Anda di halaman 1dari 16

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS A.

YANI
NOMOR 002/RSAB-AY/SK/DIR/XII/2018

TENTANG
KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN PASIEN
RUMAH SAKIT AWAL BROS A. YANI

DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS A. YANI

Menimbang : a. bahwa rumah sakit mengetahui dan mengerti hak pasien dan
keluarganya;
b. bahwa rumah sakit menghormati hak pasien dan dalam beberapa
situasi hak istimewa keluarga pasien untuk menentukan apa saja yang
berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada
keluarga atau pihak lain dalam situasi tertentu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b tersebut, perlu ditetapkan tentang hak pasien dan keluargadi
Rumah Sakit Awal Bros A. Yani dengan Keputusan Direktur Rumah
Sakit Awal Bros A. Yani.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
5. Konsil Kedokteran Indonesia Tahun 2006 Tentang Manual
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
6. Keputusan Direktur PT. Perdana Utama Mandiri Nomor 003/SK-
PUM/DIR/X/17 tentang Peraturan Internal RS Awal Bros A.Yani.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS A.


YANITENTANG AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN
PASIEN RUMAH SAKIT AWAL BROS A. YANI.

Kedua : Akses pelayanan dan perawatan pasien Rumah Sakit AwalBrosA. Yani
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Diktum Kedua agar


menjadi acuan bagi staf rumah sakit dalam memahami akses
pelayanan dan perawatan pasien.

1
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dievaluasi
setiap 3 (tiga) tahun sekali atau apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 10Desember2018
Direktur RS Awal Bros A. Yani,

Dr. Fani Farhansyah, MARS

2
Lampiran
Keputusan Direktur RS Awal Bros A. Yani
Nomor : 002/RSAB-AY/SK/DIR/XII/2018
Tanggal : 10 Desember2018

KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN PASIEN


RUMAH SAKIT AWAL BROS A. YANI

I. Skrining Penerimaan Pasien


1. Setiap pasien yang diterima sebagai pasien rawat inap atau mendaftarkan diri untuk
layanan rawat jalan akan menjalani proses skrining untuk mengidentifikasi kebutuhan
perawatan kesehatan mereka agar sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit.
2. Proses skrining ini dapat melalui kriteria triage, evaluasi visual, pemeriksaan fisik atau
hasil - hasil pemeriksaan sebelumnya yang terkait fisik, psikologi dan laboratorium
klinis atau evaluasi pencitraan diagnostik berdasarkan hasil skrining, ditentukan
apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
3. Skrining dilakukan pada saat pertama kali kontak dengan Rumah Sakit Awal Bros A.
Yani, sejak dari asal rujukan dan selama transportasi. Berdasarkan hasil skrining
tersebut ditentukan apakah pasien sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining pasien dapat dilakukan pada:
a. Pendaftaran Rawat Jalan saat pasien mendaftar untuk menentukan pelayanan umum
atau spesialistik yang dibutuhkan pasien;
b. Poliklinik Umum dan Spesialis untuk menentukan pelayanan lanjutan yang
dibutuhkan pasien;
c. Unit Gawat Darurat untuk menentukan tingkat kegawatan dan pelayanan lanjutan
yang dibutuhkan pasien.
d. Melalui telepon pada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain dan pasien yang
memerlukan penjemputan dengan ambulan.
4. Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat memberikan layanan yang diperlukan
dan rawat jalan atau kebutuhan rawat inap yang tepat.Semua pasien diterima sebagai
pasien rawat jalan dan rawat inap setelah dilakukan identifikasi kebutuhan
kesehatannya dan disesuaikan dengan sumber daya (ketenagaan dan fasilitas) dan misi
Rumah Sakit Awal Bros A. Yani.
5. Tes skrining atau evaluasi yang spesifik telah teridentifikasi saat dibutuhkan oleh
rumah sakit sebelum pendaftaran atau penerimaan pasien.
6. Skrining infeksius dilakukan pada pasien yang sudah mendapatkan perawatan jangka
panjang (1x24 jam) difasilitas pelayanan kesehatan lain yaitu terhadap MRSA
(Methicillin Resisten Staphylococcus Aerius). Selain itu, pada pasien dengan batuk
diatas 3 minggu maka diberikan standar precaution khusus yaitu pemasangan masker
kepada pasien dan petugas yang menangani pasien.
7. Skrining emerging and non emerging disease dilakukan pada semua pasien yang
memiliki riwayat:

3
a. Perjalanan dari luar kota atau luar negeri yang endemik penyakit menular dalam
kurun waktu kurang dari 3 bulan.
b. Keluhan demam, batuk, serta keluhan infeksi saluran pernapasan lainnya
8. Setelah pasien diterima sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap dapat dilayani di
Unit Gawat Darurat dan Unit Rawat Jalan. Penerimaan pasien di Unit Gawat Darurat
dan Unit Rawat Jalan, meliputi:
a. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Lengkap
b. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat
penerimaan pasien berdasarkan Routine Admission Testing(RAT) yang telah
ditetapkan.
9. Rumah Sakit Awal Bros mempunyai suatu proses untuk menyerahkan hasil tes
diagnostik kepada keluarga yang berwenang untuk menentukan apakah pasien harus
dirawat, dipindahkan atau dirujuk.
10. Petugas yang berwenang meminta pemeriksaan penunjangadalah dokter.Dokter
tersebut wajib memberikan penjelasan hasil pemeriksaan penunjang kepada pasiendan
keluarga.
11. Dari hasil ananmnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dokter akan
menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan pasien, yakni:
a. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan,
b. Rawat inap ruang biasa,
c. Rawat inap ruang khusus atau intensif,
d. Konsultasi atau alih rawat ke spesialis lain,
e. Dirujuk atau dipindahkan jika pasien tersebut membutuhkan pelayanan yang tidak
dimiliki oleh RS Awal Bros A. Yani.
f. Hasil skrining ditulis pada rekam medis pasien.

II. Sistem Triage


1. Triase adalah suatu sistem untuk menyeleksi permasalahan pasien yang datang ke Unit
Gawat Darurat (UGD) sesuai dengan skala prioritas kegawatdaruratannya.
2. Rumah sakit Awal Bros A. Yanimempunyai prosestriage berbasis bukti untuk
melakukan prioritas pada pasien yang membutuhkan perawatan segera, dengan
menggunakan kriteria triage Emergency Severity Index (ESI).
3. Staf yang bekerja di Unit Gawat Darurat baik dokter maupun perawat wajib
mendapatkan pendidikan dan pelatihan kriteria triage Emergency severity Index(ESI).
4. Staf yang bekerja di area triase, baik dokter maupun perawat wajib melakukan
kewaspadaan standar berupa penggunaan alat pelindung diri yakni masker, handscoon,
apron dan google eye.
5. Pasien diprioritaskan berdasarkan tingkat urgensi dari kebutuhannya sesuai dengan
kriteria ESI, yaitu sbb:

4
a. ESI Level 1 Resusitasi: Memerlukan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa
atau pasien tidak responsif-prioritas tertinggi.
b. ESI Level 2 Gawat Darurat: Keadaan risiko tinggi, nyeri (VAS 7-10), sesak berat,
atau gangguan kesadaran akut berupa kebingungan/letargi/disorientasi.
c. ESI Level 3 Darurat: Memerlukan 2 atau lebih sumberdaya UGD sesuai dengan
Emergency Severity Index.
d. ESI Level 4 Kurang Darurat: Memerlukan 1 sumberdaya UGD sesuai dengan
Emergency Severity Index.
e. ESI Level 5 Tidak Gawat Darurat: Tidak memerlukan sumber daya UGD sesuai
dengan Emergency Severity Index – prioritas terendah untuk diperiksa.Pasien
dengan ESI Level 5 diarahkan ke unit rawat jalan.
6. Sumber daya yang dimaksud adalah perawat/petugas penunjang/alat medis/alat
penunjang yang dibutuhkan oleh dokter dalam melakukan life saving serta untuk
menentukan penegakan diagnosa, apakah pasien perlu tindakan/pengobatan segera,
observasi, dirawat, dirujuk, ataupun dapat dipulangkan. Yang termasuk sumberdaya
adalah:
Sumber Daya Tidak Sumber Daya
 Laboratorium (darah, urine)  Anamnesa & pemeriksaan fisik
 EKG, radiologi  Pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu
 CT Scan, USG & Mammografi
 Pemasangan infus (rehidrasi)  IV plug
 Injeksi IVatau IM atau nebulizer  Pemberian obat oral
 Pemberian anti tetanus
 Pemberian resep
 Konsul dokter spesialis  Konsul dokter spesialis (telpon)
 Prosedur simpel=1 (pemasangan Perawatan luka
kateter)  Penggunaan kruk, splint/spalk
 Prosedur kompleks=2 (pemberian
sedatif)

Hasil pemeriksaan tanda vital


Mempertimbangkan perubahan ESI 2 dengan kriteria hasil tanda vital yang abnormal
Pada pasien anak:
 Usia 1 – 28 hari: menetapkan ESI 2 jika suhu >380 C
 Usia 1 – 3 bulan: mempertimbangkan ESI 2 jika suhu >380 C
 Usia 3 bulan – 3 tahun: mempertimbangkan ESI 3 jika suhu >39 0 C, imunisasi
tidak lengkap, sumber demam yang jelas.
7. Pasien dalam kondisi gawat akan dikaji dan distabilisasi sesuai dengan kapasitas
rumah sakit sebelum ditransfer.Proses stabilisasi yang diberikan sebelum transfer
didokumentasikan dalam rekam medis oleh petugas yang melakukan transfer.
8. Pasien One Day Care(ODC) yangsudah terencana, pasien yang melakukan

5
pemeriksaan penunjang dari rumah sakit lain dan pasien yang sudah mendapatkan
surat pengantar rawat lebih dari 2x 24 jam maka pasien tersebut dilakukan triageulang
oleh perawat UGD dan atau perawat poliklinik.
9. Pada keadaan bencana selain kriteria ESI petugas juga menggunakan kriteria triage
pada disaster dengan cara memberikan tanda silang pada warna dalam formulir
pengkajian UGD.
10. Pasien yang dinilai berpotensi infeksius, imunosupresi, atau pasien dengan penyakit
menular yang memerlukan prosedur isolasi khusus ditatalaksana sesuai dengan
Kebijakan Pelayanan Ruang Isolasi

III. Penundaan Pelayanan


1. Pada saat pasien mendapatkan pelayanan sebagai pasien rawat jalan maupun rawat
inap dapat terjadi penundaan pelayanan, yaitu :
a. Diagnostik dan atau perawatan.
b. Pelayanan dan atau pengobatan
2. Hal penundaan pelayanan tidak berlaku pada pasien onkologi.
3. Ruang lingkup penundaan pelayanan yang dimaksud adalah penundaan bersifat
sementara. Kriteria penundaan pelayanan Rumah Sakit Awal Bros A. Yanidapat
meliputi :
a. Penundaan pelayanan diagnostik di Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
b. Kamar perawatan penuh
c. Penundaan tindakan
d. Penundaan pemberian pengobatan/treatment di UGD, rawat jalan dan rawat inap
e. Penundaan pelayanan Dokter/tenaga medis lainnya
4. Rumah Sakit Awal Bros A. Yani menetapkan maksimal lama penundaan kurang dari 6
(enam) jampada kasus tindakan terencana dan tidak berlaku pada kasus pelayanan
segera (cyto). Jika lebih, maka harus dibuatkan jadwal ulang untuk hari berikutnya
atau disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu.
5. Pada kondisi pasien membutuhkan pelayanan segera (cyto), namun di instansi
kesehatan lain tidak tersedia pelayanan yang dimaksud/dikarenakan pasien menolak
dirujuk, maka pasien atau penanggung jawabnya juga dijelaskan mengenai risiko yang
dapat terjadi dan konsekuensi akibat penundaan pelayanan.
6. Pasien akan diberitahu jika ada masa penantian yang lama untuk layanan diagnostik
danatau perawatan tertentuatau ketika pasien mungkin perlu ditempatkan dalam daftar
antrian untuk mendapatkan perawatan yang direncanakan.Pasien harus diberitahu
tentang alasan penundaan atau mengapa harus menunggu dan apa saja alternatifnya.
7. Selama masa penantian, pasien akan tetap diberikan terapi dan nutrisi yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhannya.

6
8. Bila rumah sakit belum atau tidak memiliki fasilitas, alat, tenaga medis dan petugas
kesehatan yang dibutuhkan maka pasien dan keluarga baik pasien rawat jalan atau
pasien rawat inap diberikan edukasi mengenai alternatif ataupun informasi penundaan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien serta di dokumentasikan dalam
rekam medis pasien.
9. Hal penundaan pelayanan yang berkaitan dengan penjaminan pasien melalui pihak
ketiga (asuransi atau perusahaan), maka pihak Rumah Sakit Awal Bros A. Yaniakan
membuat pernyataan secara tertulis perihal kondisi, komplikasi serta efek pada pasien
apabila mengalami penundaan pelayanan yang ditujukan kepada pihak ketiga.
10. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan finansial, edukasi harus diberikan kepada
pasien atau keluarga dan tersimpan dalam rekam medis pasien.

IV. Penerimaan Pasien Rumah Sakit.


1. Setiap pasien dengan kondisi apapun diterima masuk unit gawat darurat atau rawat
jalan / poliklinik harus melalui admission sesuai tempat pasien tersebut akan berobat
dan harus mendaftar/didaftarkan ke bagian admission sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional Penerimaan pasien rawat jalan yang berlaku.
2. Rumah sakit mempunyai proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien
rawat jalan yang masing – masing sudah diatur dalam prosedur tersendiri, yaitu proses
sebagai berikut :
a. Proses pendaftaran pasien gawat darurat
b. Proses pendaftaran pasien rawat jalan
c. Proses pendaftaran pasien rawat inap
d. Proses penerimaan pasien gawat darurat ke unit rawat inap
e. Proses menahan pasien untuk diobservasi
Semua staf harus disosialisasikan prosedur tersebut dan wajib mematuhi prosedur
yang telah ditetapkan.
3. Rumah Sakit dalam memberikan kebutuhan pasien akan layanan preventif, kuratif,
paliatif dan rehabilitatif diprioritaskan berdasarkan kondisi pasien pada saat diterima
dirumah sakit sebagai pasien rawat inap, seperti :
a. Penilaian skrining membantu staf mengidentifikasi kebutuhan pasien.
b. Layanan atau unit yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan tersebut berdasarkan
temuan penilaian skrining.
c. Kebutuhan pasien terkait layanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif
mendapatkan prioritas
4. Selama proses penerimaan sebagai pasien rawat inap pasien akan diinformasikan
tentang hal sebagai berikut :
 Pasien dan keluarga diberi informasi saat pasien diterima dirawat inap.

7
 Informasi yang diterima meliputi informasi tentang perawatan yang diusulkan,
informasi mengenai hasil yang diharapkan dari perawatan, serta informasi
mengenai perkiraan biaya yang akan ditanggungoleh pasien atau keluarga.
5. Pada kasus pasien inpartu normal atau Sectio Caesaria elektif, pasien melalui proses
pendaftaran di admission UGD dan pemeriksaan di UGD sebelum di rawat unit rawat
inap kebidanan.

V. Proses pengelolaan alur pasien diseluruh rumah sakit.


1. Rumah sakit mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah proses yang
mendukung alur pasien diseluruh rumah sakit yang diatur oleh koordinator pelayanan
pasien (bed managemen officer) agar kebutuhan pelayanan pasien terpenuhi, meliputi :
a. Pasokan yang tersedia untuk tempat tidur pasien rawat inap
b. Rancangan fasilitas untuk mengalokasi ruang, untilisasi, peralatan, teknologi medis,
dan perbekalan untuk mendukung perawatan pasien dilokasi sementara.
c. Rancangan tenaga kerja untuk mendukung tambahan perawatan pasien dilokasi
sementara dan atau UGD.
d. Area alur pasien adalah area dimana pasien mendapatkan perawatan, pengobatan
dan pelayanaan.
e. Efisiensi dari pelayanan non klinis yang mendukung perawatan dan pengobatan
pasien
f. Pengadaan pelayanan dengan tingkatan yang sama dengan pelayanan bila pasien di
unit rawat inap.
g. Akses terhadap layanan pendukung: dukungan spiritual & sosial.
2. Rumah sakit menyediakan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan rawat inap dan
sementara dirawat di UGD disediakan ruang transitdalam batasan waktu untuk
perawatan sementara sampai pasien mendapatkan ruang perawatan.
3. Rumah sakit menyediakan pelayanan bagi pasien ketika tidak tersedia tempat tidur
pada unit pelayanan yang dituju atau diunit lain dalam rumah sakit.
4. Individu yang mengelola proses alur pasien mengkaji efektifitas proses untuk
mengidentifikasi dan mengimplementasi perbaikan dalam proses.

VI. Penerimaan, Pemulangan atau Pemindahan Pasien Layanan Intensif.


1. Rumah sakit mempunyai sebuah kriteria untuk memasukan dan atau mengeluarkan
pasien dari unit layanan intensif atau khusus. Kriteria masuk dan keluar pasien dari
unit layanan intensif (ICU, HCU, NICU, PICU,) akan diatur dalam prosedur tersendiri.
Pasien yang diterima di RS dapat dirawat di layanan spesialistik atau layanan intensi
sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Staf terlatih harus tersosialisasikan kriteria - kriteria pasien yang masuk keluar
intensif.

8
3. Rekam medis pasien saat pasien ditransfer ke unit intensif harus disertakan keunit
layanan intensif.

VII. KESINAMBUNGAN PELAYANAN


1. Rumah sakit menyusun dan menjalankan proses untuk mengadakan kesinambungan
dalam pelayanan pasien yang berkesinambungan diseluruh rumah sakit dan
memastikan adanya koordinasi antar tenaga medis.
2. Kepala departemen dan unit pelayanan merancang pedoman pelayanan unit dan
mengimplementasikan proses yang mendukung pelayanan yang terkoordinasi dan
berkesinambungan tanpa putus antara dokter, perawat dan tenaga medis lain di :
a. Unit Gawat darurat dan penerimaan rawat inap
b. Layanan diagnostik dan pengobatan
c. Layanan bedah dan non bedah
d. Program rawat jalan
e. Organisasi lain dalam pelayanan, dalam bentuk seperti pedoman pelayanan, clinical
pathway, rencana perawatan, formulir rujukan dll. Aturan tersebut terpisah dari
kebijakan ini.
3. Individu yang ditunjuk untuk mengevaluasi proses ini adalah Kepala ruangan.
4. Rekam medis pasien tersedia bagi petugas kesehatan yang berhak memiliki akses dan
membutuhkan untuk merawat pasien.Rekam medis pasien diperbaharui untuk
memastikan informasi terkini dapat dikomunikasikan.
5. Selama pasien berada dirumah sakit, selalu ada individu kompeten yang teridentifikasi
sebagai yang bertanggung jawab atas perawatan pasien tersebut, yaitu :
 Dokter penanggung jawab pasien yang memiliki kualifikasi bertanggung jawab
melakukan koordinasi terhadap perawatan pasien yang diidentifikasikan dalam
rekam medis pasien dan tersedia dalam seluruh fase layanan rawat inap pasien.
 Apabila DPJP akan memindahkan tanggung jawab harus melakukan koordinasi
pelayanan ke dokter spesialis lain karena berhalangan atau perubahan kondisi
pasien dengan permasalahan pasien diluar bidang kemampuan dokter tersebut.
 Proses pemindahan tersebut harus terdokumentasi dalam berkas rekam medis
pasien.
6. Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien dipindahkan bersama pasien
 Pasien selama dirawat di RS Awal Bros A. Yani dapat dipindahkan ke unit lain
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Bila pasien tersebut dipindahkan ke
unit lain maka berkas rekam medis pasien tersebut harus disertakan.
 Pasien yang dipindahkan didalam rumah sakit antar unit akan menggunakan
formulir transfer internal yang mencakup :
o Alasan dirawat

9
o Temuan klinis yang bermakna
o Diagnosis pasien
o Prosedur yang dilakukan pada pasien
o Obat - obatan dan pengobatan lain yang diberikan
o Kondisi pasien saat ditransfer
7. Rumah sakit Awal Bros A. Yanimempunyai sistem merujuk atau memulangkan pasien
berdasarkan status kesehatan pasien dan kebutuhan akan perawatan yang berkelanjutan
yaitu sebagai berikut :
a. Dalam merujuk atau memulangkan pasienketenaga medis diluar rumah sakit, lokasi
perawatan lain, rumah atau keluarga harus didasarkan pada kondisi kesehatanpasien
dan kebutuhan layanan atau perawatanyang berkelanjutan.
b. Rencana perujukan atau pemulangan pasien sudah dilakukan pada saat pasien
masuk sebagai pasien rawat inap.
c. Dokter penanggungjawab perawatan pasien yang harus menentukan apakah pasien
sudah siap dipulangkan sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
‒ Pasien yang izinkan pulang :
o Keadaan umum baik.
o Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri (baik personal maupun
dengan bantuan keluarga).
o Dapat meminum obat yang diberikan secara mandiri (tidak personal maupun
dengan bantuan keluarga).
o Secara klinik dapat dilakukan perawatan di rumah.
‒ Memberikan izin kepada pasien rawat inap untuk meninggalkan rumah sakit,
jika :
o Pulang atas izin DPJP sesuai kriteria pemulangan pasien.
o Rujuk ke rumah sakit lain.
o Atas permintaan pasien, dengan menandatangani surat penolakan rawat inap
setelah mendapatkan penjelasan tentang risiko.
8. Rumah Sakit Awal Bros A. Yani dapat memfasilitasi izin/cuti pasien rawat inap atas
seizin dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan kondisi pasiendengan
menandatangani formulir surat cuti/izin pasien setelah mendapatkan edukasi dan
informasi mengenai risiko yang akan terjadi.
9. Pasien dengan kebutuhan layanan yang berkelanjutandan perawatannya harus dibuat
perencanaan pasien saat pulang oleh tim asuhan pasien, perencanaan tersebut dibuat
pada saat awal pasien masuk rumah sakit dapat berupa edukasi atau petunjuk bagi
pasien dan keluarga berhubungan dengan kebutuhan pasien akan perawatan
berkesinambungan, yaitu :
 Penggunaan obat obatan yang aman dan efektif (tidak hanya obat yang diberikan
pada saat pemulangan), termasuk kemungkinan efeksamping obat.

10
 Penggunaan tekhnologi kesehatan yang aman dan efektif.
 Kemungkinan adanya interaksi antara obat – obatan yang diberikan dengan obat
lain (termasuk obat yang dijual bebas) serta makanan.
 Diet dan nutrisi.
 Tata laksana nyeri.
a. Teknik rehabilitasi.
Edukasi tersebut dicatat oleh petugas kesehatan pada lembar informasi dan edukasi.
10. RS Awal Bros A. Yanidapat menjalin hubungan atau bekerja sama dengan tenaga
medis dan instansi luar untuk memastikan perujukan yang sesuai dan tepat waktu.
11. Resume medis pasien harus tersedia dengan lengkap untuk pasien rawat inap yang
dipulangkan.Resume medis untuk pasien yang dipulangkan berisi gambaran tentang
alasan pasien masuk rumah sakit, resume tersebut dapat digunakan oleh tenaga medis
yangbertanggungjawab atas perawatan tindak lanjutnya. Resume medis tersebut
meliputi :
b. Alasan pasien masuk rumah sakit, diagnosis dan komorbiditas.
c. Hasil pemeriksaan fisik dan hal – hal signifikan lain yang ditemukan
d. Prosedur diagnostik dan prosedur terapi yang dilakukan
e. Obat – obatan yang diberikan selama rawat inap beserta efek yang mungkin terjadi
bila pengobatan diberikan dan obat – obatan yang dibawakan pulang.
f. Kondisi/ status pasien saat dipulangkan
g. Instruksi tindak lanjut
12. Dalam memberikan edukasi pasien dan instruksi tindak lanjut diberikan dalam bentuk
tertulis dan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien, mencakup :
h. Pemeriksaan kembali untuk perawatan tindak lanjut
i. Kapan pasien membutuhkan perawatan yang mendesak
13. Rumah sakit mempunyai klinis pasien rawat inap yang berisi salinan resume medis
pasien, yaitu :
j. Resume tentang perawatan pasien disiapkan ketika pasien akan keluar rumah sakit,
setiap orang yang berwenang dapat menyusun resume medis pasien pulang.
k. Resume pulang diisi oleh petugas yang kompeten yaitu dokter penanggung jawab
pasien (DPJP) atau dokter umum yang diberikan wewenang untuk menuliskan
resume medis jika DPJP berhalangan menuliskan resume medis.
l. Salinan resume pulang diberikan kedokter yang bertanggung jawab akan perawatan
tindak lanjut pasien atau perawatan tindak lanjut pasien tidak diketahui.
m. Salinan resume pulang ditempatkan direkam medis pasien dalam waktu yang telah
ditentukan oleh rumah sakit.

11
14. Pasien rawat jalan yang membutuhkan perawatan kompleks atau dengan diagnosis
yang kompleks menggunakan profil perawatan medis dan dapat diakses oleh tenaga
medis yang merawat tersebut, formulir yang digunakan adalah formulir resume rawat
jalan yang bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi tipe pasien yang mendapat layanan kesehatan yang kompleks atau
dengan diagnosis kompleks yaitu pasien dengan riwayat penyakit gagal ginjal
(Hemodialisa), penyakit jantung (gagal jantung kongestif, riwayat MCI),
Tuberkulosis dan diabetes mellitus.
b. Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan oleh para klinisi yang merawat pasien
tersebut.
c. Menetapkan proses yang akan digunakan untuk memastikan informasi dan proses
yang dibutuhkan oleh klinis agar tersedia dalam format yang mudah diakses dan
dibaca.
d. Mengevaluasi hasil implementasi untuk memastikan bahwa informasi dan proses
yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan klinis dan meningkatkan kualitas dan
keselamatan layanan klinik rawat jalan.
15. Rumah sakit akan mengelola dan menindaklanjuti pasien rawat inap yang ingin
menyampaikan keinginannya kepada petugas rumah sakit untuk pulang paksa. Tindak
lanjut pasien pulang paksa sebagai berikut:
a. Petugas rumah sakit yang berwenang menginformasikan kepada pasien dan
keluarga mengenai resiko medis bila tidak dilakukan pengobatan dengan tepat,
informasi ini ditulis pada formulir informasi dan edukasi.
b. Pasien yang pulang paksa dipulangkan sesuai dengan proses pemulangan pasien
yang berlaku dirumah sakit.
c. Apabila ada dokter keluarga pasien, maka diinformasikan mengenai keputusan
pasien, bila dokter keluarga pasien tersebut dikenal dan tidak terlibat sebelumnya.
d. Mengidentifikasi alasan pasien pulang paksa, dalam hal ini ditulis alasannya dengan
tepat pada surat pernyataan penolakan atau penundaan.
e. Petugas akan melaporkan kasus - kasus penyakit infeksi menular dan kasus dimana
pasien dapat membahayakan diri sendiri atau masyarakat lain ke dinas kesehatan
setempat agar ditindak lanjuti.
16. Rumah Sakitmemiliki proses untuk mengelola pasien rawat jalan yang sedang
menjalani pengobatan yang kompleks namun tidak datang untuk pengobatan tersebut,
maka petugas :
a. Melakukan kontak via telepon ke pasien menanyakan alasan tidak menjalani
kembali pengobatan dan menjelaskan risiko apabila pengobatan tersebut dihentikan.
b. Apabila terdapat dokter keluarga yang diketahui oleh rumah sakit, maka petugas
rumah sakit menginformasikan kondisi pasien tersebut kedokter keluarga.
c. Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melaporkan kasus penyakit infeksi
menular dan kasus - kasus dimana pasien dapat menjadi ancaman bagi diri sendiri
maupun orang lain ke dinas kesehatan.

12
VIII. TRANSFER PASIEN
1. Rumah Sakit Awal Bros A. Yanidapat melakukan transfer pasien ke institusi lain
berdasarkan kondisi pasien, kebutuhan pasien akan perawatan yang berkelanjutan dan
kemampuan institusi penerima untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut.
2. Proses transfer di RS Awal Bros A. Yani terdiri dari transfer internal maupun
eksternal.
3. Dalam melakukan transfer pasien ke instansi diluar rumah sakit harus memastikan
instansi rujukan dengan layanan yang mendukung, rujukan keluar rumah sakit harus
menjelaskan secara pasti individu atau rumah sakit yang dituju sehingga rujukan dapat
terlaksana tepat waktu. Transfer pasien ke institusi lain dilakukan apabila :
a. Fasilitas diagnostik atau terapi, baik peralatan maupun tenaga profesional (ahli)
yang tidak dimiliki atau peralatan yang dimiliki sedang dalam keadaan tidak bisa
dioperasikan.
b. Ruang rawat inap yang dibutuhkan tidak memadai.
c. Pasien dengan gangguan psikiatri psikotik yang membahayakan, Pasien dengan
kasus yang membutuhkan isolasi khusus seperti kolera, dipteri, avian influenza,
severa acute respiratory syndroma (SARS), Middle East Respiratory Syndroma
(MERS).
d. Pasien meminta untuk di transfer ke institusi lain yang dapat memenuhi kebutuhan
pasien atas permintaan dari pasien sendiri atau keluarga. Jika institusi yang dituju
tidak memenuhi kebutuhan pasien maka dokter penanggung jawab pasien dan tim
pemberi asuhan pasien akan memberikan edukasi dan arahan yang terbaik bagi
pasien dan keluarga.
4. RS Awal Bros A. Yanidapat membuat kesepakatan formal dan non formal dengan
institusi penerima bila melakukan transfer ke institusi yang sama berulang kali.
5. Agar proses transfer dilakukan secara aman wajib melakukan proses sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi bagaimana tanggung jawab perawatan pasien yang
berkesinambungan dilimpahkan ke petugas kesehatan dan institusi lain.
b. Mengidentifikasi kriteria yang menentukan kapan transfer dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
c. Mengidentifikasi petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
pasien selama transfer dan kualifikasi yang dibutuhkan sesuai dengan jenis pasien
yang akan ditransfer.
d. Mengidentifikasi obat – obatan, alat kesehatan dan teknologi kesehatan yang
dibutuhkan selama pasien di transfer.
e. Membuat dokumentasi yang menjelaskan kondisi pasien selama transfer dan saat
diterima institusi yang dituju.

13
f. Bila transfer ke intitusi lain tidak memungkinkan karena kondisi pasien yang tidak
memungkinkan untuk dipindahkan, maka kondisi pasien harus distabilisasi terlebih
dahulu sampai kondisi memungkinkan untuk dipindahkan ke institusi lain.
g. Kriteria pendamping, obat –obatan dan alat kesehatan yang dibutuhkan pada saat
transfer akan diatur dalam Standar Prosedur tersendiri.
6. Petugas harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pasien dan keluarga
mengenai alasan dilakukannya transfer.
7. Komunikasi pada proses transfer menggunakan metode SBAR baik transfer internal
(pasien yang dipindahkan antar unit) maupun transfer ke institusi lain.
8. Proses pemindahan pasien didokumentasikan dalam rekam medis yang dirangkum
kedalam formulir rujukan rangkap dua (lembar pertama untuk institusi yang dituju,
lembar kedua untuk dokumentasi rekam medis di RS Awal Bros A. Yani), yang
berisi :
a. Rekam medis pasien yang dirujuk mencantumkan nama rumah sakit dan nama
petugas yang siap menerima pasien.
b. Rekam medis pasien yang dirujuk berisi dokumentasi atau catatan lain yang
diperlukan.
c. Rekam medis pasien yang dirujuk mencatat alasan rujukan tersebut.
d. Rekam medis pasien yang dirujuk mencatat setiap kondisi khusus yang
berhubungan dengan rujukan.

IX. TRANSPORTASI
1. Sarana transportasi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam proses
pemindahan pasien baik pindah ke institusi lain, saat pasien pulang ke rumah maupun
kunjungan pasien rawat jalan.
2. Transportasi yang tersedia di RS Awal Bros A. Yani dibuat sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi pasien, yaitu sebagai berikut :
a. Ambulans Transport
Berfungsi mengangkut pasien yang tidak memerlukan perawatan khusus/tindakan
darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan
selama dalam perjalanan. Yang termasuk dalam pelayanan ini adalah:Mengantar
pasien pulang ke rumah paska perawatan di rumah sakit, mengantar pasien untuk
melakukan pemeriksaan/pelayanan kesehatan di rumah sakit lain.
b. Ambulans Gawat Darurat
Berfungsi mengangkut pasien yang memerlukan perawatan khusus/tindakan darurat
untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan akan timbul kegawatan selama
dalam perjalanan. Yang termasuk dalam pelayanan ini adalah :Pertolongan
penderita gawat darurat pra rumah sakit, menjemput pasien dari rumah menjemput
pasien rujukan dari rumah sakit lain, pengangkutan penderita dawat darurat yang
sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke rumah
sakit.

14
3. Dalam proses merujuk atau transfer pasien keluar Rumah Sakit Awal Bros A. Yani
atau memulangkan pasien dari rawat inap atau kunjungan rawat jalan haruslah
dilakukan penilaian kriteria dan jenis transportasi sesuai kebutuhan dan status pasien.
4. Perencanaan untuk kebutuhan transportasi bagi pasien saat merujuk atau transfer
keluar rumah sakit atau untuk pemulangan pasien dilakukan oleh Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) atau Dokter UGD/Dokter Bangsal dengan persetujuan
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
5. Transportasi yang dibutuhkan pasien dapat berupa transportasi udara, transportasi
darat dan transportasi melalui perairan sesuai kebutuhan dan status pasien dan hal ini
harus dibicarakan dengan pasien dan atau keluarga terlebih dahulu.
6. Alasan pilihan transportasi, risiko, keuntungan dan kerugian memakai transportasi
tersebut harus diinformasikan kepada pasien dan keluarga sehingga dapat diambil
keputusan.
7. Jenis transportasi darat dapat berupa ambulans atau kendaraan lain milik rumah sakit
atau kendaraan milik keluarga/teman tergantung kondisi pasien dan status pasien.
8. Jenis transportasi udara dapat dengan pesawat khusus dari evakuasi medik ataupun
pesawat komersial sesuai kebutuhan pasien.
9. Jenis transportasi perairan dapat dengan kapal atau ferry sesuai kebutuhan pasien.
10. Kendaraan transportasi Rumah Sakit (Ambulance) yang digunakan RS Awal Bros A.
Yani mematuhi peraturan Kepmenkes No. 0152/YanMed/RSKS/1987 tentang
Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik dan Kepmenkes No 143/Menkes-
kesos/SK/II/2001 tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik bahwa diperlukan
standarisasi perlengkapan umum dan medik pada kendaraan ambulan, terkait dengan
kegiatan kerja, kondisi dan pemeliharaannya.
11. Kendaraan transportasi yang dimiliki oleh RS Awal Bros A. Yanimemiliki
perlengkapan, obat – obatan, dan pasokan yang memadai. Perlengkapan transportasi
dibawah tanggung jawab Unit Gawat Darurat.
12. Bila transportasi pasien tidak ada saat dibutuhkan karena sedang beroperasi maka RS
Awal Bros A. Yani dapat menggunakan jasa layanan transportasi yang sudah menjalin
kerjasama dengan memenuhi persyaratan rumah sakit sesuai dengan kualitas
(perlengkapan, obat – obatan, dan pasokan yang memadai) dan keamanan transportasi.
13. RS Awal Bros A. Yani dalam memantau kualitas dan keamanan transportasi harus
melaksanakan proses sebagai berikut:
a. Service kendaraan secara berkala
b. Pelatihan untuk petugas supir ambulance
c. Ceklist kelengkapan ambulan, beserta obat-obat dan alat kesehatan yang disimpan
dalam tas ambulancedilakukan setiap hari oleh perawat UGD. Ceklist pengisian
tabung oksigen oleh petugas supir ambulance.

15
14. RS Awal Bros A. Yani melakukan evaluasi pelayanan ambulance dengan cara
memfasilitasi proses untuk melayangkan pengaduan layanan ambulance menggunakan
survey pelayanan ambulan kepada pasien dan keluarga.

Direktur RS Awal Bros A. Yani,

Dr. Fani Farhansyah, MARS

16

Anda mungkin juga menyukai