A. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan terdiri dari
kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang
berarti kebijaksanaan.
Secara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan
(kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan). Namun pertanyaan kita selanjutnya
adalah bagaimana kita mendefinisi filsafat itu sendiri? Hamersma (1981: 10) mengatakan
bahwa Filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh
kenyataan Jadi, dari definisi ini nampak bahwa kajian filsafat itu sendiri adalah realitas hidup
manusia yang dijelaskan secara ilmiah guna memperoleh pemaknaan menuju “hakikat
kebenaran”.
Sebenarnya, pengertian tentang filsafat cukup beragam. Titus et.al (dalam
Muntasyir&Munir, 2002: 3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, sebagai
berikut:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi (arti formal).
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha
untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan
sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif)
4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak
filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.
5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia
dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.[14]
C. FILSAFAT ILMU
Menurut Beerling (1985; 1-2) filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Dia merupakan suatu bentuk
pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan atau secondary reflexion.
Refleksi sekunder seperti itu merupakan syarat mutlak untuk menentang bahaya yang
menjurus kepada keadaan cerai berai serta pertumbuhan yang tidak seimbang dari ilmu-ilmu
yang ada.
Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat
pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana
adanya”. Will Duran dalam bukunya The story of Philosophy mengibaratkan bahwa filsafat
seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan
infanteri inilah sebagai pengetahuan yang di antaranya ilmu. Filsafat yang memenangkan
tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.
1. PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan dipahami dan di definisikan secara
beraga. Berikut ini beberapa definisi tentang pengetahuan.
1. Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua
milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu.
2. Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun
yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
3. Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk
didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental
yang secara langsung dan tak langsung memperkaya kehidupan kita.
Ruang Lingkup pengetahuan secara ontology, epistomologi dan aksiologi ada tiga yaitu
Ilmu, Agama dan Seni pada skema berikut:
2. ILMU (SCIENCE)
Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan mensitematisasikan
sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan
sehari-hari. Namun sesuatu itu dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal.
Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua objek
tersebut. Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva yang dengan melakukannya umat manusia
memperoleh suatu lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan
kemudian serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya.
Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontology ilmu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Jadi masih
dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa
objek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu
sendiri.
Berdasarkan skema di atas terlihat bahwa ilmu melingkupi tiga bidang pokok yaitu ilmu
pengetahuan abstrak, ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan humanis. Ilmu
pengetahuan abstrak meliputi metafisika, logika, dan matematika. Ilmu pengetahuan alam
meliputi Fisika, kimia, biologi, kedokteran, geografi, dan lain sebagainya.[19]