Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN RUMAH SAKIT PRIMAYA

Tanggal
Status Status Status
Tanggal Terbit Tanggal Efektif Peninjauan
Dokumen Review Revisi Kembali
Revisi 00 00 01 Desember 2017 01 Januari 2018 01 Desember 2020

Revisi 01 01 01 Juni 2021 01 Juli 2021 01 Juni 2024

Riwayat Revisi
Penanggung
Revisi Jawab No Dokumen Uraian Perubahan
014/SK/DIR/YANMED/RSAB-
00 Medis
12/XII/2017
1. Perubahan logo menjadi Primaya
Hospital.
2. Perubahan setiap nama Rumah
01 Medics 014/PER/DIR/PHG/VI/2021 Sakit Awal Bros menjadi Rumah
Sakit Primaya.
3. Perubahan penomoran dokumen.
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PRIMAYA
Nomor 014/PER/DIR/ PHG/XVI2021

TENTANG

KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN

RUMAH SAKIT PRIMAYA

Menimbang : 1. Bahwa untuk memastikan AKSES PELAYANAN DAN


PERAWATAN Pasien di Rumah Sakit Primaya perlu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan agar dapat
memberikan pelayanan lebih baik, optimal dan bermutu
tinggi.

2. Bahwa mengacu pada Visi dan Misi Rumah Sakit, maka


akses pelayanan dan perawatan pasien di Rumah Sakit
Primaya akan senantiasa diberikan secara profesional.

3. Bahwa agar akses pelayanan dan perawatan pasien di


Rumah Sakit Primaya dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Peraturan Direktur.

4. Bahwa sehubungan dengan butir 1, 2, dan 3 tersebut di


atas dipandang perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Primaya.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA TENTANG
KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN RUMAH
SAKIT PRIMAYA

Kedua : Memberlakukan KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN


PERAWATAN RUMAH SAKIT PRIMAYA, sebagaimana
dimaksud dalam diktum kesatu tercantum dalam lampiran
peraturan ini

Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di


kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Karawang
pada tanggal 01 Juni 2021
Direktur Rumah Sakit

dr. Dewi Saputra Tjitra, MARS


LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA
NOMOR 014/PER/DIR/PHG/VI/2021
TENTANG KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN RUMAH SAKIT PRIMAYA

KEBIJAKAN AKSES PELAYANAN DAN PERAWATAN

RUMAH SAKIT PRIMAYA

I. KEBIJAKAN UMUM

1. Seluruh pelayanan pasien di Rumah Sakit Primaya harus selalu berorientasi


kepada mutu dan keselamatan pasien.

2. Semua peralatan di Rumah Sakit Primaya harus selalu dilakukan


pemeliharaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Semua petugas kesehatan yang memberi pelayanan ke pasien wajib


memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Setiap petugas kesehatan yang memberi pelayanan ke pasien wajib


meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan yang sudah diprogramkan.

5. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap petugas kesehatan yang memberi


pelayanan ke pasien wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri ( APD), serta
selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, Standar
Prosedur Operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien,
dan mengutamakan keselamatan pasien.

7. Pelayanan di Rumah Sakit Primaya dilaksanakan dalam 24 jam.

8. Penyediaan tenaga di Rumah Sakit Primaya harus mengacu kepada pola


ketenagaan.

9. Ambulance adalah kendaraan yang memiliki peralatan khusus untuk


transportasi pasien termasuk ambulance udara.

II. KEBIJAKAN KHUSUS

SKRINING PENERIMAAN PASIEN ACC 1 POIN 1, ACC 1


POIN 6

1. Skrining adalah proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi


dan kebutuhan perawatan pasien di awal sesuai dengan sumber daya
dan fasilitas rumah sakit.

2. Setiap pasien yang diterima di rawat inap atau rawat jalan akan
menjalani proses skrining.

3. Proses skrining melalui kriteria triage, evaluasi visual, pemeriksaan fisik


atau hasil - hasil pemeriksaan sebelumnya yang terkait fisik, psikologi
dan laboratorium klinis atau evaluasi pencitraan diagnostik.

4. Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat memberikan layanan yang
diperlukan.
ACC 1 POIN 6

5. Skrining dapat dilakukan pada kondisi:


a. Melalui telepon khususnya bagi pasien/ keluarga pasien yang
menghubungi rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih
lanjut.
b. Pasien sedang dalam transportasi menuju rumah sakit.
c. Pasien sedang berada di rumah sakit yang akan merujuk ke Rumah
Sakit Primaya.

6. Skrining infeksius dilakukan untuk risiko penyakit infeksi seperti MRSA


( Methicillin Resistent Staphylococcus Aureus), MERS ( Middle East
Respiratory Syndrome), SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome),
Avian Influenza, dan lain-lain.

7. Skrining pada pasien emerging disease ( MERS dan SARS) dilakukan


pada saat di triage baik di Instalasi Gawat Darurat ataupun di Unit
Rawat Jalan dengan menanyakan apakah pasien ada keluhan demam,
batuk, riwayat perjalanan ke Timur Tengah.

Bila ditemukan indikasi maka dilakukan barrier nursing, antara lain


diberikan masker dan ditempatkan di ruang isolasi, kemudian akan
dilakukan proses rujuk ke rumah sakit khusus penyakit tersebut ( jika
perlu).

8. Dalam melaksanakan proses skrining maka rumah sakit


memberlakukan ketentuan Routine Admission Testing (RAT) dan
pemeriksaan penunjang pre-operatif.

9. Pasien yang diterima sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap
dilayani di Instalasi Gawat Darurat dan Unit Rawat Jalan akan menjalani
anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan penunjang yang
telah ditetapkan oleh dokter yang bertanggung jawab.
ACC 1 POIN 5

10. Dari hasil ananmnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


dokter akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan
pasien, yaitu:
a. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan,
b. Rawat inap ruang biasa,
c. Rawat inap ruang khusus atau intensif,
d. Konsultasi atau alih rawat ke spesialis lain,
e. Dirujuk atau dipindahkan jika pasien tersebut membutuhkan
pelayanan yang tidak dimiliki oleh Rumah Sakit Primaya.

A. Sistem Triage
ACC 1 POIN 3

1. Rumah Sakit Primaya mempunyai proses triage berbasis bukti untuk


melakukan prioritas pada pasien yang membutuhkan perawatan
segera, dengan menggunakan kriteria triage Emergency Severity Index
(ESI).

2. Staf yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat ( IGD), baik dokter maupun
perawat, wajib mendapatkan pendidikan dan pelatihan kriteria triage
Emergency Severity Index (ESI). ACC 1 POIN 2 ACC 1 POIN 4

3. Pasien dalam kondisi gawat akan dikaji, distabilisasi dan diatasi


kegawat daruratannya sesuai dengan kapasitas rumah sakit sebelum
dilakukan transfer.

ACC 2 POIN 3
4. Proses stabilisasi yang diberikan sebelum transfer didokumentasikan
dalam rekam medis oleh petugas yang melakukan transfer.

5. Triage juga dilakukan untuk mendeteksi lebih awal tanda dan gejala
dari penyakit menular.

B. Penundaan Pelayanan
ACC 1.1 POIN 1

1. Setiap penundaan pelayanan dan atau pengobatan terhadap pasien


(rawat jalan/ rawat inap) harus diinformasikan alasan penundaan dan
alternatif lain serta didokumetasikan dalam rekam medis pasien.
Alternatif lain tersebut dapat berupa: menanyakan ke pasien/keluarga
pasien untuk mengganti dengan dokter lain yang memiliki spesialisasi
yang sama.

2. Ruang lingkup keterlambatan penundaaan pelayanan yang dimaksud


adalah keterlambatan bersifat sementara.
Contoh penundaan pelayanan Rumah Sakit dapat meliputi:
a. Keterlambatan/ penundaan pelayanan diagnostik di Unit Rawat
Jalan dan Rawat Inap.
b. Kamar perawatan penuh.
c. Penundaan/ keterlambatan tindakan.
d. Keterlambatan/ penundaan pemberian pengobatan/ treatment di
IGD, rawat jalan dan rawat inap.
e. Keterlambatan/penundaan pelayanan Dokter/ tenaga medis
lainnya.
ACC 1.1 POIN 2 DAN 3

3. Bila pasien atau keluarga menolak alternatif yang ditawarkan, dimana


penundaan pelayanan tersebut bersifat membahayakan kondisi pasien
maka pasien/ keluarga menandatangani surat pernyataan setelah
diedukasi oleh petugas rumah sakit dan didokumentasikan dalam
rekam medis pasien.

4. Pada kondisi pasien membutuhkan pelayanan segera (CITO), dimana


rumah sakit tidak memiliki fasilitas penunjang namun pasien menolak
dirujuk, maka pasien atau penanggung jawabnya dijelaskan mengenai
risiko yang dapat terjadi dan konsekuensi akibat penundaan
pelayanan. Pasien/ keluarga menandatangani surat pernyataan setelah
diedukasi oleh petugas rumah sakit dan didokumentasikan dalam
rekam medis pasien.

C. Penerimaan Pasien Rumah Sakit.

1. Rumah Sakit Primaya mempunyai proses penerimaan pasien rawat


inap dan pendaftaran pasien rawat jalan.

2. Rumah Sakit memberikan kebutuhan pasien atas layanan preventif


( contohnya pasien dengan immunocompromise, pasien dengan risiko
jatuh tinggi), kuratif, paliatif dan rehabilitatif, berdasarkan hasil
screening dan pengkajian awal.

3. Selama proses penerimaan sebagai pasien rawat inap pasien akan


diinformasikan:
a. perawatan yang diusulkan
b. hasil yang diharapkan dari perawatan
c. informasi mengenai perkiraan biaya
d. informasi tentang ruang perawatan yang dipilih oleh pasien, dan
berlaku di seluruh Rumah Sakit.
4. Pada saat pasien diterima di ruang perawatan, maka pasien dilakukan
orientasi mengenai ruang perawatan tersebut dan kapan harus
menghubungi perawat atau dokter serta didokumentasikan pada
formulir orientasi penerimaan pasien baru.

D. Proses pengelolaan alur pasien diseluruh rumah sakit.

1. Rumah sakit mengupayakan ketersediaan tempat tidur bagi pasien IGD


maupun rawat inap dengan cara:
a. Mempercepat proses pemulangan pasien rawat inap
b. Mempercepat proses penyiapan kamar pasien
c. Mempercepat pengiriman pasien dari IGD ke ruang rawat inap
Boarding time pasien di IGD maksimum 60 (enam puluh) menit.

2. Apabila terjadi kondisi dimana IGD penuh, maka rumah sakit harus
memiliki alternatif tempat penempatan pasien IGD sementara dengan
melengkapi fasilitas seperti:
a. Peralatan medis
b. Utility ( listrik, air, gas medis)
c. Obat dan alkes
d. Tenaga medis, keperawatan dan tenaga pendukung (housekeeping
dan transportasi)
Penanganan dan pengawasan bagi pasien yang ditempatkan di tempat
alternatif tersebut harus sesuai standar pelayanan.
ACC 2 POIN 6

3. Rumah Sakit mempunyai Bed Management Officer (BMO) yang


mengelola ketersediaan tempat tidur pada unit rawat inap.
4. Untuk pasien IGD yang diputuskan untuk rawat inap namun masih
menunggu di kamar IGD, harus mendapatkan penanganan yang sama
seperti seharusnya di rawat inap.
5. Komite Mutu Rumah Sakit memantau dan memperbaiki proses untuk
mengurangi keterlambatan pengiriman pasien dari IGD ke ruang rawat
inap (boarding time)
ACC 2.3
E. Penerimaan, Pemulangan atau Pemindahan Pasien Layanan Intensif. POIN 1
1. Pasien yang akan masuk dan keluar dari unit intensif harus memenuhi
ketentuan/ kriteria yang telah ditentukan oleh Rumah Sakit ( kriteria
terlampir).
Ketentuan/ kriteria yang ditetapkan tersebut harus berdasarkan
urutan prioritas, diaTRANnostik, parameter yang objektif termasuk
kriteria fisiologis.
2. Semua staf medis harus disosialisasikan tentang kriteria pasien yang
masuk dan keluar intensif.
3. Rekam medis pasien saat ditransfer ke unit layanan intensif maka
harus disertakan ke unit layanan intensif.

ACC 2.3
POIN 3
F. Kesinambungan Pelayanan

1. Pelayanan kesehatan pasien di Instalasi Gawat Darurat dan rawat inap


berpedoman pada guidelines yang berbasis bukti (evidence based),
panduan praktek klinis, clinical pathway yang berlaku di Rumah Sakit
Primaya.
ACC 3 POIN
2

2. Semua asuhan dan rencana keperawatan pasien baik di IGD, rawatinap,


rawat jalan oleh para pemberi asuhan didokumentasikan dalam rekam
medis pasien dan diverifikasi oleh DPJP utama.

3. Kontinuitas pelayanan pasien dijamin tetap berkesinambungan mulai


dari saat pasien masuk baik dari IGD maupun dari rawat jalan ke unit
pelayanan lain (rawat inap, layanan diagnostik dan pengobatan,
layanan bedah dan non bedah dan tempat perawatan lain) serta
didokumentasikan dalam catatan rekam medis pasien.

4. Rekam medis pasien harus tersedia lengkap saat pasien akan diberikan
pelayanan di rawat jalan maupun rawat inap. Informasi riwayat
kesehatan yang lalu dapat diperoleh dari catatan rekam medis pasien
di Rumah Sakit Primaya maupun catatan rekam medis dari luar. ACC 3 POIN
5

5. Pasien selama dirawat di Rumah Sakit Primaya dapat dipindahkan ke


unit lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Bila pasien
tersebut dipindahkan ke unit lain maka berkas rekam medis pasien
tersebut harus disertakan.
6. Koordinasi antar layanan dibawah tanggung jawab koordinator
pelayanan unit masing masing dan koordinasi perawatan pasien
tertentu dibawah tanggung jawab Case Manager dan akan dievaluasi.
7. Kelompok pasien yang dilakukan koordinasi perawatan oleh Case
Manager yaitu pasien risiko tinggi, biaya tinggi, potensi komplain
tinggi, kemungkinan sistem pembiayaan yang kompleks, kasus yang
melebihi rata rata lama dirawat, kasus yang teridentifikasi rencana
pemulangannya kritis atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan, kasus
kompleks/ sulit.
8. Case manager melakukan koordinasi perencanaan proses asuhan
pasien selama rawat inap sampai kembali ke komunitas/ rumah
ACC 3 POIN
9 dengan mengupayakan hasil yang terbaik.
9. Rekam medis pasien harus diperbaharui untuk memastikan informasi
terkini sehingga informasi yang terkait
V dengan pasien dapat diakses
oleh seluruh tim yang merawat pasien.
10. Dokter yang bertanggung jawab terhadap setiap pasien yang dirawat
inap adalah dokter penanggung jawab pelayanan pelayanan (DPJP)
yang memiliki surat izin praktik di Rumah Sakit Primaya dan
penugasan kewenangan klinis yang sesuai dengan kasus penyakit
pasien.

11. DPJP bertanggung jawab melakukan koordinasi terhadap perawatan


pasien yang diidentifikasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia
dalam seluruh fase layanan rawat inap pasien.
12. Dalam kondisi pasien dirawat oleh beberapa DPJP (multidisiplin),
maka pengambilan keputusan untuk perawatan dan layanan yang akan
diberikan harus didiskusikan dan disepakati bersama serta dipimpin
oleh DPJP utama.
13. Apabila ada rencana tindakan atau pengobatan pada pasien yang
sedang dirawat oleh DPJP lain, maka harus dikoordinasikan ke DPJP
utama oleh dokter jaga ruangan atau perawat.
14. Apabila DPJP berhalangan karena cuti maka DPJP tersebut akan
mengkoordinasikan pelayanan pasien ke dokter spesialis lain yang
memiliki kewenangan klinis yang sama. Dan apabila ada perubahan
kondisi dan permasalahan pasien di luar bidang kemampuan dokter
tersebut maka dokter penanggung jawab akan dialihkan atau
dikonsulkan ke dokter yang lebih berkompeten.
15. DPJP untuk pasien di IGD adalah dokter jaga IGD, bila pasien akan
dirawat inapkan maka ada pengalihan tanggung jawab dari dokter jaga
IGD ke dokter spesialis sebagai DPJP utama.
16. DPJP untuk pasien dirawat jalan adalah dokter umum, dokter spesialis,
dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang memiliki surat ijin praktik di
Rumah Sakit Primaya.
17. DPJP untuk pasien yang dirawat di ruang intensif adalah dokter
spesialis intensivis sebagai DPJP utama dan dokter spesialis lain sesuai
dengan kasus penyakit utamanya atau dokter spesialis yang
sebelumnya merawat pasien tersebut.
18. Pasien yang telah dipindahkan dari ruang intensif ke unit rawat inap,
maka DPJP utama disesuaikan dengan kasus penyakit utamanya atau
DPJP sebelumnya.
19. Proses pengalihan DPJP harus terdokumentasi dalam berkas rekam
medis pasien.

20. Pasien yang dipindahkan didalam rumah sakit antar unit akan
menggunakan formulir transfer internal yang mencakup :
a. Alasan dirawat
b. Temuan klinis yang bermakna
c. Diagnosis pasien
d. Prosedur yang dilakukan pada pasien
e. Obat - obatan dan pengobatan lain yang diberikan
f. Kondisi pasien saat ditransfer
21. Rumah Sakit Primaya menetapkan sistem merujuk atau memulangkan
pasien berdasarkan status kesehatan pasien dan kebutuhan akan
perawatan yang berkelanjutan yang tertuang dalam panduan praktik
klinis Rumah Sakit Primaya.
22. Rumah Sakit Primaya mempunyai 2 jenis ijin/ cuti pasien rawat inap
yaitu :
a. Atas permintaan pasien sendiri
b. Pasien pulang yang diindikasikan oleh dokter karena ada
pertimbangkan psikologi/ psikososial, maka pihak rumah sakit
menghubungi keluarga, dan menginformasikan ke DPJP
Hal yang perlu diperhatikan untuk ijin/ cuti pasien rawat inap adalah:
- Harus seizin dokter penanggung jawab pelayanan sesuai dengan
kondisi pasien.
- Menandatangani formulir surat cuti/ izin pasien.
- Mendapat edukasi dan informasi terkait dengan obat, alat
kesehatan yang terpasang, tanda-tanda kegawatan serta risiko
yang mungkin terjadi.
- Ketika pasien tersebut kembali ke rumah sakit perawat harus
melakukan pengkajian apakah obat tersebut diminum di rumah.
- Jangka waktu cuti pasien tidak lebih dari 24 jam.
23. Sebelum proses rujuk ataupun pasien pulang akan dilakukan
pengkajian kebutuhan transportasi pasien sesuai dengan kondisi
pasien tersebut.
24. Perencanaan perujukan atau pemulangan pasien dilakukan mulai saat
awal perawatan pasien, saat pasien dalam perawatan atau saat pasien
akan dipulangkan. Perencanaan pulang berupa edukasi atau petunjuk
bagi pasien dan keluarga berhubungan dengan kebutuhan pasien akan
perawatan berkesinambungan, yaitu :
a. Penggunaan obat obatan yang aman dan efektif (tidak hanya obat
yang diberikan pada saat pemulangan), termasuk kemungkinan
efek samping obat.
b. Penggunaan teknologi kesehatan yang aman dan efektif.
c. Kemungkinan adanya interaksi antara obat–obatan yang diberikan
dengan obat lain ( termasuk obat yang dijual bebas) serta makanan.
d. Diet dan nutrisi.
e. Tata laksana nyeri.
f. Teknik rehabilitasi.
g. Kondisi pasien yang membutuhkan perawatan mendesak.
Edukasi tersebut dicatat oleh petugas kesehatan pada lembar
informasi dan edukasi.
25. Rumah Sakit Primaya akan menjalin hubungan atau bekerja sama
dengan tenaga medis dan instansi luar untuk memastikan perujukan
yang sesuai dan tepat waktu. ACC 3 POIN
26

26. Setiap pasien yang akan dipulangkan atau dirujuk ke instansi lain maka
DPJP/ DPJP Utama harus mengisi resume medis pasien dengan
lengkap dalam jangka waktu 1x24 jam sebelum pulang.
Resume medis berisi:
a. Penyebab pasien dirawat, diagnosa, dan penyakit penyerta
b. Temuan pemeriksaan yang signifikan
c. Prosedur dan penatalaksanaan lain yang diberikan ke pasien
d. Pengobatan yang diberikan selama di rumah sakit dan obat-obatan
yang dilanjutkan oleh pasien pulang
e. Instruksi untuk follow up
f. Kondisi pasien pada saat pulang/ dirujuk

27. Dokter umum berwenang untuk menuliskan resume medis jika DPJP
berhalangan/ atas persetujuan DPJP.
28. Resume medis asli diberikan ke pasien pada saat pasien pulang dan
salinan resume medis disimpan di berkas rekam medis.
Apabila rumah sakit menggunakan E-Medical Record, maka resume
medis di print out 2 lembar ( 1 diberikan ke pasien dan 1 di berkas rekam
medis).
29. Ringkasan Klinis Rawat Jalan hanya digunakan untuk pasien yang
membutuhkan perawatan komplek sehingga dapat dengan mudah
dibaca dan diakses oleh tenaga medis yang merawat pasien tersebut
(seperti pasien dengan riwayat penyakit gagal ginjal kronik on HD,
Chronic Heart Failure, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Dislipidemia,
Coronary Artery Disease, dll.)
30. Setiap pasien yang pulang dengan menggunakan implan, maka pasien
harus diedukasi tentang implan oleh dokter/ perawat dan
didokumentasikan pada lembar informasi dan edukasi serta dibuatkan
stamp implant pada resume medis pasien.
31. Dalam memberikan edukasi pasien dan instruksi tindak lanjut
diberikan dalam bentuk tertulis dan bahasa yang mudah dipahami oleh
pasien meliputi pemeriksaan kembali untuk perawatan tindak lanjut
dan kapan pasien membutuhkan perawatan yang mendesak.
32. Rumah Sakit menindaklanjuti untuk pasien rawat inap yang pulang
atas permintaan sendiri (pulang paksa) dengan cara:
a. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai risiko
medis bila tidak dilakukan perawatan atau pengobatan dengan
tepat, informasi ini ditulis pada formulir informasi dan edukasi.
b. Pasien yang pulang paksa dipulangkan sesuai dengan proses
pemulangan pasien yang berlaku dirumah sakit.
c. Mengidentifikasi alasan pasien pulang paksa, dalam hal ini ditulis
alasannya dengan tepat pada surat pernyataan.
d. Petugas akan melaporkan kasus - kasus penyakit infeksi menular
dan kasus dimana pasien dapat membahayakan diri sendiri atau
masyarakat lain ke dinas kesehatan setempat agar ditindak lanjuti.
e. Menginformasikan kondisi pasien pada saat pulang kepada dokter
keluarga jika ada.
33. Rumah Sakit memiliki proses untuk mengelola pasien rawat jalan yang
sedang menjalani pengobatan yang kompleks namun tidak datang
untuk pengobatan tersebut, maka petugas melakukan kontak via
telepon ke pasien menanyakan alasan tidak menjalani kembali
pengobatan dan menjelaskan risiko apabila pengobatan tersebut
dihentikan.
Apabila terdapat dokter keluarga yang diketahui oleh rumah sakit,
maka petugas rumah sakit menginformasikan kondisi pasien tersebut
ke dokter keluarga.

Ditetapkan di Karawang
pada tanggal 01 Juni 2021
Direktur Rumah Sakit

dr. Dewi Saputra Tjitra, MMRS


dr. Dewi Saputra Tjitra, MARS
Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh:

Amelia
Nama Dewi Saputra Tjitra Kusumawardhani Lany Darmamulia
Setiawan

Corporate Medical Corporate Quality Corporate Medical


Jabatan
Manager Assistant Manager Director

Tanda
tangan

Anda mungkin juga menyukai