Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. L DENGAN DIAGNOSA HIPERTERMI


DI RUANG RAWAT INAP KRESNA
RSUD BUMIAYU

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
Gesti Gwina Gyan Ginanti
P1337420220049
2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SEMARANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO

PROGRAM DIPLOMA III

2022
I. KONSEP TEORI
A. Pengertian
Hipertermi adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi. Hipertermi biasanya
disebabkan oleh kegagalan system regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh.
Suhu tubuh yang terlalu tinggi akan menyebabkan munculnya beragam gangguan,
mulai dari kram otot hingga gangguan pada otak dan system saraf.
Hipertermi merupakan kondisi yang terjadi saat suhu tubuh naik melebihi suhu
normal. Suhu tubuh yang normal berada diantara 36 – 37,5°C. Hipertermia ini terjadi
akibat suhu lingkungan yang tinggi dan tubuh tidak lagi mampu beradaptasi terhadap
perubahan ekstrem tersebut. Seseorang diktakan mengalami hipertermia bila suhu
tubuh berada di atas 40°C (Makarim, 2022).
Hipertermia merupakan salah satu tanda dan gejala pada Thypoid fever.
Hipertermi merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami peningkatan
lebih dari 37,5°C. Pasien Thypoid akan mengalami hipertermi sampai 40°C. Apabila
hipertermi ini terjadi pada anak-anak akan menyebabkan kejang, penurunan
kesadaran bahkan sampai kematian. Hipertermi paling sering muncul pada penyakit
anak-anak. Sebagian besar hipertermi pada anak disebabkan oleh infeksi, peradangan
dan gangguan metabolic. Hal ini menyebabkan perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Jika hipertermi tidak segera diatasi dapat
menimbulkan efek yang berbahaya pada anak seperti dehidrasi, kejang, demam
sampai kematian (Karra, Anas, Hafid & Rahim, 2020).

B. Klasifikasi
1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
• Hipertermia Maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara
autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium
intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan
hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian
antipiretik tidak bemanfaat.
• Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan
dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada
suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian
minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian
pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.

• Endocrine Hyperthermia (EH)


Kondisi metabolik/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang
dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin
yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme,
diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan
Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan
demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).

2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.


Hipertermia neonatal : Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan
ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh :
• Dehidrasi : Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan
atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya
dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada
demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

• Overheating : Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi


terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
• Trauma Lahir : Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul
pada 24% dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada 1-3
hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan ko mplikasi berupa kejang.

C. Etiologi
(Makarim, 2022) Hipertermia disebabkan oleh paparan suhu ekstrem yang tidak lagi
mampu diregulasi oleh tubuh. Hal ini terjadi karena tubuh menyerap lebih banyak
panas dibandingkan dengan yang dilepaskan. Normalnya, keringat adalah mekanisme
tubuh dalam upaya mendinginkan tibuh, tetapi pada pengidap hipertermia keringat
tidak mampu menjaga suhu tubuh normal. Kondisi ini yang membuat peningkatan
suhu tubuh terus terjadi.
Faktor penyebabnya :
1. Dehidrasi penyakit atau trauma
2. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
3. Pakaian yang tidak layak
4. Kecepatan metabolism meningkat
5. Pengobatan/anesthesia terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
6. Aktivitas yang berlebihan

D. Tanda dan Gejala


Hipertermia terdiri dari tanda gejala mayor dan minor. Adapun tanda dan gejala
mayor dan minor,yaitu :
• Tanda dan gejala mayor : Suhu tubuh diatas nilai normal yaitu ≥ 37,8°C (100°F)
per oral atau 38,8°C (101°F) per rektal.
• Tanda dan gejala minor :
1) Kulit merah
Terdapat bintik-bintik merah (ptikie).
2) Kejang
Suatu kondisi dimana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak diketahui
akibat dari adanya peningkatan temperature yang tinggi.
3) Takikardia
Suatu kondisi yang menggambarkan dimana denyut jantung yang lebih cepat
daripada denyut jantung normal.
4) Takipnea
Suatu kondisi yang menggambarkan dimana pernapasan yang cepat dan
dangkal.
5) Kulit terasa hangat
Dapat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah sehingga kulit
menjadi hangat .

E. Patofisiologi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau
toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu
terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam
pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada
meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolism di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-
elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolism
di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan
dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

F. Komplikasi
1) Stupor
Keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
2) Letargi
Suatu keadaan dimana terjadi penurunan kesadaran dan pemusatan perhatian serta
kesiagaan. Kondisi ini juga seringkali dipakai untuk menggambarkan saat
seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan sebentar namun kesadaran yang ada
tidak penuh dan berakhir dengan tertidur kembali.
3) Kejang
Kondisi dimana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak terkendali. Seluruh
gerakan kita dikendalikan oleh otak yang mengirim sinyal-sinyal listrik melalui
saraf ke otot. Jika sinyal dari otak mengalami gangguan atau terjadi
keabnormalan, otot-otot tubuh akan berkontraksi dan bergerak tanpa terkendali.
4) Koma
Situasi darurat medis ketika seseorang mengalami keadaan tidak sadar dalam
jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas
didalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi seperti cedera otak parah,
keracunan alcohol, atau infeksi otak.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
• Pemeriksaan darah lengkap : mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko
infeksi
• Pemeriksaan urine
• Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
thypoid
• Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
• Uji tourniquet

H. Penatalaksanaan Medis
1. Non farmakologi
 Observasi keadaan umum pasien
Rasional : mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
 Observasi tanda-tanda vital pasien
Rasional : mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien
 Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
Rasional : membantu mempermudah penguapan panas
 Anjurkan pasien banyak minum
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
 Anjurkan pasien banyak istirahat
Rasional : meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh
 Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha,
leher bagian belakang
Rasional : mempercepat dalam penurunan produksi panas
 Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,
penanganan dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien ke
keluarganya

2. Farmakologi
Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data-data.
 Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
kebangsaan/suku, berat badan tinggi badan, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, anggota keluarga, agama, kondisi medis, masalah emosional, di
rawat di RS sebelumnya, pengobatan sebelumnya, alergi, dan review sistem
tubuh.

 Identitas Penanggung Jawab


Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.

 Keluhan Utama/Data Subjektif


Pasien mengatakan demam tinggi, menggigil, kepala terasa berat, badan
terasa pegal-pegal dan mual.

 Riwayat Penyakit Sekarang/Data Objektif


Pasien terlihat lemas, mata sayu, pucat, gelisah dan menggigil.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Mengkaji apakah pasien memiliki riwayat penyakit yang lainnya atau
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang serupa sebelumnya.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Data ini untuk menunjukan apakah dalam keluarga pasien ada yang
mengalami hal serupa atau tidak.
 Pola Fungsional Kesehatan
 Pola Aktivitas/Istirahat
Akan terganggu karena pasien demam tinggi dan menggigil

 Pola Eliminasi
Frekuensi BAB normal tetapi BAK tidak normal.

 Pola Nutrisi
Pasien memiliki nafsu makan yang baik saat sebelum sakit.

 Pemeriksaan Fisik
 Gambaran umum, perlu menyebutkan : Kesadaran pasien selama
dirawat dan tanda-tanda vital pada pasien seperti tekanan darah,
nadi, suhu dan respirasi.

 Pemeriksaan Head to Toe


- Kepala
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
- Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfa
- Mata
Simetris, pupil isokhor, konjungtiva tidak anemias
- Telinga
Tidak ada kelainan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
- Hidung
Simetris, tidak ada sputum, tidak ada polip
- Mulut dan Gigi
Simetris, mukosa bibir terlihat kering dan pucat
- Dada / Paru-Paru
Tidak ada kelainan, simetris, tidak ada nyeri tekan
- Jantung
Normal, tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
- Abdomen
Datar, tidak ada nyeri tekan
- Ekstermitas
Normal, dapat digerakkan, dapat melakukan aktivitas
sendiri
- Genetalia
Tidak terpasang kateter
- Leher
Pada leher tidak ada gangguan yaitu tidak ada benjolan.
- Wajah
Tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi,
simetris, tidak ada edema.
- Mata
Normal, konjungtiva tidak anemis, tidak ada kelainan.
- Telinga
Tidak ada kelainan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
- Hidung
Tidak ada kelainan, tidak ada benjolan, tidak ada
kemerahan, tidak ada lesi.
- Mulut
Pada pasien penderita hernia, mulut tidak ada kelainan.
- Dada
Tidak ada kelainan, simetris.
- Paru-paru
Paru-paru normal.
- Jantung
Tidak ada kelainan.
- Perut
Tidak ada kelainan.
- Ekstermitas
Normal. Dapat digerakkan, dapat melakukan aktiitas
sendiri, ekstremitas kiri terpasang infus 20 tpm.
- Genetalia
Tidak terpasang kateter.

B. Diagnosa Keperawatan
Hipertermia b.d

C. Intervensi/Perencanaan Keperawatan

Hari/Tanggal Dx NOC NIC Rasional

Hipertermia
b.d penyakit
DAFTAR PUSTAKA
academia.edu. (2019). Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Hipertermi. Diakses pada 23 Mei 2022, dari
https://www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada
_Pasien_dengan_Masalah_Hipertermi

coursehero.com. (2019). Laporam Pendahuluan Hipertermi. Diakses pada 23 Mei 2022, dari
https://www.coursehero.com/file/75822788/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HIPERTERMIdocx/

linksehat.com. (2020). Artikel Hipertermia. Diakses pada 22 Mei 2022, dari


https://linksehat.com/artikel/hipertermia

alodokter.com. (2019). Hipertermia. Diakses pada 22 Mei 2022, dari


https://www.alodokter.com/hipertermia

Anda mungkin juga menyukai