Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kanker Paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).
Kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
(bronchogenic carcinoma).1 Di antara penyakit keganasan, kanker paru primer merupakan
penyebab kematian yang paling utama di dunia. Setiap tahun terdapat lebih dari 1.8 juta kasus
kanker paru di dunia yang menyebabkan kematian sekitar 1.5 juta orang. Di Indonesia, kanker
paru menempati urutan kedua sebanyak 21.8% sebagai penyebab kematian akibat kanker pada
laki-laki sedangkan pada perempuan peringkat keempat sebnyak 9.1%.2 Kematian akibat kanker
di Indonesia pada laki-laki yaitu 103.100 kematian dan sebanyak 21,8% dari jumlah ini akibat
kanker trachea, bronkus dan paru, sedangkan pada perempuan terdapat 92.200 kematian akibat
kanker dan sebanyak 9,1% akibat kanker trakea, bronkus dan paru.3 Jumlah kasus kanker paru di
Ruang Paru Terpadu RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2017 berjumlah 282 kasus.4

Deteksi dini kanker paru diperlukan dalam penemuan sesegera mungkin pasien melalui
pemeriksaan non invasif maupun invasif sesuai dengan alur deteksi dini kanker Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia.(PDPI). Erkihe dkk telah melakukan penelitian untuk menemukan sel
kanker paru melalui pemeriksaan sitologi sputum.10 Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan
dilakukan setiap 4 bulan,angka positif untuk cara ini adalah 60%. Pemeriksaan sitologi sputum,
pencitraan (foto Rotgen dada dan Computed Tomography Scan dada), sitologi cairan pleura
maupun sitologi cairan bronkus diperlukan dalam deteksi dini kanker paru. Seiring kemajuan
teknologi kedokteran, Low Dose Computed Tomography (LDCT) menjadi pilihan non invasif
dalam mendeteksi kanker paru. 5,6,16

Penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai
dengan adanya keterbatasan aliran udara.7 Salah satu faktor resiko penyebab PPOK adalah
pajanan asap rokok. PPOK eksaserbasi menghasilkan sputum yang produktif. 7,8 Spirometri
adalah alat ukur objektif untuk menilai hambatan aliran udara di saluran pernapasan.
Pemeriksaan spirometri diperlukan untuk menilai fungsi paru dan derajat PPOK. 11 Jumlah Kasus

1
PPOK di ruang rawat inap paru terpadu RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2017
berjumlah 40 kasus.4

Efusi pleura adalah cairan patologis yang terdapat di rongga pleura. Efusi pleura dapat
dijumpai pada kanker paru. Sekitar 40% penderita kanker paru yang telah menyebar mengalami
efusi pleura. Jumlah kasus efusi pleura di ruang rawat inap paru terpadu RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau tahun 2017 berjumlah 60 kasus.4,20

Data penelitian menyebutkan bahwa angka tahan hidup 5 tahun pasien pada stage I sebesar
60%, amat kontras dengan stage IV yang hanya sebesar 5 %.6 Pasien kanker paru pada stadium
awal jarang memberikan keluhan khas yang mengganggu aktivitas hidup pasien sehingga
seringkali pasien datang menemui petugas kesehatan setelah keluhan memberat dan berada pada
stage lanjut.1 Rerata pasien PPOK berkembang menjadi kanker paru sebanyak 1 % tiap tahun
yang berhubungan dengan faktor genetik hingga kebiasaan merokok.13

Inflamasi kronik pada PPOK memiliki jalur patogenisis yang sama dengan kanker paru,
yakni trasnformasi inflamasi kronik berkontribusi menjadi keganasan. Kerusakan sel epitel
saluran napas disertai dengan perubahan sel yang tinggi dapat mengakibatkan efek karsinogenik
DNA.14 Efusi pleura dapat ditemukan pada kanker paru.Timbulnya efusi pleura pada keganasan
secara garis besar dibagi menjadi mekanisme langsung dan tidak langsung. 10 Persamaan faktor
resiko pajanan asap rokok yang bersifat karsinogenik terhadap kanker paru dan PPOK menjadi
dasar pemikiran peneliti untuk mengetahui pengaruh PPOK terhadap kanker paru serta efusi
pleura yang pada umumnya dapat terjadi pada kanker paru. PPOK dan efusi pleura yang tidak
mendapat manajemn terapi yang tepat dapat menimbulkan gangguan pernapasan apalagi bila
ditemukan pada pasien kanker paru. Oleh karena itu, Pengaruh PPOK dan efusi pleura terhadap
kanker paru perlu diketahui untuk penatalaksanaan kualitas hidup pasien lebih baik. 1,5,6,18,20

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adakah pengaruh penyakit paru obstruksi kronik dan efusi pleura terhadap kanker paru ?

2
1.2 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui pengaruh penyakit paru obstruksi kronik dan efusi pleura terhadap kanker paru

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui pengaruh penyakit paru obstruksi kronik terhadap kanker paru
2. Untuk mengetahui pengaruh efusi pleura terhadap kanker paru
3. Untuk mengetahui pengaruh penyakit paru obstruksi kronik dan efusi pleura terhadap
kanker paru

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang akan didapatkan pada penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi peneliti


Menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh penyakit paru obstruksi kronik dan efusi
pleura terhadap kanker paru serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.

2. Manfaat bagi rumah sakit


Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan atau bahan pertimbangan dalam manajemen
diagnosis dan penatalaksanaan kanker paru

3. Manfaat bagi instansi kesehatan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pelayanan kesehatan perifer dalam
managemen pasien kanker paru dengan penyakit paru obstruksi kronik dan efusi pleura

4. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui pengaruk penyakit paru
obstruksi kronik dan efusi pleura terhadap pasien kanker paru

3
5. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi mengenai pengaruh penyakit paru obstruksi kronik dan efusi pleura
terhadap kanker paru

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI

4
Kanker adalah pertumbuhan sel secara cepat dan tidak terkontrol yang dapat
mempengaruhi hampir sebagian dari fungsi tubuh. Kanker Paru adalah tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma).1,3
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) penyakit paru kronik yang ditandai dengan
adanya keterbatasan aliran udara yang persisten dan umumnya bersifat progresif, berhubungan
dengan respons inflamasi kronik yang berlebihan pada saluran napas dan parenkim paru akibat
gas atau partikel berbahaya. PPOK eksaserbasi didefinisikan sebagai kondisi akut yang ditandai
dengan perburukan gejala respirasi dari variasi gejala normal harian dan membutuhkan
perubahan terapi. Eksaserbasi dan komorbid berkontribusi pada derajat penyakit. Spirometri
membantu mengukur faal paru.7
Efusi pleura adalah cairan patologis yang terdapat di rongga pleura. Efusi pleura dapat
dijumpai pada kanker paru. Efusi pleura yang disebabkan oleh proses keganasan,baik
primer,sekunder atau metastasis,volume melebihi volume normal dan umumnya cairan berupa
eksudat yang tidak selalu terdapat sel tumor ganas pada pemeriksaan sitologi dan/atau histologi
melalui biopsi pleura disebut efusi pleura ganas. Punksi pleura dilakukan untuk memperoleh
sampel analisis cairan pleura dan sitologi cairan pleura. Skema diagnosis efusi pleura seperti
pada gambar 3.1 4,18,20

5
Gambar 1. Skema diagnosis efusi pleuraganas menurut pedoman PDPI

2.2 ETIOLOGI
2.2.1 Kanker Paru
Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi
sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dengan
gen tumor suppressor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Perubahan atau mutasi
gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen
tumor suppressor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Paparan zat
karsinogenik pada lingkungan perlu mendapat perhatian karena beresiko menimbulkan kanker
paru. Faktor resiko kanker paru berdasarkan umur,jenis kelamin,genetic,riwayat pajanan asap
rokok maupun inhalasi zat karsinogenik1,3

6
2.2.2 PPOK
PPOK seringkali timbul pada usia pertengahan berhubungan dengan berbagai faktor
resiko seperti merokok, polusi udara, usia, dan lain-lain. Eksaserbasi sering terjadi pada pasien
PPOK yang dicetuskan oleh infeksi bakteri atau virus, polusi lingkungan atau faktor lain yang
belum diketahui. Selama gejala sesak napas meningkat karena peningkatan hiperinflasi, air
trapping dan penurunan aliran udara. 7

2.2.3 Efusi Pleura


Efusi pleura bisa disebabkan karena proses infeksi dan non infeksi. Efusi pleura terbagi
antara eksudat dan transudat. Efusi pleura dapat terjadi pada satu sisi pleura maupun kedua sisi
pleura. Sekitar 40% penderita kanker paru yang telah menyebar luas mengalami efusi pleura.4,18,20

2.3 PATOFISIOLOGI
Kanker paru terjadi akibat muatsi gen. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau
yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya
hilangnya heterogeniti kromosom juga diduga sebagi mekanisme ketidaknormalan pertumbuhan
sel pada sel kanker. Berdasarkan berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang
berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan
kelompok gen tumor suppresor antara lain gen p53,gen rb. Sedangkan perubahan kromosom
pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker.1,3
Inflamasi saluran napas pada pasien PPOK merupakan amplifikasi dari respon inflamasi
normal akibat iritasi kronik seperti asap rokok. Sel inflamasi PPOK ditandai dengan pola
peradangan yang melibatkan jumlah sel CD8+ (sitotoksik), Limfosit Tc 1 yang hanya terjadi
pada perokok,Bersama sel neutrophil, makrofag melepaskan mediator inflamasi dan enzim yang
berinteraksi dengan sel salutan napas, parenkim paru dan vascular paru.7 Inflamasi kronik pada
PPOK memiliki jalur patogenisis yang sama dengan kanker paru, yakni trasnformasi inflamasi
kronik berkontribusi menjadi keganasan. Kerusakan sel epitel saluran napas disertai dengan
perubahan sel yang tinggi dapat mengakibatkan efek karsinogenik dan merusak struktur DNA.14

Efusi pleura secara garis besar terjadi akbat mekanisme langsung dan tidak langsung.
Mekanisme langsung terjadi oleh karena peningkatan permeabilitas permukaan pleura,obstruksi

7
kelenjar getah bening,obstruksi bronkus yang mengakibatkan penurunan tekanna intrapleural.
Mekanisme tidak langsung antara lain hyponatremia,emboli paru serta pascaradioterapi.

2.4 DIAGNOSIS
Diagnosis kanker paru ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (laboratorium,radiologi,pemeriksaan khusus invasif, patologi anatomi).
Hasil pasti kanker paru ditentukan berdasarkan pemeriksaan sitologi / histologi untuk
menentukan jenis kanker. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk
menentukan lokasi tumor serta penderajatan sebagai acuan untuk menetapkan kebijakan
penatalaksanaan dan prognosis pasien.1,3
Keluhan dan gejala penyakit kanker paru tidak spesifik, seperti batuk darah , batuk
kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang dapat dijumpai pada penyakit paru lainnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan deteksi dini terhadap kelompok resiko tinggi kanker paru agar
penemuan kasus bisa lebih awal. Sasaran untuk resiko tinggi yaitu laki-laki usia lebih dari 40
tahun, perokok,terpapar zat industri tertentu, memiliki keluhan seperti batuk darah, batuk kronik,
sesak napas, nyeri dada, dan berat badan menurun. Selain itu, golongan perokok pasif dengan
salah satu gejala klinis diatas juga perlu diwaspadai.1,3,6 Penegakkan diagnosis pasien kanker paru
dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium darah,sputum,patologi anatomik,pemeriksaan radiologi ( foto toraks, Computed
Tomography, Ultrasonography), serta pemeriksaan khusus invasif lainnya.
PPOK dan kanker paru memiliki kesamaan dalam hal resiko akibat pajanan asap rokok
dan zat karsinogenik. Kejadian eksaserbasi pada PPOK memberikan gejala klinis yang patut
diwaspadai terhadap resiko terjadinya kanker paru..6,7
Pemeriksaan sitologi sputum merupakan prosedur pemeriksaan dahak (mukus yang
dibatukkan dari dalam paru) kemudian diperiksa di bawah mikroskop5,6 Sputum yang diambil
adalah dahak yang dibatukkan pertama kali di pagi hari, ditampung dalam wadah steril bermulut
besar dengan penutup. Selanjutnya, sputum dipoles pada kaca objek, difiksasi, dan diamati
dibawah mikroskop pada laboratorium patologi anatomi. Pemeriksaan sitologi sputum ini
ditunjukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru. Sputum yang
mengandung runtuhan sel dari peradangan trakeobronkial sehingga mungkin saja terdapat sel –
sel malignan yang menunjukkan adanya karsinoma. Tidak ditemukannnya sel ini pada

8
pemeriksaan sitologi sputum bukan berarti tidak ada tumor atau tumor yang dapat meruntuhkan
sel.6,11

Spirometri merupakan alat ukur objektif terhadap batasan aliran udara pernapasan.
Pemeriksaaan ini tidak invasif dan hasil pemeriksaan bisa langsung didapatkan. Spirometri
mengukur kapasitas vital paksa (KVP), volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1), serta
ratio antara FEV1/KVP. Pengukuran nilai spirometri dievaluasi berdasarkan usia, berat badan,
jenis kelamin, dan ras. PPOK berdasarkan hasil spirometri sesuai panduan GOLD (Global
initiative for chronic Obstructive Lung Disease) diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan yakni;
ringan (prediksi VEP1 ≥80%), sedang ( prediksi 50% < VEP1 < 80%), berat (prediksi 30% <
VEP1 < 50%), dan sangat berat ( prediksi VEP1 < 30%). Pada kesimpulan akhir pemeriksaan
spirometri pada pasien PPOK ditemukan adanya obstruksi.11

Efusi pleura yang disebabkan oleh proses keganasan,baik primer,sekunder atau


metastasis,volume melebihi volume normal dan umumnya cairan berupa eksudat yang tidak
selalu terdapat sel tumor ganas pada pemeriksaan sitologi dan/atau histologi melalui biopsi
pleura disebut efusi pleura ganas. Punksi pleura dilakukan untuk memperoleh sampel analisis
cairan pleura dan sitologi cairan pleura. 4,18,20

Resiko seseorang untuk mengalami kanker paru dapat dievaluasi dengan melihat
beberapa hal, yakni faktor usia, jenis kelamin, predisposisi menderita kanker secara genetik,
penggunaan tembakau, dan pajanan agen toksik di rumah atau di tempat kerja. 2 Ada beberapa
penyakit di bagian paru yang terjadi akibat penggunaan tembakau maupun pajanan zat toksik
seperti Penyakit Paru obstruksi kronik (PPOK), Intertitial Lung Disease (ILD), Pneumoconiosis,
dan lain sebagainya.3 Sekitar 75% psien dengan kanker paru mencari pertolongan medis ketika
sudah memiliki gejala akibat penyakit yang lanjut atau akibat metastasis. Mereka ini umumnya
telah didiagnosis sebagai penyakit paru lain atau telah mendapatkan pengobatan.1,3,5

Bila dilakukan anamnesis lebih teliti, kebanyakan dari pasien PPOK memiliki resiko
tinggi untuk kanker paru. Sebagian besar studi menunjukkan bahwa penyakit ini berhubungan
dengan kebiasaan merokok. Keluhan sesak napas pada pasien dapat dijumpai telah terjadi efusi
pleura dengan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan kanker paru.Oleh karena itu, upaya
pencegahan primer kanker paru adalah tidak merokok atau berhenti merokok sesegera mungkin.

9
Upaya pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini untuk menemukan penyakit kanker
paru dalam stadium dini, ketika kanker masih berukuran amat kecil, belum menginvasi jaringan
sekitarnya dan belum menyebar. Deteksi dini kanker paru dapat dilakukan melalui pemeriksaan
sederhana non invasif sampai dengan prosedur pemeriksaan lengkap dan invasif sesuai alur
penapisan kanker paru menurut pedoman Persatuan dokter Paru Indonesia (PDPI).1,5,6,7,8

2.4.1 Klasifikasi Kanker Paru

Menurut klasifikasi WHO tahun 2015, tumor epithelial paru dibagi menjadi 12 jenis :

1. Adenokarsinoma

2. Karsinoma Sel Skuamosa

3. Tumor neuroendokrin

4. Karsinoma sel besar

5. Karsinoma adenoskuamosa

6. Karsinoma pleomorfik

7. Karsinoma sel spindel

8. Giant cell carcinoma

9. Karsinosarkoma

10. Pulmonary blastoma

11. Other and unclassified carcinomas

12. Tumor jenis kelenjar liur

13. Papilloma

14. Adenoma

Untuk kepentingan pengobatan, penting dibedakan antara karsinoma paru jenis karsinoma sel

kecil dan karsinoma paru jenis bukan sel kecil.12

10
2.4.2. Deteksi Dini Kanker Paru

Skema Alur Deteksi Dini Kanker Paru serta Pemeriksaan Lanjutan berdasarkan Guidline PDPI

Gambar 2 . Alur deteksi Dini Kanker Paru

11
Skema Alur Tindakan Diagnosis Kanker Paru

Gambar 3. Alur Tindakan Diagnosis kanker Paru

12
2.5 Kerangka konsep dan kerangka teori

Berdasarkan landasan teori yang ada maka dapat dibuat kerangka teori dan kerangka

konsep seperti gambar berikut:

2.5.1 Kerangka teori

Diagnosis

 Riwayat penyakit
 Pemeriksaan fisik

Kelompok Resiko Tinggi  Pemeriksaan penunjang ;


- Sitologi Sputum
- Jenis kelamin Kanker paru
- Radiologis
- Umur
- Pemeriksaan
- Riwayat Merokok
laboratorium
- Paparan zat karsinogen Deteksi Dini
- Pemeriksaan invasif
- Riwayat kanker keluarga
- Riwayat kanker
sebelumnya

Gambar 4. Kerangka teori

13
2.5.2 Kerangka konsep

Penyakit Paru
Obstruksi Kronik

Kanker Paru

Efusi Pleura

Gambar 5. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

1. Ho : Terdapat pengaruh antara penyakit paru obstruksi kronik terhadap kanker paru
H1 : Tidak terdapat pengaruh antara penyakit paru obstruksi kronik terhadap kanker paru

2. Ho : Terdapat pengaruh antara efusi pleura terhadap kanker paru


H1 : Tidak terdapat pengaruh antara efusi pleura terhadap kanker paru

3. Ho : Terdapat pengaruh antara penyakit paru obstruksi kronik dan efusi pleura secara
simultan terhadap kanker paru
H1 : Tidak terdapat pengaruh antara penyakit paru obstruksi kronik dan efusi pleura secara
simultan terhadap kanker paru

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN


Penelitian ini adalah penelitian observasi dengan menggunakan desain analitik.

3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di bangsal paru terpadu RSUD Arifin Achmad provinsi Riau pada bulan
Januari 2020 - Desember 2020.

3.3 POPULASI
Populasi adalah semua pasien kanker paru, efusi pleura, dan PPOK yang dirawat di ruang paru
terpadu RSUD Arifin Ahmad provinsi Riau periode januari 2019 – Desember 2019. Berdasarkan
data tahun 2017, jumlah populasi kanker 282 kasus, efusi pleura 60 kasus, PPOK 40 kasus.

3.4 SAMPEL
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus analisis data :

Keterangan :
Kesalahan tipe I = 5%. Zα = 1.96
Kesalahan tipe II = 10 %. Zβ = 1.28
Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1-X2) = 8
Simpang baku gabungan (S) = 13.5

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 60 sampel.

3.5 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI


a) Kriteria Inklusi

15
 Usia > 40 tahun
 Pasien kanker paru
 Pasien penyakit paru obstruksi kronik
 Pasien efusi pleura
 Bersedia mengikuti penelitian
b) Kriteria Eksklusi
 Usia < 40 tahun
 Hemodinamik tidak stabil
 Tidak bersedia mengikuti penelitian ini.

3.6 CARA PENGAMBILAN SAMPEL


Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memenuhi kriteria inklusi pada waktu dan lokasi
yang telah ditentukan peneliti.

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA


Data diolah secara manual dan komputerisasi menggunakan SPSS, kemudian disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi yang dihitung dalam satuan persen.

3.8 PENGOLAHAN DATA


Homogenitas sampel penelitian dibuktikan dengan data yang telah diuji normalitasnya. Data
diolah secara manual dan komputerisasi serta dilakukan uji statistik korelasi Pearson .

3.9 VARIABEL PENELITIAN


Variabel penelitian ini adalah :
3.9.1.Variabel bebas : Penyakit paru obstruksi kronik, efusi pleura
3.9.2. Variabel terikat : Kanker Paru

3.10 DEFENISI OPERASIONAL

16
No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur

1 PPOK Keterbatasan Kuisioner Pengisian Nominal Ya


aliran udara yang formulir Tidak
persisten
2 Efusi Kumpulan cairan Alur Pengisian Nominal Positif
Pleura abnormal dalam Diagnosis formulir Negatif
rongga pleura PDPI
2 Kanker Tumor ganas Klasifikasi Pengisisan Nominal Positif
paru yang berasal dari Histologi formulir
Negatif
epitel bronkus WHO

3.11 ALUR PENELITIAN


Kanker paru

Negat
Penyakit Paru Obstruksi Kronik Efusi Pleura

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisis Data

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 6. Alur penelitian


Lampiran 1 . Kuisioner Karakteristik PPOK terhadap kanker paru

17
Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Berat badan :
Tinggi Badan :

1. Apakah ada riwayat merokok ?


 Ya, jelaskan
Indeks Brikhman ( Jumlah batang rokok yang telah dikonsumsi x lama tahun
merokok )
 Tidak
2. Apakah fungsi paru normal ?
 Ya
 Tidak.
Jelaskan hasil interpretasi spirometri
3. Apakah PPOK terkontrol ?
 Ya
 Tidak. Jelaskan
Gunakan alat ukur CAT (COPD Assesment Test) sesuai panduan GOLD 2018
4. Adakah riwayat kanker paru pada keluarga?
 Ya
 Tidak
Jelaskan………………………

*Lingkari salah satu jawaban

18
Lampiran 2 . COPD Assesment Test

19

Anda mungkin juga menyukai