A. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi
karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.Hipertermi tidak
berbahaya jika dibawah 39oC.Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga
didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat diatas rentang
normalnya. Hipertemi terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat bersala dari mikrooganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi
(Wilkinson, 2006).
Menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah peningkatan suhu tubuh
diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi, sekresi
hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh
mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau pelepasan bahan-
bahan tertentu seperti leukimia. demam diasosiasikan sebagai bahan dari respon fase akut,
gejala dari suatu penyakit dan perjalan patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan
kenaikan set-point pusat pengaturan suhu tubuh (Sugarman,2005).
Menurut Nanda I 2018-2020 Hipertermi adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal
diurinal karena kegagalan termoregulasi
B. Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas
oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:
1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metaolisme meningkat
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan
Proses Terjadinya
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen
maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen
endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit,
makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan
engarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior.
C. Klasifikasi
Menurut (Isfarida, 2010), hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:
1) Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini
merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada
episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi
kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga
pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas
fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan
pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300°C atau lebih dengan
kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30
menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap
keringat.
1. Tipe-tipe Demam
a. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
mlam hari dan turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic.
c. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut
tersiana dan bila terjadi duahari bebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari
satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
D. Patofisiologi
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37 0 oleh
pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu
menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme
dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru,sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh kita memiliki
fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi, pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Selain itu terdapat pula kondisi “demam” Lainnya namun yang tidak disebabkan oleh
kenaikan set point di pusat pengatur suhu diotak, yaitu dikenal sebagai hipertermia. Pada
hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh peningkatan
suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan mekanisme pelepasan
panas. Hipertermia antara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya udara
lingkungan),aktivitas fisik yang berlebihan pada cuaca panas serta dikarenakan efek
dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi. (Isfarida, 2010)
PATWAY HIPERTERMI
Inflamasi
Akumulasi monosit,
Makrofag, sel T helper dan
fibroblas
Pelepasan pirogen
endogen dan pirogen
eksogen
Merangsang
indotelium
hipotalamus
Pembentukan
prostaglandin otak
Peningkatan produksi
panas
Kekurangan
Volume Cairan
Terjadi
peningkatan suhu
tubuh
E. Manifestasi Klinis
Menurut Isfarida, 2010, tanda dan gejala hipertemia sebagai berikut:
I. Subjektif
a) Mual-mual
II. Objektif
a.) Kulit memerah
b.) Suhu tubuh meningkat
c.) Kejang/konvulsi
d.) Kulit hangat bila disentuh
e.) Takikardia
III. Fase– fase terjadinya hipertermi
Fase I : Awal
a.) Peningkatan denyut jantung.
b.) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.
c.) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat.
d.) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.
e.) Merasakan sensasi dingin
f.) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.
g.) Rambut kulit berdiri.
h.) Pengeluaran keringat berlebih.
i.) Peningkatan suhu tubuh.
F. Pemeriksaan Penunjang
a.) Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) untukmengindetifikasi
kemungkinan terjadinya resiko infeksi.
b.) Pemeriksan urine
c.) Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid
d.) Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl
e.) Uji tourniquet
G. Penatalaksanaan
1.) Medis
a. Beri obat penurun panas
2.) Keperawatan
a. Observasi keadaan umum pasien
f. Beri kompres dingin dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang
H. Komplikasi
Menurut Kartika. 2009 kompikasi hertermi sebagai berikut:
a.) Kerusakan sel-sel dan jaringan
b.) Kematian
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untukmengumpulkan
data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebebutuhanserta masalahnya.
Pengkajian meliputi :
Pengumpulan Data
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan menggunakan
standar yang diakui.
Keadaan umum
a.) Menggigil.
b.) Kulit pecah.
c.) Pengeluaran keringat berebihan.
d.) Tampak lemah.
e.) Bibir kering
f.) Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock.GCS:
mata = 4 Verbal = 5 Motorik = 6
iii. Tanda-tanda vital.
1.) Tensi : 105/65 mmHg
2.) 125 /80 mmHg dibawah / diatas normal. b.
3.) Nadi : 70-110 x/menit dibawah/ diatas normal.c.
4.) Respirasi : 19-23 x/menit.d.
5.) Suhu : > 37
Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis terhadap penyakit klien
mengalami kehilangan penurunan berat badan,asupan nutrisi yang tidak adekuat ataupun
reaksi psikologis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan gejala terkait penyakit
2. Hipertermi berhubungan dengan Kehilangan volume cairan secara aktif
C. Intervensi
D. Implementasi
Diagnosa Implementasi
Hipertermi berhubungan dengan gejala 1. Memonitor tanda- tanda vital
terkait penyakit 2. Memonitor warna kulit dan suhu
tubuh
3. Mmemonitor suhu minimal tiap 2
jam
4. Memberikan kompres dingin pada
aksila dan lipatan paha, seka dengan
air hangat.
5. Memberian obat antipiretik sesuai
anjuran
6. Memberian cairan intravena
7. Menganjurkan pasien menggunakan
pakaian yang tipis
Hipertermi berhubungan dengan 1) Memonitor tanda-tanda vital
Kehilangan volume cairan secara aktif 2) Memonitor intake dan output pasien
3) Memonitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa,nadi
adekuat, dan tekanan darah )
4) Memberian cairan IV
5) Memonitor status nutrisi
6) Berikan cairan oral(seperti air putih)
E. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu:
Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal
Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
Pasien tampak tidak lemas
Mukosa bibir lembab
DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7.Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan NOC. Jakarta: EGC