Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah sumber dan dasar dari cabang-cabang filsafat yang lain
termasuk didalamnya adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dari berbagai kalangan
filsuf dianggap sebagai suatu cabang filsafat yang sangat penting dan mesti
dipelajari secara mendalam. Filsafat tentunnya sangat berbeda dengan ilmu
karena untuk mengkaji dan mengetahui apakah sesuatu itu adalah ilmu ternyata
dasarnya adalah dengan jalan berfikir secara mendalam atau berkontemplasi.
Dalam perumusan suatu ilmu ataupun pengetahuan sebelum secara
konkrit disebut sebagai ilmu dan pengetahuan tentunya ada rumusan yang
dianggap mampu memberikan nilai-nilai yang mendekati suatu kesempurnaan
berfikir sehingga pada akhirnya sesuatu itu dikatakan sebagai ilmu atau
pengetahuan. Dalam kajian itu pula ternyata harus melalui suatu proses yang
oleh parah ahli disebut berfilsafat.
 Filsafat secara umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara
khusus terdapat banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari berbagai segi
yaitu menggunakan rationalisme atau mengagungkan akal, materialisme atau
mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme
mengagungkan kesenangan.
Filsafat ilmu dan filsafat tidak dapat dipisahkan bahkan jikalau
diibaratkan keduanya seperti mata uang logam atau dua sisi yang saling terkait.
Untuk memahami secara umum kedua sisi tersebut maka perlu pemisahan dua
hal itu yaitu filsafat ilmu disatu sisi sebagai disiplin ilmu dan disisi lain sebagai
landasan filosofis bagi proses keilmuan.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari
ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang
memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada

1
umumnya dan filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia
merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata
tertib dengan bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu
persoalan, yakni berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis,
pemahaman deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan
ini, Idris, Saifullah; Ramly, Fuad(2016) mengutip dari Plato (427–347 SM),
bahwa pengertian Filsafat adalah sebagai pengetahuan tentang segala yang ada,
serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Berfikir yang
ada maksudnya sesuai yang riil yang ada dilapangan bersifat asli sampai
menuju kebenaran yang asli (mendalam) bahkan sampai melewati batas-batas
fisik atau yang disebut metafisis.
 Sedangkan Ilmu dapat disimpulkan sebagai sebagian pengetahuan
yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris,
universal, obyektif, dapat diukur, terbuka dan komulatif (tersusun timbun).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Apakah pengertian Filsafat dan Ilmu pengetahuan?
2. Apakah ada hubungan antara filsafat ilmu dengan perkembangan ilmu
pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan ilmu pengetahuan?
2. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dengan kembangan ilmu
pengetahuan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan


1. Pengertian Filsafat
Secara etimologis kata “Filsafat” berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
dari kata “philo” (cinta) dan”sophia” (kebenaran). Menurut I.R.
Pudjawijatna (1963: 1), “Filo” artinya cinta dalam arti yang seluas-
luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang
diinginkannya itu. Adapun “Sofia” artinya kebijaksanaan, bijaksana
artinya pandai, mengerti dengan mendalam. Jadi menurut namanya saja
Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta
kebijaksanaan. Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai
suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari
hal-hal yang bijaksana. Bijaksana mengandung dua makna, yaitu baik dan
benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah
sesuatu yang berdimensi rasional. Maka sesuatu yang bijaksana adalah
sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu
berusaha untuk
berpikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran. Berpikir dalam
Filsafat bukan sembarang berpikir, namun berpikir secara radikal sampai
ke akar-akarnya (akar atau inti persoalan atau kenyataan).

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Kata “Ilmu”berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata ‘ilmuyang
merupakan masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu
ataumengetahui. Sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai
idrakusyai’ bi haqiqatihi (mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam
BahasaInggris ilmu biasanya disepadankan dengan kata science,
sedangkanpengetahuan dengan kata knowledge. Kata science berasal dari
BahasaLatin, yaitu dari kata scire,yang berarti tahu. Istilah
tersebutumumnya diartikan dengan “Ilmu”, tetapi sering juga

3
diartikandengan “Ilmu Pengetahuan”, meskipun secara konseptual
mengacupada makna yang sama.Untuk lebih memahami pengertian Ilmu
(science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :
a. Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala- gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
(Depdikbud,1989)
b. Aristoteles memandang ilmu sebagai pengetahuan demonstratif
tentang sebab- sebab hal. (Bagus, 1996).
c. Ilmu merupakan alat untuk mewujudkan tujuan politis secara efektif
dan alamiah. (Suriasumantri, 1986).

B. Hubungan Filsafat Dengan Perkebangan Ilmu Pengetahuan


1. Hubungan filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada
permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir
seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.
Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian
menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan
munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi
perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian
dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu
pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan
dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa
dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu
bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono
(1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi

4
dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh
mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri
dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu
pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh
karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985),
bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-
menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat
benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian
dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan
semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa
peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual
maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang
timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu
sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin
kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu
terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang
lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta
mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang
filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan
pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of
the sciences).

5
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena
pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”,
maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama
diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini
didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang
berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu
atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat
dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu.
Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan
mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono
dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah
karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan
satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati
sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya
argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982),
dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara
ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan
marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri.
Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah
ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah
hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat
diandalkan.
Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita
lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah
ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992).
Ilmu Filsafat
1. Segi-segi yang dipelajari dibatasi 1. Mencoba merumuskan pertanyaan

6
agar dihasilkan rumusan-rumusan atas jawaban.
yang pasti 2. Mencari prinsip-prinsip umum,
2. Obyek penelitian yang terbatas tidak membatasi segi pandangannya
3. Tidak menilai obyek dari suatu bahkan cenderung memandang
sistem nilai tertentu. segala sesuatu secara umum dan
4. Bertugas memberikan jawaban keseluruhan yang ada.
3. Menilai obyek renungan dengan
suatu makna, misalkan, religi,
kesusilaan, keadilan dsb.
4. Bertugas mengintegrasikan ilmu-
ilmu

2. Hubungan Filsafat Dengan Cabang-Cabang Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan sebagai produk berpikir merupakan obor dan semen
peradaban dimana manusia menemukan dirinya dan menghayati hidup
dengan lebih sempurna. Berbagai peralatan dikembangkan manusia untuk
meningkatkan kualitas hidupnya dengan jalan menerapkan pengetahuan
yang diperolehnya. Proses penemuan dan penerapan itulah yang
menghasilkan kapak dan batu zaman dulu sampai komputer zaman
sekarang. Berbagai masalah memasuki benak pemikiran manusia dalam
menghadapi kenyataan hidup sehari-hari dan beragam buah pemikiran
telah dihasilkan sebagai bagian dari sejarah kebudayaannya. Meskipun
kelihatannya betapa banyak dan keanekaragamnya buah pemikiran itu,
namun pada hakekatnya upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan
didasarkan pada tiga masalah pokok yakni: Apakah yang ingin kita
ketahui? (ontologi) Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan?
(epismotologi) dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita?
(aksiologi).
Pertanyaan tersebut kelihatannya sederhana, tetapi mencangkup
sebuah permasalahan besar yang menyangkut hak asasi. Berbagai buah
pemikiran besar sebenarnya banyak dihasilkan dari serangkaian tiga

7
pertanyaan tadi. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia.
Sehingga ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan dari
pengetahuan yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran tertentu.
Filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu), meta
science (adi-ilmu), science of science (ilmu tentang ilmu). The Liang Gie
mendefinisikan bahwa filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala kehidupan manusia.

3. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan


Kedudukan filasafat dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai
kedudukan central,asal atau pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula
merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk
mencapai kebenaran atau pengetahuaaan. Lambat laun sesuai dengan
sifatnya, manusia tidak pernah merasa puas dengan meninjau sesuatu hal
dari beberapa sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-
hal yang khusus. Kemudian pembahasan tentang kedudukan atau
hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berfikir filosofis dan
berfikiran akan melengkapi uraian ini dengan piaget tentang
etismologigenetis yaitu fase-fase berfikir dan pikiran manusia mengambil
contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga
dewasa.

4. Peranan Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi
untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu,
sampai membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara
subtantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan
disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif.
Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi,
pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep
tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.

8
Sedangkan kajian yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi
hakekat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti;
ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan
tersebut, bila dikaitkan dengan ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu
itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik
tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap
dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan
ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan
terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka
lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud
adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria.
Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh
kebenaran. Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa kedudukan
filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan terletak pada ontologi dan
epistemologinya ilmu pengetahuan tersebut. Ontologi titik tolaknya pada
penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian
filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu
pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap
realitas.
Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah
pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit
atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Dan epistimologi
titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas
cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.

5. Perbedaan filsafat dan ilmu


a. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu
segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu
(pengetahuan ilmia) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu
hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan

9
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam
disiplin tertentu.
b. Objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat non-fragmentaris,
karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas,
mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris,
spesifik dan insentif. Di samping itu, objek formal ilmu itu bersifat
teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.
c. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangkan ilmu
haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena
itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan
filsafat timbul dari nilainya.
d. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu
bersifat diskurtsif, yaitu menguraikan seara logis yang dimulai dari
tidak tahu menjadi tahu.
e. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak dan
mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak mendalam, yang lebih dekat
yang sekunder (secondary cause).

10
BAB II
PENUTUP

 Kesimpulan
Filsafat mempunyai arti yang sangat komplek dari yang ada menuju
pemikiran yang mendalam sehingga tujuannya akan terlaksana. Dan memiliki
hubungan antara cabang-cabang ilmu pengetahuan lain seperti untuk menjebatani
dan mewadahi perbedaan-perbedaan yang muncul dari cabang-cabang ilmu
pengetahuan tersebut.
Filsafat berperan sebagai induk yang melahirkan dan membantu agar ilmu
pengetahuan itu dapat hidup dan mengalami perkembangan.

11
Daftar Pustaka

Achmad Sanusi,.(1998 ), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian :


Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Bandung.
Adib,Muhammad,(2010), Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Idris, Saifullah; Ramly, Fuad (2016), Dimensi filsafat ilmu dalam diskursus
integrasi ilmu, Darussalam Publising, Yogyakarta.
http://ratnopunya.blogspot.com/2010/01/persamaan-perbedaan-dan-tujuan-
filsafat.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Ilmu
SetyaWidyawati (2013), Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan, Volume
11. No.1

12
MAKALAH

HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENGEMBANGAN ILMU

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Metode Berfikir yang


Dosen Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd

Disusun Oleh :

Amin 18086030016
Nuryanti 18086030017

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH IAIN SYEKH NURJATI
CIREBON 2018

13
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................................i
Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah .........................................................................................................1


2. Rumusan Masalah .........................................................................................................2
3. Tujuan dan Kegunaan .........................................................................................................2

Bab II Pembahasan

1. Pengertian Filsafat .........................................................................................................3


2. Pengertian Ilmu .........................................................................................................4
3. Hubungan filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan........................................................4
4. Hubungan Filsafat Dengan Cabang-Cabang Ilmu Pengetahuan....................................7
5. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan...............................................................8
6. Peranan Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan...................................8
7. Perbedaan filsafat dan ilmu............................................................................................9

Bab III Penutup

Kesimpulan ................................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka.................................................................................................................................12

14

Anda mungkin juga menyukai