Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D DENGAN ASMA


DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD BUMIAYU

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medika Bedah I

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
Gesti Gwina Gyan Ginanti
P1337420220049
2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SEMARANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO

PROGRAM DIPLOMA III

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas
dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang umumnya bersifat
reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat peka terhadap rangsang tertentu, sehingga apabila
terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang.
Asma merupakan penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang
anak-anak hingga orang dewasa dan merupakan penyakit paling kronik yang
paling sering dijumpai pada anak-anak. Serangan asma sangat ditakutkan karena
dapat mengakibatkan terganggunya kualitas hidup anak dan berkurangnya
kemampuan fisik serta dapat berdampak pada emosional maupun ekonomi.
Penyebab penyakit asma berkaitan dengan antibody tubuh yang memiliki
kepekaan berlebih terhadap alergen dalam hal ini adalah Imunoglobulin (Ig) E.
Sedangkan alergen yang dimaksud disini dapat berupa alergen intrinsik maupun
ekstrinsik. Sehingga penyakit asma ini dapat menurun dari orang tua kepada
keluarganya. Faktor keturunan ini juga bisa menyebabkan terjadinya gangguan
pada perkembangan anak (Padila et al., 2019; Panzilion et al., 2020).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa asma adalah
penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang menyebabkan gangguan aliran
udara intermiten dan reversible sehingga terjadi hiperaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa
wheezing (mengi), batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam
atau dini hari.
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma :
1. Faktor Predisposisi
Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asthma attack jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu,
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
a) Alergen
Dimana alegren dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contoh : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
 Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan dan obat-
obatan.
 Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam dan, jam tangan.
b) Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asthma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, dan musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angina serbuk bunga dan debu.
c) Setres
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi makan gejala asmanya
belum bisa diobati.
d) Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asthma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e) Olahraga/Aktivitas Jasmani yang Berat
Sebagian besar penderita athsma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asthma. Serangan asma karena aktivitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.

C. Tanda Dan Gejala


Manifestasi klinik pada pasien asma adakah batuk, dyspnea, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang
sdeang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan
tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan
menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan
keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I : Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi
paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II : Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai
pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III : Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila
obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV : Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi
wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.
5. Tingkat V : Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit
obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul
gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan
kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

D. Klasifikasi
Menurut (Nurarif, dalam Repository Poltekkes Denpasar, 2021) Asma di bedakan
menjadi 2 jenis yaitu asma bronchial dan asma kardial :
 Asma Bronkial
Penderita asthma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu, bulu binatang, asap dan bahan lainya yang
menyebabkan alergi. Gejala kemunculnnya sangat mendadak sehingga
gangguan asthma bisa datang secara tiba-tiba. Apabila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa terjadi. Gangguan asthma
bronkial bisa di sebabkan karena adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir,
dan pembentukan lendir yang berlebihan.

 Asma Kardial
Asma yang di sebabkan karena adanya kelainan organ jantung. Gejalanya
biasanya terjadi pada malam hari saat sedang tidur, disertai dengan adanya
sesak napas yang hebat biasa di sebut nocturnal paroxymul.

E. Komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Bronchiolitis
3. Pneumonia
4. Emphysema
5. Hipoksemia
6. Pneumothoraks
7. Emfisema
8. Deformitas thoraks
9. Gagal nafas

F. Patofisiologi

Kejadian patofisiologis ini


mengakibatkan obstruksi jalan
napas yang memburuk saat
ekspirasi. Obstruksi jalan napas
menyebabkan ketidakcocokan V/Q
dan hipoksemia sejak dini.
Terperangkapnya udara
menyebabkan otot-otot pernapasan
berada pada posisi mekanis yang
tidak menguntungkan dengan
peningkatan beban kerja
pernapasan yang kemudian mengakibatkan penurunan ventilasi dan hiperkapnia. Dengan
demikian, sebagian besar pasien dengan gejala akut mulai dengan respirasi cepat,
hipoksemia, dan alkalosis respirasi, tetapi obstruksi jalan napas persisten mengakibatkan
ventilasi dangkal yang tidak efisien dan asidosis respirasi.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada asma meliputi :
1. Pemeriksaan Spirometri
Bertujuan untuk menunjukkan adanya penyempitan saluran napas, menilai
beratnya penyempitan saluran napas dan menilai hasil pengobatan.
2. Pemeriksaan Rontgen
Untuk melihat adanya penyakit paru atau pecahnya alveoli
(pneumothoraks).
3. Pemeriksaan Tes Kulit
Untuk menentukan alergen sebagai pencetus serangan asma.
4. Pemeriksaan Darah
Analisa Gas Darah (AGD) pada asma berat, yang dapat menunjukkan berat
ringannya suatu serangan asma.
5. Uji Sputum
6. Uji Hiperaktivitas Bronkus (HRB)
Hiperresponsif bronkus hampir selalu ditemukan pada asma dan derajat
berkolerasi dengan keparahan asma.

H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :


1. Pengobatan dengan obat-obatan, seperti :
 Beta Agonist(Beta Adrenergik Agent)
 Methylxanlines (Enphy Bronkodilator)
 Anti Kolinergik (Bronkodilator)
 Kortikosteroid
 Mast Cell Inhibitor(Lewat Inhalasi)
2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
 Oksigen 4-6 liter/menit.2)
 Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin
10mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30
menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam
larutandextrose 5% diberikan perlahan.
 Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat
inidalam 12 jam.
 Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon
segeraatau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan sangatberat Pengobatan non farmakologik .
 Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-
faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
 Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
 Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
kebangsaan/suku, berat badan tinggi badan, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, anggota keluarga, agama, kondisi medis, masalah emosional, di
rawat di RS sebelumnya, pengobatan sebelumnya, alergi, dan review sistem
tubuh.

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien, pendidikan
terakhir, pekerjaan, alamat.

3) Keluhan Utama
Diawali pasien mengeluhkan sesak nafas, batuk berdahak, lemas, pucat.

4) Riwayat Penyakit Sekarang


Sakit kurang lebih 3 hari.

5) Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah pasien
memiliki riwayat penyakit yang lainnya atau apakah pasien pernah
mengalami penyakit yang serupa sebelumnya.

6) Riwayat Penyakit Keluarga


Data ini untuk menunjukan apakah dalam keluarga pasien ada yang
mengalami hal serupa atau tidak.
 Pola Fungsional Kesehatan
o Pola Aktivitas/Istirahat
Akan terganggu karena pasien mengeluh sesak napas
o Pola Eliminasi
Frekuensi BAB normal tetapi BAK tidak normal
o Pola Nutrisi
Pasien memiliki nafsu makan yang baik saat sebelum sakit

 Pemeriksaan Fisik
- Gambaran Umum, perlu menyebutkan : kesadaran pasien selama
dirawat dan tanda-tanda vital pada pasien seperti tekanan darah, nadi,
suhu dan respirasi.
- Pemeriksaan Head to Toe
o Kepala
 Inspeksi : Rambut sudah beruban, rambut tipis
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Mata
 Inspeksi : Simetris, tidak anemis, pupil ishokor, warna
konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Hidung
 Inspeksi : Tidak ada sinus, bentuk simetris, tidak ada polip
o Telinga
 Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk simetris, terdapat serumen
o Kulit
 Inspeksi : Turgor kulit menurun (kering)
 Palpasi : Tidak ada edema
o Mulut dan Gigi
 Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi disekitar
mulut, biasanya ada kesulitan untuk menelan
o Leher
 Inspeksi : Simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
o Dada/Paru-Paru
 Retraksi dinding dada (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, obstruksi jalan napas), ada nyeri tekan pada
bagian bawah
o Jantung
 Normal, tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
o Abdomen
 Datar, tidak ada nyeri tekan
o Genitalia
 Tidak terpasang kateter
o Ekstremitas : 5 5
5 5 ekstremitas kiri atas
terpasang infus RL 20 tpm

B. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

C. Intervensi/Perencanaan Keperawatan

Hari/Tanggal Dx NOC NIC Rasional


Ketidakefektifa Setelah dilakukan tindakan Monitor 1. Agar pasien
Kami, 12 Mei n pola napas b.d keperawatan selama 1x8 pernapasan mendapat saturasi
2022 keletihan otot jam diharapkan kebutuhan (3350) oksigen yang
pernapasan oksigen pasien terpenuhi 1. Monitor normal
(00032) dengan indikator : saturasi 2. Menormalkan
Status pernapasan (0415) oksigen kembali suara
Indikator Aw Tuju (SpO2) napas
al an pada pasien 3. Memberikan
 Suara 2 5 yang pendidikan
aunku tersedasi kesehatan kepada
ltasi sesuai pasien dan
napas 2 5 dengan keluarga pasien
 Satur protokol mengenai hal-hal
2 4 yang ada yang dapat
asi
oksig 2. Monitor memperburuk
en suara napas penyakit pasien

 Batuk tambahan
seperti
ngorok
atau mengi
3. Monitor
keluhan
sesak napas
pasien,
termasuk
kegiatan
yang
meningkatk
an atau
memperbur
uk sesak
napas tsb.

D. Implementasi
Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu
valiadasi, rencana keperawatan. Mendokumentasikan rencana, pemberian asuhan
keperawatan dalam pengumpulan data, serta melaksanakan advice dokter dan
ketentuan rumah sakit.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan
melihat respon pasien, mengacu pada kriteria evaluasi. Tahap ini merupakan
proses yang menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Umpo.ac.id (2019). Konsep Asma Bronkial. Diakses pada 16 Mei 2022, dari http://umpo.ac.id

Alomedika.com. (2022, 8 April). Global Initiative for Asthma. Diakses pada 16 Mei 2022, dari
https://www.alomedika.com

Academia.edu. (2019, 24 September). Analisa Data Asma. Diakses pada 16 Mei 2022, dari
https://www.academia.edu/37283085/ANALISA_DATA_ASMA

Anda mungkin juga menyukai