Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIAL

A. Konsep Dasar Asma Bronkhial

1. Pengertian Asma Bronkhial

Penyakit Asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas yang

reversible yang ditandai dengan bronkospasme, inflamasi dan peningkatan

reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan. Penyakit ini memiliki tanda dan

gejala berupa sesak napas, batuk–batuk dari ringan sampai berat dan timbulnya

suara mengi (Wheezing) (Suriadi, 2010).

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana

trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu

(Smelzer, 2010).

Penyakit Asma Bronkhial di masyarakat sering disebut sebagai bengek,

asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma

merupakan suatu penyakit gangguan jalan napas obstruktif intermiten yang

bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan

respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan

penyempitan jalan napas (Medicafarma, 2008).

Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh

spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara

dan penurunan ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 2007).


Asma Bronkhial adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih

dan intermitten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan

dispnea, batuk, dan mengi, eksaserbasi akut akan terjadi beberapa menit

sampai jam bergantian dengan periode bebas gejala. (Brunner & Sudarth, 2005).

2. Penyebab Asma Bronkhial

Menurut Astuti dan Rahmat (2010), asma biasanya terjadi akibat trakea

dan bronkhus yang hiperresponsif terhadap iritan. Alergi terhadap iritan dapat

mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut merupakan iritan berdasarkan

sumbernya :

a. Faktor Ekstrinsik

Latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu, debu, jamur,

polusi, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama zat yang

ditambahkan ke dalam makanan) dan perubahan cepat suhu ruangan.

b. Faktor Instrinsik

Sakit, stres, atau fatigue yang juga mentriger, dan temperatur yang

ekstrim.

3. Klasifikasi Asma Bronkhial

Klasifikasi Asma (Astuti dan Rahmat, 2010) mencakup empat kategori,

antara lain :

a. Mild intermittent (ringan intermiten), dimana kondisi klien Asma ringan

yang sebentar.

b. Mild persisten, dimana kondisi klien dengan Asma ringan yang terus

menerus atau menetap.


c. Moderate persisten, dimana kondisi klien dengan Asma sedang yang terus

menerus atau menetap.

d. Severe persisten, dimana kondisi klien dengan Asma berat yang terus

menerus atau menetap.

4. Tanda Dan Gejala Asma Bronkhial

Gambaran klinis Asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan

sesak napas. Pada awalnya serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat

didada, dan pada Asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun

pada awalnya disertai batuk tanpa sekret, tetapi pada perkembangan selanjutnya

pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang

purulen. Ada sebagian kecil Asma yang gejalanya hanya batuk tidak disertai

mengi, dikenal dengan cough variant asthma. Bila hal yang terakhir ini

dicurigai maka dilakukan pemeriksaaan spirometri sebelum dan sesudah

bronkhodilator.

Asma alergik, sering hubungan dengan pemajanan alergen dengan gejala

Asma yang tidak jelas. Terlebih lagi pasien Asma alergik juga memberikan

gejala pencetus non-alergik seperti asap rokok, infeksi saluran napas maupun

perubahan cuaca ( FKUI, 2006).

Menurut Astuti dan Rahmat (2010), adapun manifestasi dari Asma, antara

lain :

a. Tanda klasik Asma yaitu dyspnea, wheezing, dan batuk

b. Peningkatan frekuensi napas

c. Rasa tidak nyaman atau iritasi dan berkurangnya istirahat


d. Keluhan sakit kepala, rasa lelah atau perasaan sesak dada.

e. Batuk nonproduktif yang disebabkan edema bronkhial

f. Gejala umum Asma; batuk

g. Hiperresonan saat perkusi.

5. Patofisiologi Asma Bronkhial

Obstruksi saluran pernapasan pada Asma merupakan kombinasi spasme

otot bronkhus, sumbatan mukus, edema, dan inflamasi bronkus. Obtruksi

bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas

menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat

terjadinya obtruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi

peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF) dan pasien akan

bernapas pada volume tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Pada

keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas terbuka dan pertukaran

gas berjalan napas.

Penyempitan saluran pernapasan tidak merata diseluruh bagian paru dan

terdapat daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang

mengalami daerah tersebut mengalami hipoksemia.

mengatasi kekurangan oksigen, tubuh melakukan hiperventilasi, agar

kebutuhan oksigen terpenuhi. Tetapi akibat pengeluaran CO2 berlebih

sehinggga PaCO2 menurun yang dapat menimbulkan alkalosis respiratorik.

serangan lebih berat saluran napas dan alveolus tertutup mukus sehingga

menggangu pertukaran gas bisa menimbulkan hipoksemia sehingga menjadi

peningkatan CO2 disertai dengan penurunan ventilasi alveolus menyebabkan


retensi CO2 dan terjadi asidosis respiratorik atau gagal napas. Dengan demikian

penyempitan saluran napas akan menimbulkan sebagai berikut: gangguan

ventilasi berupa hipoventilasi, ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana

distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas

ditingkat alveoli. Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan hipoksia,

hiperkapnia, asidosis respiratorik ( FKUI, 2006).


PATHWAY ASTHMA BRONKHIAL

Faktor pencetus serangan asma : alergen, infeksi saluran nafas, tekanan jiwa, olahraga/kegiatan
jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara, lingkungan kerja

Hiperaktifitas bronkus Edema mukosa dan Hipersekresi mukus


dinding bronkus

Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,


penggunaan otot bantu pernapasan

Ketidakefektifan bersihan jalan


napas

Keluhan sistematis, mual, intake nutrisi tidak


adekuat, malaise, kelemahan dan keletihan Keluhan psikososial,
fisik kecemasan, ketidaktahuan akan
prognosis,

Peningkatan kerja - Perubahan pemenuhan Kecemasan


pernapasan, hipoksemia nutrisi
secara reversibel - Intoleransi aktifitas

Kurang
pengetahuan

Pola napas tidak efektif Status asmatikus

Gangguan pertukaran Gagal napas


gas

kematian
( Sumber : Disarikan dari Arif.M ,2008 )
6. Komplikasi Asma Bronkhial

Komplikasi menurut (Arief, 2000) yang mungkin timbul adalah:

a. Pneumothorak

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura

yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat

menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan

kegagalan nafas.

Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang Asma

tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan

untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus,

dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks

akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi.

b. Pneumomediastinum

Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal

sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di

mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini

dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara

keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada .

c. Emfisema subkutis

Emfisiema intertisial yang ditandai dengan adanya udara dalam jaringan

subkutan, biasanya disebabkan oleh cedera intratoraks, dan pada kebanyakan


kasus disertai dengan pneumothoraks dan pneumomediastinum, disebut juga

pneumoderma.

d. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

e. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh

jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini

juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada

otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya

infeksi Aspergillus sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah

suatu reaksi alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang

menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan kantong udara.

f. Aspergilosis Bronkopulmonar alergik (ABPA)

Suatu reaksi alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang

menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan kantong udara di

paru-paru.

g. Gagal napas

Suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen

dan karbondioksida, sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi

metabolisme tubuh.
h. Bronchitis

Kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-

paru yang kecil (bronchiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga

terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa

perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang

berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara

menjadi sempit oleh adanya lendir.

i. Fraktur iga

Terputusnya kontinuitas jaringan tulang/ tulang rawan yang disebabkan

oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa. Trauma tajam

lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma

yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga

terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena)

7. Penatalaksanaan Asma Bronkhial

Pengobatan Asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan

nonfarmakologik dan pengobatan farmakologik.

a. Pengobatan non farmakologik

1) Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien

tentang penyakit Asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-


faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi

pada tim kesehatan.

2) Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan Asma yang

ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan

mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi

klien.

3) Fisioterapi

Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran

mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi

dada.

b. Pengobatan farmakologi

1) Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan

jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. Yang

termasuk obat ini adalah metaproterenol ( alupent, metrapel ).

2) Metil xantin

Golongan metil xantin adalah aminophilin dan teopilin, obat ini

diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang

memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empat kali sehari.

3) Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,

harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol


( beclometason dipropinate ) dengan dosis 800 empat kali semprot tiap

hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping

maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.

4) Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah Asma, khususnya anak-anak.

Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

2) Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.

Keuntungannya dapat diberikan secara oral.

3) Iprutropioum bromide ( atroven )

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan

bersifat bronkodilator ( Evelin, 1994 ).

c. Pengobatan selama serangan status asmatikus

1) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam

2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

3) Aminophilin bolus 5 mg/kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit

dilanjutkan drip RL atau D5 maintenance ( 20 tetes/menit ) dengan dosis

20 mg/kg bb /24 jam.

4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

5) Dexametason 10-20 mg/6 jam secara intravena.

6) Antibiotik spektrum luas.

(pedoman penatalaksanaan status asmatikus UPF paru RSUD Dr Soetomo

Surabaya ).
d. Dampak masalah

1) Klien

Penderita Asma harus mengubah gaya hidup sehari-hari untuk

menghindari faktor pencetus. Perubahan ini dimulai dari lingkungan

hidup sampai dengan lingkungan kerja. Pada klien dengan serangan asma

maka terjadi penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengaruhi

status nutrisi klien. Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat

menyebabkan kelelahan. Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan penyediaan oksigen mempengaruhi toleransi dalam melakukan

aktivitas, kelelahan cepat lelah dan ketidakmampuan memenuhi ADL.

Klien dapat tumbuh dan berkembang menjadi rendah diri, merasa tidak

mampu, berkepribadian labil, mudah tersinggung, gelisah dan cemas.

Adanya keterbatasan aktifitas, klien lebih tergantung pada orang lain,

terkadang klien tidak dapat berperan sesuai dengan perannya,

( Antony, 1997 ).

2) Keluarga

Melihat kondisi klien dengan gejala Asma dan dirawat dirumah sakit,

tentang penyebab, prognosa penyakit dan keberhasilan dari terapi, akan

menimbulkan kecemasan pada keluarga. Perlunya klien dirawat dirumah

sakit menimbulkan respon kehilangan pada keluarga yang ditinggalkan.

Peran klien dalam keluarga sebagai sumber ekonomi akan terganggu


karena klien tidak bisa masuk kerja serta perawatan dan biaya rumah sakit

yang tidak sedikit akan menjadi beban bagi keluarga.

8. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan spinometri

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

bronkodilator aerosol golongan adrenergic. Peningkatan FEV atau FVC

sebanyak lebih dari 20 % menunjukan diagnosis Asma, (Karnen, 1998).

2) Tes provokasi brokial.

Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV,

sebesar 20 % atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 %

dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10

% atau lebih, (Karnen, 1998).

3) Pemeriksaan tes kulit

Menunjukan adanya antibody igE hipersensitif yang spesifik dalam

tubuh, (Karnen, 1998).

4) Labolatorium

a) Analisa gas darah

Dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,

hyperkapnea, dan asidosis respiratorik, (Karnen, 1998).

b) Sputum

Badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma berat, karena

hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema

mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari


perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, di

ikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik, (Arjadiono,

1995).

c) Sel eosinophil

Penderita status Asmatikus sel eosinophil dapat mencapai 1000-

1500 /mm³ baik Asma instrinsik ataupun extrinsic, sedangkan hitung sel

eosinophil normal antara 100-200/mm. perbaikan fungsi paru disertai

penurunan hitung jenis sel eosinophil menunjukan pengobatan telah tepat,

(Arjadiono, 1995).

d) Pemeriksaan darah rutin dan kimia

Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi.

SGOT dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakan hati akibat

hipoksia atau hiperkapnea. (Arjadiono, 1995).

5) Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses

patologik diparu ataupun komplikasi Asma seperti pneumothorak, pneumo

mediastinum, atelektasis dan lain-lain.(Karnen, 1998).

6) Elektrokardiogram

Perubahan EKG didapat pada 50 % penderita status Asmatikus, ini

karena hipoksemia, perubahan ph, hipertensi pulmonal dan beban jantung

kanan, sinus takhikardi sering terjadi pada Asma.


9. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan NOC:


Nafas tidak efektif  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral
berhubungan dengan: Ventilation / tracheal suctioning.
 Infeksi,  Respiratory status :  Berikan O2  ……l/mnt,
disfungsi Airway patency metode………
neuromuskular,  Aspiration Control  Anjurkan pasien untuk
hiperplasia Setelah dilakukan tindakan istirahat dan napas dalam
dinding bronkus, keperawatan selama  Posisikan pasien untuk
alergi jalan nafas, …………..pasien memaksimalkan ventilasi
asma, trauma menunjukkan keefektifan  Lakukan fisioterapi
 Obstruksi jalan nafas dibuktikan dada jika perlu
jalan nafas : dengan kriteria hasil :  Keluarkan sekret
spasme jalan  Mendemonstrasikan dengan batuk atau suction
nafas, sekresi batuk efektif dan suara Auskultasi suara nafas,
tertahan, nafas yang bersih, tidak catat adanya suara
banyaknya mukus, ada sianosis dan dyspneu tambahan
adanya jalan nafas (mampu mengeluarkan Berikan bronkodilator :
buatan, sekresi sputum, bernafas dengan  ………………………
bronkus, adanya mudah, tidak ada pursed  ……………………….
eksudat di lips)  ………………………
alveolus, adanya  Menunjukkan jalan Monitor status
benda asing di nafas yang paten (klien hemodinamik
jalan nafas. tidak merasa tercekik, Berikan pelembab
DS: irama nafas, frekuensi udara Kassa basah NaCl
 Dispneu pernafasan dalam Lembab
DO: rentang normal, tidak ada Berikan antibiotik :
 Penurunan suara nafas abnormal) …………………….
suara nafas  Mampu …………………….
 Orthopneu mengidentifikasikan dan Atur intake untuk
 Cyanosis mencegah faktor yang cairan mengoptimalkan
 Kelainan suara penyebab. keseimbangan.
nafas (rales,  Saturasi O2 dalam Monitor respirasi dan
wheezing) batas normal status O2
 Kesulitan  Foto thorak dalam Pertahankan hidrasi
berbicara batas normal yang adekuat untuk
 Batuk, tidak mengencerkan sekret
efekotif atau tidak  Jelaskan pada pasien
ada dan keluarga tentang
 Produksi penggunaan peralatan : O2,
sputum Suction, Inhalasi.
 Gelisah
 Perubahan
frekuensi dan
irama nafas

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan NOC: NIC :


Pertukaran gas  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien
Berhubungan exchange untuk memaksimalkan
dengan :  Keseimbangan asam ventilasi
è Basa, Elektrolit  Pasang mayo bila
ketidakseimbangan  Respiratory Status : perlu
perfusi ventilasi ventilation  Lakukan fisioterapi
è perubahan  Vital Sign Status dada jika perlu
membran kapiler- Setelah dilakukan tindakan  Keluarkan sekret
alveolar keperawatan selama …. dengan batuk atau suction
DS: Gangguan pertukaran pasien  Auskultasi suara
è sakit kepala ketika teratasi dengan kriteria hasi: nafas, catat adanya suara
bangun  Mendemonstrasikan tambahan
è Dyspnoe peningkatan ventilasi dan  Berikan
è Gangguan oksigenasi yang adekuat bronkodilator ;
penglihatan  Memelihara kebersihan -………………….
DO: paru paru dan bebas dari -………………….
è Penurunan CO2 tanda tanda distress  Barikan pelembab
è Takikardi pernafasan udara
è Hiperkapnia  Mendemonstrasikan  Atur intake untuk
è Keletihan batuk efektif dan suara nafas cairan mengoptimalkan
è Iritabilitas yang bersih, tidak ada keseimbangan.
è Hypoxia sianosis dan dyspneu  Monitor respirasi dan
è kebingungan (mampu mengeluarkan status O2
è sianosis sputum, mampu bernafas  Catat pergerakan
è warna kulit dengan mudah, tidak ada dada,amati kesimetrisan,
abnormal (pucat, pursed lips) penggunaan otot
kehitaman)  Tanda tanda vital dalam tambahan, retraksi otot
è Hipoksemia rentang normal supraclavicular dan
è hiperkarbia  AGD dalam batas intercostal
è AGD abnormal normal  Monitor suara nafas,
è pH arteri  Status neurologis dalam seperti dengkur
abnormal batas normal  Monitor pola nafas :
èfrekuensi dan bradipena, takipenia,
kedalaman nafas kussmaul, hiperventilasi,
abnormal cheyne stokes, biot
 Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan
 Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
 Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
 Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Kowlwdge :  Kaji tingkat
keterbatasan kognitif, disease process pengetahuan pasien dan
interpretasi terhadap  Kowledge : health keluarga
informasi yang salah, Behavior  Jelaskan
kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan patofisiologi dari
mencari informasi, tidak tindakan keperawatan penyakit dan
mengetahui sumber-sumber selama …. pasien bagaimana hal ini
informasi. menunjukkan pengetahuan berhubungan dengan
tentang proses penyakit anatomi dan fisiologi,
dengan kriteria hasil: dengan cara yang tepat.
DS: Menyatakan secara  Pasien dan  Gambarkan tanda
verbal adanya masalah keluarga menyatakan dan gejala yang biasa
DO: ketidakakuratan pemahaman tentang muncul pada penyakit,
mengikuti instruksi, penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat
perilaku tidak sesuai prognosis dan  Gambarkan proses
program pengobatan penyakit, dengan cara
 Pasien dan yang tepat
keluarga mampu  Identifikasi
melaksanakan kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengan cara
dijelaskan secara yang tepat
benar  Sediakan informasi
 Pasien dan pada pasien tentang
keluarga mampu kondisi, dengan cara
menjelaskan kembali yang tepat
apa yang dijelaskan  Sediakan bagi
perawat/tim keluarga informasi
kesehatan lainnya tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
 Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 Dukung pasien
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion dengan
cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari a. Nutritional status: makanan
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient  Kolaborasi dengan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status ahli gizi untuk
Ketidakmampuan untuk : food and Fluid Intake menentukan jumlah kalori
memasukkan atau c. Weight Control dan nutrisi yang
mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan dibutuhkan pasien
karena faktor biologis, tindakan keperawatan  Yakinkan diet yang
psikologis atau ekonomi. selama….nutrisi kurang dimakan mengandung
DS: teratasi dengan indikator: tinggi serat untuk
 Nyeri abdomen  Albumin serum mencegah konstipasi
 Muntah  Pre albumin Ajarkan pasien
 Kejang perut serum bagaimana membuat
 Rasa penuh tiba-  Hematokrit catatan makanan harian.
tiba setelah makan  Hemoglobin  Monitor adanya
DO:  Total iron penurunan BB dan gula
 Diare binding capacity darah
 Rontok rambut  Jumlah limfosit  Monitor lingkungan
yang berlebih selama makan
 Kurang nafsu  Jadwalkan
makan pengobatan  dan tindakan
 Bising usus tidak selama jam makan
berlebih  Monitor turgor kulit
 Konjungtiva pucat  Monitor kekeringan,
 Denyut nadi lemah rambut kusam, total
  protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake
nuntrisi
 Informasikan pada
klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan
dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi
fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan banyak
minum
 Pertahankan terapi IV
line
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval

Anda mungkin juga menyukai