 2002)
Masa keemasan Athena, masa Pericles, yang bertahan antara 445-431 SM
muncul sebagai citra kesempurnaan dalam kehidupan peradaban manusia. Bisa
dikatakan bahwa dunia Barat telah memiliki kisah cinta yang panjang dengan
Athena, sebagai teladan dan model, dibandingkan kota-kota lain dalam sejarah
manusia, kecuali mungkin Yerusalem. Hubungan dengan Yerusalem di sini bukan
sebagai kota ideal, melainkan hanya dalam hal penghargaan kepada orang besar yang
hidup di Yerusalem dan kejadian-kejadian suci di sana. Kenapa Athena dianggap
11
kota kuno yang memiliki kisah cinta yang panjang? Athena adalah teladan demokrasi
pertama, Athena adalah kota yang dianugrahi keunggulan pikiran dan tubuh manusia,
filsafat, seni dan ilmu pengetahuan, serta berseminya seni kehidupan. (T.Z Lavine,
2002)
Plato pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadiorang Negara. Tetapi
perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk
mengkuti jalan hidup yang diinginkannya itu. Nama Plato yang sebenarnya ialah
Aristokles, kemudian ia diberi nama baru oleh guru pelatih senamnya "Plato". Plato
dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda "platos" (kelebarannya/lebarnya) yang
dibentuk dari kata sifat "platus" yang berarti (lebar). Dengan demikian, nama "Plato"
berarti "si lebar". Julukan yang diberikan pelatih senamnya itu begitu cepat populer
dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama resmi yang
diabadikannya lewat seluruh karyanya. (Mohammad Hatta, 1986)
Plato memperoleh nama baru itu berhubungan dengan bahunya yang lebar,
sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap. Raut mukanya, tubuh serta
parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang
cantik. Bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya. Tubuh yang besar dan
sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya
menunjukkan seolah-olah Plato mau mengisi dunia ini dengan cita-citanya.
2.3.4 Aristoteles
Pria yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 sM. Inilah orang
pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang
dilakukaknya dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang
saat ini seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan
pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana
Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal ketika Aristoteles
berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh Proxenus, pamanya-
saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik Plato di Athena.
Dari situlahia kemudian menjadi murid Plato selama 20 tahun
Dengan meninggalnya Plato pada tahun 347 sM. Aristoteles meninggalkan
Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan
akademi di Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal.
Ia lalu menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang
anak laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun
12
berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi guru
Alexander Agung selama 3 thun.
Di Lyceum, Athena pada tahuan 355 sM. Ia juga mendirikan semacam akademi.
Di sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan
eksperimen serta membuat catatan-catatn dengan tekun dan cermat.
Pada tahun 323 sM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang
yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke
Chalcis. Tapi ajal emmang tal menganl tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau
ajal sydah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu
tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada usia
62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani. Hasil murni karya
Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih tetap
bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil
ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang
mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan
renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul
merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis tentang astronomi,
zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap
karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya, merupakan,
sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari para asisten yang
spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian lagi
merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri.Untuk menjadi seorang ahli
paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan yang ajaib dan tak ada
duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai oleh
Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam
tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan metafisika,
psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan, puisi, adat-
istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu proyek penyelidikannya
adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk studi bandingan.
Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah
penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri
cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir
Aristoteles yang memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak
bidang ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-
jenisnya yang kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan.
13
Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrim.
Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah
barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh
menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi
yang begitu luas. Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari
sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman
dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-
filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat.
Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam
dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu
Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba
merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya
Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil
mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari
perbuatan macam melainkan juga rasionil. Baginya yang sensitif dan vegetatif itu
kena rusak maka karena itu akan mati, adapun rasionil tidaklah kena mati, karena
merupakan roh. Bagian yang roh dan bagian yang mendukung budinya ini akan terus
ada, setelah manusia meninggal. Menurut Aristoteles tujuan tertinggi yang dicapai
ialah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan kebahagiaan yang subjektif,
tetapi suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga segala sesuatu yang termasuk
keadaan bahagia itu terdapat pada manusia. Tujuan yang dikejar adalah demi
kepentingan diri sendiri, bukan demi kepentingan orang lain. Isi kebahagiaan tiap
makhluk yang berbuat ialah, bahwa perbuatan sendiri bersifatnya khusus itu
disempurnakan. Jadi kebahagiaan manusia terletak disini, bahwa aktifitas yang khas
miliknya sebagai manusia itu disempurnakan. Padahal cirri khas manusia ialah
bahwa ia adalah makhluk rasional. Jadi puncak perbuatan kesusilaan manusia
terletak dalam perkiraan murni. Kebahagiaan manusia yang tertinggi, yang dikejar
oleh tiap manusia ialah berpikir murni. Tetapi puncak itu hanya dicapai oleh para
dewa, manusia hanya dapat mencoba mendekatinya dengan mengatur keinginannya.
Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia
setuju dengan gurunya bahwa kuda tertentu “berubah” (menjadi besar dan tegap,
misalnya), dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa
bentuk nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk
manusia sesudah melihat (mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak
14
memiliki eksistensinya sendiri: idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada
(sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-benda.
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato,
realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut
Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita.
Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya
bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran
dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang
membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia
kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia
tidak ada idea-bawaan. Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk
mendapatkan kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu
metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-
deduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa
pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam Aristoteles adalah guru
Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran dalam wilayah yang
sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya. Dengan itu, Helenisme
(Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan pemikiran
filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga. Aristoteles menempatkan
filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika
atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai organon (“alat”) untuk sampai
kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam theoria
yang membawa kepada praxis. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya
secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani,
zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara
sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh
Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity
(oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell), dan The
Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-masing merupakan produk
refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang tersedia dalam zamannya
masing-masing.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu
yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal.
Pengertian ini merupakan kumpulan dari pendapat para ahli mengenai filsafat.
Sedangkan kedudukan filsafat dalam pengetahuan adalah kedudukan filsafat dalam
pengetahuan itu sendiri ialah filsafat bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
3.2 Saran
Mahasiswa harus lebih giat membaca dalam mempelajari filsafat ilmu, karena banyak
sekali kata yang sulit dipahami. Mahasiswa juga harus mempunyai rasa keingintahuan
yang tinggi, karena di filsafat ilmu banyak sekali hal hal menarik. Mahasiswa juga harus
memahami materi filsafat ilmu tentang sejarah beserta tokoh-tokohnya, agar melatih
dalam menyusun skripsi.

16
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K., 2002. Filsafat Kontemporer: Inggris-Jerman. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Collinson, D. 2001 Lima Puluh Filosof Dunia Yang Menggerakkan (Fifty Major
Philosophers, 1987) diterjemahkan oleh Ilzamudin Ma’mur dan Mufti Ali. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Daruni, Endang, TT. 2002. Pandangan Hidup W. F. Nietzsche. Yogyakarta : Yayasan
Pembina Fakultas Filsafat UGM.
Deleuze, G. 2002. Filsafat Nietzsche, diterjemahkan dari“Nietzsche and Philosophy”
oleh Basuki Heri Winarno. Yogyakarta : Ikon Teralitera.
Endraswara, Suwardi. Dr.,M.Hum. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : CAPS.
Hamersma, H. 1983. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta : PT Gramedia.
Robinson, D. 2002. Nietzsche dan Posmodernisme, terjemahan: Sigit Jatmiko.
Yogyakarta : Jendela.
Russel, B. 2002. Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-politik Zaman
Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sutardjo Adisusilo. 2013. Sejarah Pemikiran Barat Dari yang klasik sampai yang
modern. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Wahyu Murtiningsih. 2012. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Yogyakarta :
IRCiSoD.

17

Anda mungkin juga menyukai