Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERPIREKSIA

DIRUANG ANAK (ASTER 6) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA


MAGELANG

Disusun Oleh :
Nama : Nika Nurmalia
Nim : 010117A063

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2019
HIPERPIREKSIA

1. DEFINISI
Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu sehat
atau sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38 oC. Hiperpireksia adalah suatu
keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi
pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan
perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia sangat
berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,
fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada awalnya anak tampak
menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan
koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 430 C
sampai 450 C.14

2. ETIOLOGI
Penyebab dari demam antara lain dimungkinkan oleh :
1.    Infeksi
2.    Toksemia
3.    Keganasan
4.    Pemakaian obat.
5.    Gangguan pada pusat regulasi suhu tubuh, seperti pada heat stroke, perdarahan
otak, koma, atau gangguan sentral lainnya
Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan hiperpireksia
dapat dibagi sebagai berikut:
a. Set point hipotalamus meningkat
1) Pirogen endogen
 Infeksi
 Keganasan
 Alergi
 panas karena steroid
 penyakit kolagen

2) Penyakit atau zat


 kerusakan susunan saraf pusat
 keracunan DDT
 racun kalajengking
 penyinaran
 keracunan epinefrin

b. Set point hipotalamus normal


1) Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas
 hipertermia malignan
 hipertiroidisme
 Hipernatremia
 keracunan aspirin
2) Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas
 mandi sauna berlebihan
 panas di pabrik
 pakaian berlebihan
3) Pengeluaran panas tidak baik (rusak)
 displasia ektoderm
 kombusio (terbakar)
 keracunan phenothiazine
 heat stroke
c. Rusaknya pusat pengatur suhu
1) Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus:
 ensefalitis/ meningitis
 trauma kepala
 perdarahan di kepala yang hebat
 penyinaran2
3. MANIFESTASI KLINIS

tanda dan gejala demam antara lain :

1. suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)

2. Kulit kemerahan

3. Hangat pada sentuhan

4. Peningkatan frekuensi pernapasan


5. Menggigil

6. Dehidrasi

7. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit
hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat
dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo),
keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

4. KLASIFIKASI DEMAM UNTUK MENENTUKAN TINDAKAN


Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas
dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya
gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar pada
tingkat kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur. Klasifikasi berdasarkan umur
pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36
bulan. Pasien berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (serious bacterial
infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai demam. Pasien demam harus dinilai
apakah juga menunjukkan gejala yang berat. Menurut Yale Acute Illness Observation
Scale atau Rochester Criteria, yang menilai adakah infeksi yang menyebabkan
kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) dapat merupakan petunjuk
untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik empirik.
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis,
dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom
virus.
4. Patofisiologi Pengaturan Suhu Tubuh
Manusia ialah makhluk yang homeotermal, artinya makhluk yang dapat
mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu di sekitarnya berubah. Yang dimaksud
dengan suhu tubuh ialah suhu bagian dalam tubuh seperti viscera, hati, otak. Suhu rectal
merupakan penunjuk suhu yang baik. Suhu rectal diukur dengan meletakkan
thermometer sedalam 3 – 4 cm dalam anus selama 3 menit sebelum dibaca. Suhu mulut
hampir sama dengan suhu rectal. Suhu ketiak biasanya lebih rendah daripada suhu rectal.
Pengukuran suhu aural pada telinga bayi baru lahir lebih susah dilakukan dan tidak
praktis. Suhu tubuh manusia dalam keadaan istirahat berkisar antara 36 oC – 37oC, yang
dapat dipertahankan karena tubuh mampu mengatur keseimbangan antara pembentukan
dan pengeluaran panas.
Panas dapat berasal dari luar tubuh seperti iklim atau suhu udara di sekitarnya yang
panas. Panas dapat berasal dari tubuh sendiri. Pembentukan panas oleh tubuh
(termogenesis) merupakan hasil metabolisme tubuh. Dalam keadaan basal tubuh
membentuk panas 1 kkal/ kg BB/ jam. Jumlah panas yang dibentuk alat tubuh, seperti
hati dan jantung relative tetap, sedangkan panas yang dibentuk otot rangka berubah-ubah
sesuai dengan aktifitas. Bila tidak ada mekanisme pengeluaran panas, dalam keadaan
basal suhu tubuh akan naik 1 oC/ jam, sedang dalam aktivitas normal suhu tubuh akan
naik 2oC/ jam.
Pengeluaran panas terutama melalui paru dan kulit. Udara ekspirasi yang dikeluarkan
paru jenuh dengan uap air yang berasal dari selaput lendir jalan nafas. Untuk
menguapkan 1 ml air diperlukan panas sebanyak 0,58 kkal. Pengeluaran panas melalui
kulit dapat dengan dua cara yaitu:
a. Konduksi – konveksi : pengeluaran panas melalui cara ini bergantung
kepada perbedaan suhu kulit dan suhu udara sekitarnya.
b. Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar keringat. Dapat
juga melalui perspirasi insensibilitas, difusi air melalui epidermis.

Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit.
Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen.
Saraf eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu
hipotalamus dapat mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan
ventilasi paru. Keterangan tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di
hipotalamus dari suhu darah yang memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian
luar tubuh diterima reseptor panas di kulit yang diteruskan melalui sistem aferen ke
hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah oleh thermostat hipotalamus yang akan
mengatur set point hipotalamus untuk membentuk panas atau untuk mengeluarkan panas.
Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat
kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga
akan terjadi vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih
banyak dapat dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur
suhu tubuh yang bekerja pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh.
Hipotalamus posterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas
ditingkatkan dengan meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan
menggigil (shivering), serta pengeluaran panas akan dikurangi dengan cara
vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat.

5. Pathways

Demam tinggi

hipertermi
6. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini
juga tidak membahayan otak

7. Pemeriksaan penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang
siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning,
masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan
tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan
lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.

8. Penatalaksanaan pasien hiperpireksia


a. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran.
b. Berikan oksigen
c. Berikan anti konvulsan bila ada kejang
d. Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal.
Tidak boleh memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin.
e. Berikan kompres
f. Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5-1
mgr/kgBB (I.V).
g. Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9% dingin
melalui nasogastric tube ke lambung. Dapat juga per enema.
h. Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen (1 mgr/kgBB
I.V.), maksimal 10 mgr/kgBB.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll),
apakah menggigil, gelisah.
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori
b) Sistem persyarafan : kesadaran
c) Sistem pernafasan
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem gastrointestin
f) Sistem integumen
g) Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG
5. Discharge Planning
a. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau
perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Intruksikan untuk kontrol ulang
e. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Hipertemia berhubungan dengan penyakit atau trauma
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3.    Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
7. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
1. Hipertemia Setelah dilakukan tindakan Mengontrol panas
berhubungan perawatan selama ….X 24 ·    Monitor suhu minimal tiap 2 jam
dengan proses jam, pasien mengalami ·    Monitor suhu basal secara
penyakit. keseimbangan termoregulasi kontinyu sesui dengan kebutuhan.
Batasan dengan kriteria hasil : ·    Monitor TD, Nadi, dan RR
karakeristik :          Suhu tubuh dalam rentang ·    Monitor warna dan suhu kulit
·        kenaikan normal 35,9 C – 37,5 C ·    Monitor penurunan tingkat
suhu tubuh diatas         Nadi dan RR dalam kesadaran
rentang normal rentang normal ·    Monitor WBC,Hb, Hct
·        serangan atau         Tidak ada perubahan·    Monitor intake dan output
konvulsi (kejang) warna kulit ·    Berikan anti piretik
·        kulit         Tidak ada pusing ·    Berikan pengobatan untuk
kemerahan mengatasi penyebab demam
·        pertambahan ·    Selimuti pasien
RR ·    Lakukan Tapid sponge
·       takikardi ·    Berikan cairan intra vena
·       saat disentuh ·    Kompres pasien pada lipat paha,
tangan terasa aksila dan leher
hangat ·    Tingkatkan sirkulasi udara
·    Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature Regulation
·    Monitor tanda- tanda hipertermi
·    Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
·    Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
·    Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
·    Berikan obat antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
·    Gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh sesuai
dengan kebutuhan
·    Lepasakan pakaian yang
berlebihan dan tutupi pasien
dengan hanya selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
§  Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
§  Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
§  Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
§  Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
§  Monitor TD, Nadi, dan RR
sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas
§  Monitor kualitas dari nadi
§  Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
§  Monitor suara paru
§  Monitor pola pernapasan
abnormal
§  Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
§  Monitor sianosis perifer
§  Monitor adanya tekanan nadi
yang melebar , bradikardi,
peningkatan sistolik (Chusing
Triad)
§  Identifikasi penyebab dari
perubahan vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan tindakan         Sediakan lingkungan yang
berhubungan keperawatan selama …x 24 aman untuk pasien
dengan infeksi jam, pasien tidak mengalami         Identifikasi kebutuhan
mikroorganisme injury. keamanan pasien sesuai dengan
Risk Injury kondisi fisik dan fungsi kognitif
Kriteria Hasil : pasien dan riwayat penyakit
§  Klien terbebas dari cidera terdahulu pasien
§  Klien mampu menjelaskan         Menghindari lingkungan yang
cara/metode untuk mencegah berbahaya misalnya
injury atau cedera memindahkan perabotan
§  Klien mampu menjelaskan         Memasang side rail tempat
factor resiko dari lingkunga tidur
atau perilaku personal          Menyediakan tempat tidur yang
§  Mampu memodifikasi gaya nyaman dan bersih
hidup untuk mencegah injury         Meletakan saklar lampu
§  Menggunakan fasilitas ditempat yang mudah dijangkau
kesehatan yang ada pasien
§  Mampu mengenali perubahan         Membatasi pengunjung
status kesehatan          Memberikan penerangan yang
cukup
         Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
         Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
         Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
         Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan keperawatan selama …x 24         Pertahankan catatan intake dan
dengan faktor jam, fluid balance dengan output yang akurat
resiko faktor yang kriteria hasil :          Monitor status
mempengaruhi          Mempertahankan urine dehidrasi( kelembaban membrane
kebutuhan cairan output sesuai dengan usia dan mukosa, nadi adekuat, tekanan
(hipermetabolik) BB, BJ urine normal, HT darah ortostatik)
normal          Monitor vital sign
         Tekanan darah, nadi, suhu         Monitor asupan makanan/
tubuh dalam batas normal cairan dan hitung intake kalori
         Tidak ada tanda- tanda harian
dehidrasi, elastisitas turgor         Lakukan terapi IV
kulit baik, membrane mukosa         Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa haus         Berikan cairan
yang berlebihan.          Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
         Dorong masukan oral
         Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
         Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
         Anjurkan minum kurang lebih
7-8 gelas belimbing perhari
         Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
         Atur kemungkinan transfusi

DAFTAR PUSTAKA
F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies & Injuries.
Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill
Companies; by Appleton & Lange.

Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak.

Henretig FM. Fever. Dalam: Fleisher GR, Ludwig S, penyunting. Textbook of pediatric
emergency medicine; edisi ke-3. Baltimore: Williams dan Wilkins, 1993

Richard C. Dart, MD, PhD. (2007). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis &
Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.

Anda mungkin juga menyukai