FEBRIS
2. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,
keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu
tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi,
sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit
yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat.
4. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap infeksi atau zat asing
yang masuk kedalam tubuh. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke
tubuh akan merangsang system pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada
yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh
(pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme
atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas
di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepid an
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “ tentara” tubuh (sel makrofag dan sel
limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibody atau system kekebalan tubuh.
5. Pemeriksaan penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir,
yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi,
endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba
darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau
sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat
diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat
yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
angiografi, aortografi, atau limfangiografi
6. PATHWAY
MK : MK : Risiko
Hipertermia ketidakseimbangan
MK : Devicit
nutrisi
volume cairan
7. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah,
sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata
anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah
terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel-sel otak
4) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-
banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air
putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau
air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang
menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh
gantinya.
5) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat
paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh
dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas
tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas
tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres
hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau
suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar
cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya
tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna
untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang
mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1) Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup
parasetamol
2) Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau
1-1½ sendokteh sirup parasetamol
3) Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500
mg atau 2 sendok teh sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas
in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat
dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
8. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak
c. Takikardi
d. Insufisiensi pulmonal
e. Insufisiensi jantung
9. Klasifikasi
a. Fever : keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya
karena proses patologis
b. Hyperthermia : keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara
intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara
keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi,
ultrasound atau obat-obatan
c. Malignant Hyperthermmia : peningkatan suhu tubuh yang
cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena
anestesi total
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
lain baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
6. Primary Survey
a. Airway : jalan nafas paten, tidak tampak ada sumbatan pada jalan
nafas
b. Breathing : pernafasan spontan, RR 23x/mnt, irama nafas regular,
suara nafas vesikuler
c. Circulation : tingkat kesadaran komposmetis, Nadi 140x/mnt,
Suhu 38,7C
d. Disability : keadaan umum baik, kesadaran composmetis
e. Exposure : klien dating dengan keluhan demam sejak kemarin
dan muntah 1x Suhu tubuh 38,7C
f. Fluid : terpasang infuse RL 16 tpm
g. Goind : Ruang Chrysant
7. Diagnosa Keperawatan\
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi tidak adekuat, mual, nafsu makan menurun
c. Resiko devicit volume cairan b.d kehilangan volume aktif
8. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Hipertermia • Thermogulasi • Monitir suhu
berhubungan Setelah dilakukan sesering mungkin
dengan, proses tindakan keperawatan • Monitor IWL
penyakit. selama 1x24 jam klien • Monitor warna dan
menunjukkan temperatur suhu kulit
dalam batas normal • Monitor tekanan
dengan kriteria hasil: darah, nadi dan RR
• Suhu 36-37C • Monitor penurunan
• Nadi dan RR tingkat kesadaran
dalam rentang • Monitor WBC, HB
normal dan HCT
• Tidak ada • Monitor intake dan
perubahan warna output
kulit dan tidak ada • Kolaborasikan
pusing, merasa pemberian
nyaman antipiretik
• Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
• Selimuti pasien
• Berikan cairan
intravena
• Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
• Tingkatkan sirkulasi
udara
• Temperature
regulation
• Monitor TD, nadi
dan RR
• Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
• Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
• Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
·
9. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.
10. Evaluasi Keperawatan
11. Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi
keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/350623047/Lp-Febris-Pada-Anak
https://id.scribd.com/doc/305787710/LP-febris
https://id.scribd.com/doc/301422487/ASUHAN-KEPERAWATAN-FEBRIS
https://id.scribd.com/doc/305200547/lp-febris
https://www.academia.edu/42938688/LAPORAN_PENDAHULUAN_FEBRIS