Penyakit Asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas yang
reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan. Penyakit ini memiliki tanda dan
gejala berupa sesak napas, batuk–batuk dari ringan sampai berat dan timbulnya
(Smelzer, 2010).
asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma
spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara
dispnea, batuk, dan mengi, eksaserbasi akut akan terjadi beberapa menit
sampai jam bergantian dengan periode bebas gejala. (Brunner & Sudarth, 2005).
Menurut Astuti dan Rahmat (2010), asma biasanya terjadi akibat trakea
dan bronkhus yang hiperresponsif terhadap iritan. Alergi terhadap iritan dapat
sumbernya :
a. Faktor Ekstrinsik
polusi, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama zat yang
b. Faktor Instrinsik
Sakit, stres, atau fatigue yang juga mentriger, dan temperatur yang
ekstrim.
antara lain :
yang sebentar.
b. Mild persisten, dimana kondisi klien dengan Asma ringan yang terus
d. Severe persisten, dimana kondisi klien dengan Asma berat yang terus
Gambaran klinis Asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan
sesak napas. Pada awalnya serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat
didada, dan pada Asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun
pada awalnya disertai batuk tanpa sekret, tetapi pada perkembangan selanjutnya
purulen. Ada sebagian kecil Asma yang gejalanya hanya batuk tidak disertai
mengi, dikenal dengan cough variant asthma. Bila hal yang terakhir ini
bronkhodilator.
Asma yang tidak jelas. Terlebih lagi pasien Asma alergik juga memberikan
gejala pencetus non-alergik seperti asap rokok, infeksi saluran napas maupun
Menurut Astuti dan Rahmat (2010), adapun manifestasi dari Asma, antara
lain :
menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat
peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF) dan pasien akan
bernapas pada volume tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Pada
keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas terbuka dan pertukaran
terdapat daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang
serangan lebih berat saluran napas dan alveolus tertutup mukus sehingga
distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas
Faktor pencetus serangan asma : alergen, infeksi saluran nafas, tekanan jiwa, olahraga/kegiatan
jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara, lingkungan kerja
Kurang
pengetahuan
kematian
( Sumber : Disarikan dari Arif.M ,2008 )
6. Komplikasi Asma Bronkhial
a. Pneumothorak
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
kegagalan nafas.
b. Pneumomediastinum
mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini
dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara
keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada .
c. Emfisema subkutis
pneumoderma.
d. Ateleltaksis
e. Aspergilosis
jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini
juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada
paru-paru.
g. Gagal napas
metabolisme tubuh.
h. Bronchitis
i. Fraktur iga
oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa. Trauma tajam
lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma
yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga
1) Penyuluhan
klien.
3) Fisioterapi
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi
dada.
b. Pengobatan farmakologi
1) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan
2) Metil xantin
3) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin
2) Ketotifen
Surabaya ).
d. Dampak masalah
1) Klien
hidup sampai dengan lingkungan kerja. Pada klien dengan serangan asma
status nutrisi klien. Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat
Klien dapat tumbuh dan berkembang menjadi rendah diri, merasa tidak
( Antony, 1997 ).
2) Keluarga
Melihat kondisi klien dengan gejala Asma dan dirawat dirumah sakit,
8. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan spinometri
sebesar 20 % atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 %
4) Labolatorium
b) Sputum
hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema
1995).
c) Sel eosinophil
1500 /mm³ baik Asma instrinsik ataupun extrinsic, sedangkan hitung sel
(Arjadiono, 1995).
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi.
5) Radiologi
6) Elektrokardiogram