Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ILMU

Disusun oleh:

LUTFI INDRIYASWARI (010215A036)

STIKES NGUDI WALUYO SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.wb

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan atas limpahan rahma dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Rasa syukur itu dapat kita wujudkan dengan cara memelihara lingkungan dan
menjaga kesehatan serta mengasah akal budi untuk memanfaatkan karunia Tuhan itu dengan
sebaik-baiknya. Jadi rasa syukur itu harus senantiasa kita wujudkan dengan rajin dan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan cara itu, kita akan menjadi generasi bangsa yang
tangguh dan berbobot serta pintar.

Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan dalam waktu yang relative singkat. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Etika dan Filsafat Ilmu pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk
wawasan tentang “Filsafat Ilmu”

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan yang mungkin kurang sesuai dengan keinginan pembaca. Olehnya itu, kami sangat
terbuka untuk menerima semua saran dan kritikan yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu mengalami perkembangan
yang sangat mencolok. Pada pemulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi
hamper seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu kecenderungan yang
lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi
terpecah-pecah (Bertens, Nuchlemans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya imu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahann antara filsafat dan
pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut
ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari
filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada system filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri
telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang
melepaskan diri dari batang filsafatny, berkembang mandiri dan masing-maing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu pengetahuan baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kerarah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialiasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan ileh Van Peursen
(1985), ahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu system yang jalin-menjalin dan
taat asa (konsisten) ari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
2. Rumusan Masalah
2.1. Apa pengertian filsafat menurut para ahli itu?
2.2. Apa pengertian ilmu menurut para ahli?
2.3. Apa pengertian filsafat ilmu menurut para ahli?
2.4. Apa saja ruang lingkup ilmu filsafat?
3. Tujuan
3.1. Mengetahui pengertian filsafat menurut para ahli
3.2. Mengatahui pengertian ilmu menurut para ahli
3.3. Mengetahui pengertian filsafat ilmu menurut para ahli
3.4. Menjelaskan ruang lingkup filsafat ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT


Pengertian filsafat menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut :
1. Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2. ( (384 – 322 SM) 
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan
demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah
dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
3. Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi
dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
5. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) 
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan
manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
6. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
7. Notonegoro 
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang
tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
8. Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang
penghabisan “.
9. Sidi Gazalba 
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala
sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
10. Harold H. Titus (1979 ) 
- (Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
- Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
- Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
11. Hasbullah Bakry :
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
2.2 PENGERTIAN ILMU
Pengertian Ilmu menurut beberapa tokoh sebagai berikut:
1. M. Izuddin Taufiq
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan
eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
2. Thomas Kuhn
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk
penolakan maupun pengembangannya.
3. Dr. Maurice Bucaille
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama
maupun sebentar.
4. Ns. Asmadi
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui
penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)
5. Poespoprodjo
Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan
teori dan uji empiris
2.3 DEFINISI FILSAFAT ILMU
Berikut definisi Filsafat Ilmu menurut beberapa tokoh dintaranya sebagai berikut:
1. Robert Ackermann
Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah
dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-
pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari
praktek ilmiah senyatanya.
2. Peter Caws
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang
filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia.
3. Lewis White Beck
Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
4. John Macmurray
Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis terhadap pandangan-
pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi
ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu.
3 RUANG LINGKUP
Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
a. Ontologi ilmu
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan
bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn).  Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat
bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada
sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
b. Epistemologi ilmu
meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai
pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita
pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal
dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik,
sehingga dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme,
empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan
berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu
model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori
koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
c. Akslologi llmu
meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai
suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam
melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Dalam perkembangannya
Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu,
yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan untuk
menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya
bagi kehidupan
BAB III

PENUTUP

Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah system kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal. Pengertian ini
merupakan kumpulan dari pendapat para ahli menganai filsafat. I

lmu merupakan seki\umpulan data atau informasi yang bertujuan untuk hakikat, dasar ataupun
asal-usul dengan cara mengetahui melalui perkembangan terori dan uji empiris.

Filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingn terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka
ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu
demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.

Sedangkan kedudukan filsafat dalam pengethuan adalah bertugas member landasan fisiolofis
untuk meminimal memahami berbagai konsep terori suatu disiplin ilmu, sampai memberikan
membekalkan kemampuan untuk membangun teiori ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Buckingham, W. (2013). The Philosophy Book. London: DK Publishing.

Meliono, I. (2007). MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI.

Wesly, C. (2013, 04 02). Definisi Filsafat Menurut para Ahli. Diambil kembali dari blog Candra
Wesly:http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definis-filsafat-menurut-para-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai