Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing : Dewi Prasetyani, M. Kep.,

NAMA : SINDY FAJRINA


NIM : 108117070
PRODI : S1 KEPERAWATAN 4B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) AL-IRSYAD


AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika
suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam
terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah
Noer, 2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur
suhu tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu
tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari
perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga
diatas normal, sering disertai menggigil dan
berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah
mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin
mencapai 2 derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari
sekali disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari
bebas demam diantara 2 serangan demam disebut
kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari
satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

2. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,
keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu
tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi,
sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit
yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat.

4. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap infeksi atau zat asing
yang masuk kedalam tubuh. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke
tubuh akan merangsang system pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada
yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh
(pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme
atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas
di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepid an
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “ tentara” tubuh (sel makrofag dan sel
limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibody atau system kekebalan tubuh.

5. Pemeriksaan penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir,
yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi,
endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba
darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau
sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat
diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat
yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
angiografi, aortografi, atau limfangiografi

6. PATHWAY

Infeksi Bakteri Gangguan otak Virus Imunisasi Bahan toksis

Masuk kedalam tubuh

Tubuh melepaskan pirogen (zat


pengatur panas)

Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui reseptor untuk disampaikan ke


pusat pengaturan panas di Hipotalamus

Suhu tubuh meningkat, vasokontriksi pembuluh darah ketidakseimbangan


pembentukan dan pengeluaran panas

Demam Dehidrasi Kelemahan Tidak nafsu makan

MK : MK : Risiko
Hipertermia ketidakseimbangan
MK : Devicit
nutrisi
volume cairan
7. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah,
sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata
anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah
terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel-sel otak
4)  Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-
banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air
putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau
air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang
menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh
gantinya.
5) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat
paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh
dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas
tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas
tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres
hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau
suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar
cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya
tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna
untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang
mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1) Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup
parasetamol
2) Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau
1-1½ sendokteh sirup parasetamol
3) Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500
mg atau 2 sendok teh sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas
in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat
dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.

8. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak
c. Takikardi
d. Insufisiensi pulmonal
e. Insufisiensi jantung

9. Klasifikasi
a. Fever : keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya
karena proses patologis
b. Hyperthermia : keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara
intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara
keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi,
ultrasound atau obat-obatan
c. Malignant Hyperthermmia : peningkatan suhu tubuh yang
cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena
anestesi total

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
lain baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
6. Primary Survey
a. Airway : jalan nafas paten, tidak tampak ada sumbatan pada jalan
nafas
b. Breathing : pernafasan spontan, RR 23x/mnt, irama nafas regular,
suara nafas vesikuler
c. Circulation : tingkat kesadaran komposmetis, Nadi 140x/mnt,
Suhu 38,7C
d. Disability : keadaan umum baik, kesadaran composmetis
e. Exposure : klien dating dengan keluhan demam sejak kemarin
dan muntah 1x Suhu tubuh 38,7C
f. Fluid : terpasang infuse RL 16 tpm
g. Goind : Ruang Chrysant

7. Diagnosa Keperawatan\
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi tidak adekuat, mual, nafsu makan menurun
c. Resiko devicit volume cairan b.d kehilangan volume aktif

8. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Hipertermia • Thermogulasi • Monitir suhu
berhubungan Setelah dilakukan sesering mungkin
dengan, proses tindakan keperawatan • Monitor IWL
penyakit. selama 1x24 jam klien • Monitor warna dan
menunjukkan temperatur suhu kulit
dalam batas normal • Monitor tekanan
dengan kriteria hasil: darah, nadi dan RR
• Suhu 36-37C • Monitor penurunan
• Nadi dan RR tingkat kesadaran
dalam rentang • Monitor WBC, HB
normal dan HCT
• Tidak ada • Monitor intake dan
perubahan warna output
kulit dan tidak ada • Kolaborasikan
pusing, merasa pemberian
nyaman antipiretik
• Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
• Selimuti pasien
• Berikan cairan
intravena
• Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
• Tingkatkan sirkulasi
udara
• Temperature
regulation
• Monitor TD, nadi
dan RR
• Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
• Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
• Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
·   

2. Ketidakseimba • Nutritional • Kolaborasi dengan


ngan nutrisi Status : food and ahli gizi untuk
kurang dari fluid intake menentukan jumlah
kebutuhan Setelah dilakukan kalori dan nutrisi
tubuh b.d tindakan keperawatan yang dibutuhkan
intake nutrisi selama 1x24 jam pasien
tidak adekuat, diharapkan nutrisi • Anjurkan pasien
mual, nafsu adekuat dengan kriteria untuk meningkatkan
makan hasil: intake Fe
menurun • Adanya • Berikan makanan
peningkatan BB yang terpilih (sudah
sesuai dengan dikonsultasikan
tujuan dengan ahli gizi)
• BB ideal sesuai • Monitor jumlah
dengan TB nutrisi dan
• Mampu kandungan kalori
mengidentifikasi • BB pasien dalam
kebutuhan nutrisi batas normal
• Tidak ada tanda • Monitor adanya
malnutrisi penurunan BB
• Tidak terjadi • Monitor lingkungan
penurunan BB selama makan
yang berarti • Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
• Monitor mual dan
muntah
• Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

3. Resiko devicit • Fluid balance • Pertahankan catatan


volume cairan • Hydration intake dan output
b.d kehilangan • Nutritional yang akurat
volume aktif status : food and • Monitor status
fluid dehidrasi
Setelah dilakukan (kelembaban
tindakan keperawatan membrane mukosa,
selama 1x24 jam nadi adekuat,
diharapkan cairan tekanan darah
adekuat dengan kriteria ortostatik)
hasil: • Monitor vital sign
• Mempertahankan • Monitor asupan
urine output makanan/ cairan dan
sesuai dengan usia hitung intake kalori
dan BB, BJ urine harian
normal, HT • Lakukan terapi IV
normal • Monitor status
• Tekanan darah, nutrisi
nadi, suhu tubuh • Berikan cairan
dalam batas • Berikan cairan IV
normal pada suhu ruangan
• Tidak ada tanda- • Dorong masukan
tanda dehidrasi, oral
elastisitas turgor • Berikan penggantian
kulit baik, nasogastrik sesuai
membrane output
mukosa lembab, • Dorong keluarga
tidak ada rasa untuk membantu
haus yang pasien makan
berlebihan. • Anjurkan minum
kurang lebih 7-8
gelas belimbing
perhari
• Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk

9. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.
10. Evaluasi Keperawatan
11. Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi
keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/350623047/Lp-Febris-Pada-Anak
https://id.scribd.com/doc/305787710/LP-febris
https://id.scribd.com/doc/301422487/ASUHAN-KEPERAWATAN-FEBRIS
https://id.scribd.com/doc/305200547/lp-febris
https://www.academia.edu/42938688/LAPORAN_PENDAHULUAN_FEBRIS

Anda mungkin juga menyukai