Anda di halaman 1dari 14

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA DEPOK

NOMOR 091/PER-DIR/PHDE/VIII/2022
TENTANG
KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA DEPOK


Menimbang : a. Bahwa Untuk Memastikan Akses Pelayanan Dan
Perawatan Pasien Di Rumah Sakit Primaya Perlu
Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan Agar
Dapat Memberikan Pelayanan Lebih Baik, Optimal
Dan Bermutu Tinggi;
b. bahwa mengacu pada Visi dan Misi Rumah Sakit,
maka akses pelayanan dan perawatan pasien di
Rumah Sakit Primaya akan senantiasa diberikan
secara professional;
c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut
di atas dipandang perlu ditetapkan dengan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Primaya Depok
Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;

-1-
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar
7. Pelayanan Minimal Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA


DEPOK TENTANG KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN
DAN PERAWATAN RUMAH SAKIT PRIMAYA DEPOK
Kedua : Kebijakan Akses Pelayanan dan Perawatan Di
Rumah Sakit Primaya Depok terlampir

Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di: Depok


pada tanggal: 01 Agustus 2022
Direktur Rumah Sakit
Primaya Depok

dr. Hanny Merliana, MARS

-2-
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA
NOMOR NOMOR 091/PER-DIR/PHDE/VIII/2022
TENTANG KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN
RUMAH SAKIT PRIMAYA HOSPITAL DEPOK

KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN

A. KETENTUAN UMUM
1. Seluruh pelayanan pasien di Rumah Sakit Primaya harus selalu
berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Semua peralatan di Rumah Sakit Primaya harus selalu dilakukan
pemeliharaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Semua petugas kesehatan yang memberi pelayanan ke pasien wajib
memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Setiap petugas kesehatan yang memberi pelayanan ke pasien wajib
meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan yang sudah
diprogramkan.
5. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap petugas kesehatan yang memberi
pelayanan ke pasien wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD),
serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, Standar
Prosedur Operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak
pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien.
7. Pelayanan di Rumah Sakit Primaya dilaksanakan dalam 24 jam.
8. Penyediaan tenaga di Rumah Sakit Primaya harus mengacu kepada pola
ketenagaan.
9. Ambulance adalah kendaraan yang memiliki peralatan khusus untuk
transportasi pasien termasuk ambulance udara.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. SKRINING PENERIMAAN PASIEN

-3-
a. Skrining adalah proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi
kondisi dan kebutuhan perawatan pasien di awal sesuai dengan
sumber daya dan fasilitas rumah sakit.
b. Setiap pasien yang diterima di rawat inap atau rawat jalan akan
menjalani proses skrining.
c. Proses skrining melalui kriteria triage, evaluasi visual, pemeriksaan
fisik atau hasil - hasil pemeriksaan sebelumnya yang terkait fisik,
psikologi dan laboratorium klinis atau evaluasi pencitraan
diagnostik.
d. Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat memberikan layanan
yang diperlukan.
e. Skrining dapat dilakukan pada kondisi:
1) Melalui telepon khususnya bagi pasien/ keluarga pasien yang
menghubungi rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih
lanjut.
2) Pasien sedang dalam transportasi menuju rumah sakit.
3) Pasien sedang berada di rumah sakit yang akan merujuk ke
Rumah Sakit Primaya.
f. Skrining infeksius dilakukan untuk risiko penyakit infeksi seperti
MRSA (Methicillin Resistent Staphylococcus Aureus), MERS (Middle
East Respiratory Syndrome), SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome), Avian Influenza, dan lain-lain.
g. Skrining pada pasien emerging disease (MERS dan SARS) dilakukan
pada saat di triage baik di Instalasi Gawat Darurat ataupun di Unit
Rawat Jalan dengan menanyakan apakah pasien ada keluhan
demam, batuk, riwayat perjalanan ke Timur Tengah.
h. Bila ditemukan indikasi maka dilakukan barrier nursing, antara lain
diberikan masker dan ditempatkan di ruang isolasi, kemudian akan
dilakukan proses rujuk ke rumah sakit khusus penyakit tersebut (jika
perlu).
i. Dalam melaksanakan proses skrining maka rumah sakit
memberlakukan ketentuan Routine Admission Testing (RAT) dan
pemeriksaan penunjang pre-operatif.
j. Pasien yang diterima sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap
dilayani di Instalasi Gawat Darurat dan Unit Rawat Jalan akan
-4-
menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan
penunjang yang telah ditetapkan oleh dokter yang bertanggung
jawab.
k. Dari hasil ananmnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang dokter akan menentukan pelayanan selanjutnya yang
dibutuhkan pasien, yaitu:
1) Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan,
2) Rawat inap ruang biasa,
3) Rawat inap ruang khusus atau intensif,
4) Konsultasi atau alih rawat ke spesialis lain,
5) Dirujuk atau dipindahkan jika pasien tersebut membutuhkan
pelayanan yang tidak dimiliki oleh Rumah Sakit Primaya.
2. SISTEM TRIAGE
a. Rumah Sakit Primaya mempunyai proses triage berbasis bukti untuk
melakukan prioritas pada pasien yang membutuhkan perawatan
segera, dengan menggunakan kriteria triage Emergency Severity
Index (ESI).
b. Staf yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD), baik dokter
maupun perawat, wajib mendapatkan pendidikan dan pelatihan
kriteria triage Emergency Severity Index (ESI).
c. Pasien dalam kondisi gawat akan dikaji, distabilisasi dan diatasi
kegawat daruratannya sesuai dengan kapasitas rumah sakit sebelum
dilakukan transfer.
d. Proses stabilisasi yang diberikan sebelum transfer didokumentasikan
dalam rekam medis oleh petugas yang melakukan transfer.
e. Triage juga dilakukan untuk mendeteksi lebih awal tanda dan gejala
dari penyakit menular.

3. PENUNDAAN PELAYANAN
a. Setiap penundaan pelayanan dan atau pengobatan terhadap pasien
(rawat jalan/ rawat inap) harus diinformasikan alasan penundaan
dan alternatif lain serta didokumetasikan dalam rekam medis pasien.
Alternatif lain tersebut dapat berupa: menanyakan ke
pasien/keluarga pasien untuk mengganti dengan dokter lain yang
memiliki spesialisasi yang sama.
-5-
b. Ruang lingkup keterlambatan penundaaan pelayanan yang dimaksud
adalah keterlambatan bersifat sementara.
c. Contoh penundaan pelayanan Rumah Sakit dapat meliputi:
1) Keterlambatan/ penundaan pelayanan diagnostik di Unit Rawat
Jalan dan Rawat Inap.
2) Kamar perawatan penuh.
3) Penundaan/ keterlambatan tindakan.
4) Keterlambatan/ penundaan pemberian pengobatan/ treatment
di IGD, rawat jalan dan rawat inap.
5) Keterlambatan/penundaan pelayanan Dokter/ tenaga
medis lainnya.
6) Bila pasien atau keluarga menolak alternatif yang ditawarkan,
dimana penundaan pelayanan tersebut bersifat membahayakan
kondisi pasien maka pasien/ keluarga menandatangani surat
pernyataan setelah diedukasi oleh petugas rumah sakit dan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
7) Pada kondisi pasien membutuhkan pelayanan segera (CITO),
dimana rumah sakit tidak memiliki fasilitas penunjang namun
pasien menolak dirujuk, maka pasien atau penanggung jawabnya
dijelaskan mengenai risiko yang dapat terjadi dan konsekuensi
akibat penundaan pelayanan. Pasien/ keluarga menandatangani
surat pernyataan setelah diedukasi oleh petugas rumah sakit dan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
4. PENERIMAAN PASIEN
a. Rumah Sakit Primaya mempunyai proses penerimaan pasien rawat
inap dan pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Rumah Sakit memberikan kebutuhan pasien atas layanan preventif
(contohnya pasien dengan immunocompromise, pasien dengan
risiko jatuh tinggi), kuratif, paliatif dan rehabilitatif, berdasarkan
hasil screening dan pengkajian awal.
c. Selama proses penerimaan sebagai pasien rawat inap pasien akan
diinformasikan:
1) perawatan yang diusulkan
2) hasil yang diharapkan dari perawatan
3) informasi mengenai perkiraan biaya
-6-
4) informasi tentang ruang perawatan yang dipilih oleh pasien, dan
berlaku di seluruh Rumah Sakit.
d. Pada saat pasien diterima di ruang perawatan, maka pasien
dilakukan orientasi mengenai ruang perawatan tersebut dan kapan
harus menghubungi perawat atau dokter serta didokumentasikan
pada formulir orientasi penerimaan pasien baru.

5. PROSES PENGELOLAAN ALUR PASIEN DI RUMAH SAKIT


a. Rumah sakit mengupayakan ketersediaan tempat tidur bagi pasien
IGD maupun rawat inap dengan cara:
1) Mempercepat proses pemulangan pasien rawat inap
2) Mempercepat proses penyiapan kamar pasien
3) Mempercepat pengiriman pasien dari IGD ke ruang rawat inap
4) Boarding time pasien di IGD maksimum 60 (enam puluh) menit.
b. Apabila terjadi kondisi dimana IGD penuh, maka rumah sakit harus
memiliki alternatif tempat penempatan pasien IGD sementara
dengan melengkapi fasilitas seperti:
1) Peralatan medis
2) Utility (listrik, air, gas medis)
3) Obat dan alkes
4) Tenaga medis, keperawatan dan tenaga pendukung (housekeeping
dan transportasi)
5) Penanganan dan pengawasan bagi pasien yang ditempatkan di
tempat alternatif tersebut harus sesuai standar pelayanan.
c. Rumah Sakit mempunyai Bed Management Officer (BMO) yang
mengelola ketersediaan tempat tidur pada unit rawat inap.
d. Untuk pasien IGD yang diputuskan untuk rawat inap namun masih
menunggu di kamar IGD, harus mendapatkan penanganan yang sama
seperti seharusnya di rawat inap.
e. Komite Mutu Rumah Sakit memantau dan memperbaiki proses untuk
mengurangi keterlambatan pengiriman pasien dari IGD ke ruang
rawat inap (boarding time).

6. PENERIMAAN, PEMULANGAN ATAU PEMINDAHAN PASIEN LAYANAN


INTENSIF
-7-
a. Pasien yang akan masuk dan keluar dari unit intensif harus
memenuhi ketentuan/ kriteria yang telah ditentukan oleh Rumah
Sakit (kriteria terlampir).
b. Ketentuan/ kriteria yang ditetapkan tersebut harus berdasarkan
urutan prioritas, diagnostik, parameter yang objektif termasuk
kriteria fisiologis.
c. Semua staf medis harus disosialisasikan tentang kriteria pasien yang
masuk dan keluar intensif.
d. Rekam medis pasien saat ditransfer ke unit layanan intensif maka
harus disertakan ke unit layanan intensif.

7. KESINAMBUNGAN PELAYANAN
a. Pelayanan kesehatan pasien di Instalasi Gawat Darurat dan rawat
inap berpedoman pada guidelines yang berbasis bukti (evidence
based), panduan praktek klinis, clinical pathway yang berlaku di
Rumah Sakit Primaya Depok.
b. Semua asuhan dan rencana keperawatan pasien baik di IGD, rawat
inap, rawat jalan oleh para pemberi asuhan didokumentasikan dalam
rekam medis pasien dan diverifikasi oleh DPJP utama.
c. Kontinuitas pelayanan pasien dijamin tetap berkesinambungan mulai
dari saat pasien masuk baik dari IGD maupun dari rawat jalan ke unit
pelayanan lain (rawat inap, layanan diagnostik dan pengobatan,
layanan bedah dan non bedah dan tempat perawatan lain) serta
didokumentasikan dalam catatan rekam medis pasien.
d. Rekam medis pasien harus tersedia lengkap saat pasien akan
diberikan pelayanan di rawat jalan maupun rawat inap. Informasi
riwayat kesehatan yang lalu dapat diperoleh dari catatan rekam
medis pasien di Rumah Sakit Primaya maupun catatan rekam medis
dari luar.
e. Pasien selama dirawat di Rumah Sakit Primaya dapat dipindahkan ke
unit lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Bila pasien
tersebut dipindahkan ke unit lain maka berkas rekam medis pasien
tersebut harus disertakan.

-8-
f. Koordinasi antar layanan dibawah tanggung jawab koordinator
pelayanan unit masing masing dan koordinasi perawatan pasien
tertentu dibawah tanggung jawab Case Manager dan akan dievaluasi.
g. Kelompok pasien yang dilakukan koordinasi perawatan oleh Case
Manager yaitu pasien risiko tinggi, biaya tinggi, potensi komplain
tinggi, kemungkinan sistem pembiayaan yang kompleks, kasus yang
melebihi rata rata lama dirawat, kasus yang teridentifikasi rencana
pemulangannya kritis atau yang membutuhkan kontinuitas
pelayanan, kasus kompleks/ sulit.
h. Case manager melakukan koordinasi perencanaan proses asuhan
pasien selama rawat inap sampai kembali ke komunitas/ rumah
dengan mengupayakan hasil yang terbaik.
i. Rekam medis pasien harus diperbaharui untuk memastikan
informasi terkini sehingga informasi yang terkait dengan pasien
dapat diakses oleh seluruh tim yang merawat pasien.
j. Dokter yang bertanggung jawab terhadap setiap pasien yang dirawat
inap adalah dokter penanggung jawab pelayanan pelayanan (DPJP)
yang memiliki surat izin praktik di Rumah Sakit Primaya dan
penugasan kewenangan klinis yang sesuai dengan kasus penyakit
pasien.
k. DPJP bertanggung jawab melakukan koordinasi terhadap perawatan
pasien yang diidentifikasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia
dalam seluruh fase layanan rawat inap pasien.
l. Dalam kondisi pasien dirawat oleh beberapa DPJP (multidisiplin),
maka pengambilan keputusan untuk perawatan dan layanan yang
akan diberikan harus didiskusikan dan disepakati bersama serta
dipimpin oleh DPJP utama.
m. Apabila ada rencana tindakan atau pengobatan pada pasien yang
sedang dirawat oleh DPJP lain, maka harus dikoordinasikan ke DPJP
utama oleh dokter jaga ruangan atau perawat.
n. Apabila ada rencana tindakan atau pengobatan pada pasien yang
sedang dirawat oleh DPJP lai, maka harus dikoordinasikan ke DPJP
utama oleh dokter jaga ruangan atau perawat.
o. Apabila DPJP berhalangan karena cuti maka DPJP tersebut akan
mengkoordinasikan pelayanan pasien ke dokter spesialis lain yang
-9-
memiliki kewenangan klinis yang sama. Dan apabila ada perubahan
kondisi dan permasalahan pasien di luar bidang kemampuan dokter
tersebut maka dokter penanggung jawab akan dialihkan atau
dikonsulkan ke dokter yang lebih berkompeten.
p. DPJP untuk pasien di IGD adalah dokter jaga IGD, bila pasien akan
dirawat inapkan maka ada pengalihan tanggung jawab dari dokter
jaga IGD ke dokter spesialis sebagai DPJP utama.
q. DPJP untuk pasien dirawat jalan adalah dokter umum, dokter
spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang memiliki surat ijin
praktik di Rumah Sakit Primaya Depok.
r. DPJP untuk pasien yang dirawat di ruang intensif adalah dokter
spesialis intensivis sebagai DPJP utama dan dokter spesialis lain
sesuai dengan kasus penyakit utamanya atau dokter spesialis yang
sebelumnya merawat pasien tersebut.
s. Pasien yang telah dipindahkan dari ruang intensif ke unit rawat inap,
maka DPJP utama disesuaikan dengan kasus penyakit utamanya
atau DPJP sebelumnya.
t. Proses pengalihan DPJP harus terdokumentasi dalam berkas rekam
medis pasien.

8. TRANSFER PASIEN
a. Pasien yang dipindahkan didalam rumah sakit antar unit akan
menggunakan formulir transfer internal yang mencakup :
1) Alasan dirawat
2) Temuan klinis yang bermakna
3) Diagnosis pasien
4) Prosedur yang dilakukan pada pasien
5) Obat - obatan dan pengobatan lain yang diberikan
6) Kondisi pasien saat ditransfer
b. Rumah Sakit Primaya menetapkan sistem merujuk atau
memulangkan pasien berdasarkan status kesehatan pasien dan
kebutuhan akan perawatan yang berkelanjutan yang tertuang dalam
panduan praktik klinis Rumah Sakit Primaya Depok.

- 10
c. Rumah Sakit Primaya mempunyai 2 jenis ijin/ cuti pasien rawat inap
yaitu :
1) Atas permintaan pasien sendiri
2) Pasien pulang yang diindikasikan oleh dokter karena ada
pertimbangkan psikologi/ psikososial, maka pihak rumah sakit
menghubungi keluarga, dan menginformasikan ke DPJP
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk ijin/ cuti pasien rawat inap adalah :

 Harus seizin dokter penanggung jawab pelayanan sesuai dengan kondisi pasien.
 Menandatangani formulir surat cuti / izin pasien.
 Mendapatkan edukasi dan informasi terkait dengan obat, alat kesehatan yang
terpasang, tanda-tanda kegawatan serta resiko yang mungkin terjadi.
 Ketika pasien tersebut kembali kerumah sakit perawat harus melakukan pengkajian
apakah obat tersebut diminum di rumah.
 Jangka waktu cuti pasien tidak lebih 1x24 jam

d. Sebelum proses rujuk ataupun pasien pulang akan dilakukan


pengkajian kebutuhan transportasi pasien sesuai dengan kondisi
pasien tersebut.
e. Perencanaan perujukan atau pemulangan pasien dilakukan mulai
saat awal perawatan pasien, saat pasien dalam perawatan atau saat
pasien akan dipulangkan. Perencanaan pulang berupa edukasi atau
petunjuk bagi pasien dan keluarga berhubungan dengan kebutuhan
pasien akan perawatan berkesinambungan, yaitu:
1) Penggunaan obat obatan yang aman dan efektif (tidak hanya obat
yang diberikan pada saat pemulangan), termasuk kemungkinan
efek samping obat.
2) Penggunaan teknologi kesehatan yang aman dan efektif.
3) Kemungkinan adanya interaksi antara obat–obatan yang
diberikan dengan obat lain ( termasuk obat yang dijual bebas)
serta makanan.
4) Diet dan nutrisi.
5) Tata laksana nyeri.
6) Teknik rehabilitasi.

- 11
7) Kondisi pasien yang membutuhkan perawatan mendesak.
f. Edukasi tersebut dicatat oleh petugas kesehatan pada
lembar informasi dan edukasi.

g. Rumah Sakit Primaya akan menjalin hubungan atau bekerja sama dengan
tenaga medis dan instansi luar untuk memastikan perujukan yang sesuai
dan tepat waktu.

h. Setiap pasien yang akan dipulangkan atau dirujuk ke instansi lain maka
DPJP/ DPJP Utama harus mengisi resume medis pasien dengan lengkap
dalam jangka waktu 1x24 jam sebelum pulang.

i. Resume medis berisi:

1) Penyebab pasien dirawat, diagnosa, dan penyakit penyerta

2) Temuan pemeriksaan yang signifikan

3) Prosedur dan penatalaksanaan lain yang diberikan ke pasien

4) Pengobatan yang diberikan selama di rumah sakit dan obat- obatan


yang dilanjutkan oleh pasien pulang

5) Instruksi untuk follow up

6) Kondisi pasien pada saat pulang/ dirujuk

j. Dokter umum berwenang untuk menuliskan resume medis jika DPJP


berhalangan/ atas persetujuan DPJP.

k. Resume medis asli diberikan ke pasien pada saat pasien pulang dan
salinan resume medis disimpan di berkas rekam medis.

l. Apabila rumah sakit menggunakan E-Medical Record, maka resume


medis di print out 2 lembar ( 1 diberikan ke pasien dan 1 di berkas
rekam medis).

m. Ringkasan Klinis Rawat Jalan hanya digunakan untuk pasien yang


membutuhkan perawatan komplek sehingga dapat dengan mudah
dibaca dan diakses oleh tenaga medis yang merawat pasien tersebut
(seperti pasien dengan riwayat penyakit gagal ginjal kronik on HD,
Chronic Heart Failure, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Dislipidemia,
Coronary Artery Disease, dll.)

- 12
n. Setiap pasien yang pulang dengan menggunakan implan, maka pasien
harus diedukasi tentang implan oleh dokter/ perawat dan
didokumentasikan pada lembar informasi dan edukasi serta
dibuatkan stamp implant pada resume medis pasien.
o. Dalam memberikan edukasi pasien dan instruksi tindak lanjut
diberikan dalam bentuk tertulis dan bahasa yang mudah dipahami
oleh pasien meliputi pemeriksaan kembali untuk perawatan tindak
lanjut dan kapan pasien membutuhkan perawatan yang mendesak.
p. Rumah Sakit menindaklanjuti untuk pasien rawat inap yang pulang
atas permintaan sendiri (pulang paksa) dengan cara:
1. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai risiko
medis bila tidak dilakukan perawatan atau pengobatan dengan
tepat, informasi ini ditulis pada formulir informasi dan edukasi.
2. Pasien yang pulang paksa dipulangkan sesuai dengan proses
pemulangan pasien yang berlaku dirumah sakit.
3. Mengidentifikasi alasan pasien pulang paksa, dalam hal ini ditulis
alasannya dengan tepat pada surat pernyataan.
4. Petugas akan melaporkan kasus - kasus penyakit infeksi menular
dan kasus dimana pasien dapat membahayakan diri sendiri atau
masyarakat lain ke dinas kesehatan setempat agar ditindak lanjuti.
5. Menginformasikan kondisi pasien pada saat pulang kepada dokter
keluarga jika ada.
q. Rumah Sakit memiliki proses untuk mengelola pasien rawat jalan
yang sedang menjalani pengobatan yang kompleks namun tidak
datang untuk pengobatan tersebut, maka petugas melakukan kontak
via telepon ke pasien menanyakan alasan tidak menjalani kembali
pengobatan dan menjelaskan risiko apabila pengobatan tersebut
dihentikan.
r. Apabila terdapat dokter keluarga yang diketahui oleh rumah sakit,
maka petugas rumah sakit menginformasikan kondisi pasien tersebut
ke dokter keluarga.

- 13
Ditetapkan di: Depok
pada tanggal: 01 Agustus 2022
Direktur Rumah Sakit
Primaya Depok

dr. Hanny Merliana, MARS

- 14

Anda mungkin juga menyukai