Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGOENCHEPALITIS

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Novia Wulandari, S.Kep (113120002)
2. Erna Khuswatun, S.Kep (113121014)
3. Dinda Kartika, S.Kep (113121032)
4. Nena Septiana, S.Kep (113121036)
5. Ahda Sabila, S.Kep (113121042)
6. Sindy Fajrina, S.Kep (113121044)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
LAPORAN PENDAHULUAN

Tanggal Praktik : 13-18 Desember 2021


Ruang Praktik : At-Thur

Masalah Keperawatan
Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan arachnoid dan
piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha & Rahil, 2012).
Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput mengineal yang dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai adanya gejala spesifik
dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang meningkat,
gejala peningkatan tekanan intrakranial dan gejala defisit neurologi (Widagdo,
2011).

A. Etiologi/ Faktor Risiko

1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae


(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa

2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia

3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan


dengan wanita

4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu


terakhir kehamilan

5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi


imunoglobulin.

6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan


dengan sistem persarafan.
B. Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala
dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga
bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena
meningen: semuanya inipenghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi


radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral.

Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial,


yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan
peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan
adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(pada sindrom Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.

C. Manifestasi Klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,


dan koma

3. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.


4. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital (meningkatnya nadi dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.

5. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

6. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikemia : demam tinggi tiba-


tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata.
D. PATHWAYS
Masalah Keperawatan
Hipertermia
Nyeri akut
Hambatan mobilitas fisik

Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Hasil

Hasil laboratorium
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa,
kadar ureum, elektrolit dan kultur.

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan


leukosit saja. Disamping

Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga


peningkatan LED.

b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan


peningkatan leukosit.
Analisis CSS dari fungsi lumbal Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa
jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan
syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang
bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein normal, kultur (-).

Pemeriksaan radiologis Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto


kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan.

b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala


(periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan
foto dada.
Kebutuhan cairan Kebutuhan kalori
1-10 kg = 100 cc/kg 1000 cc + (100 cc x usia dalam tahun)
11-20 kg = 1000 cc + (n x 50) 1-3 tahun = 100 kal/kg BBI
>20 kg = 1500 cc + (n x 20) 4-5 tahun = 90 kal/kg BBI
n = kelebihan berat badan Kebutuhan protein = (10 x total energi
harian) : 4 = .... gram
Kebutuhan lemak = (20 x total energi
harian) : 9 = ....gram

E. Penatalaksanaan

1. Medis

Demam Tinggi

a. Farmakologis
 Menggunakan obat antipiretik misalnya parasetamol dan salisilat
(10mg/kg/dosis) untuk menurunkan panas.

b. Non Farmakologis
 Atur suhu ruangan 24 – 26 oC.
 Kompres dengan air hangat (22-28 oC), jika perlu, buka baju menggunakan
teknik WTS (Water Tepid Sponge)

Kejang

a. Farmakologis
 Atasi kejang dengan fenobarbital 20 mg/kgBB IV dalam waktu 5 menit.
 Jika kejang tidak berhenti tambahkan fenobarbital 10 mg/kgBB sampai
maksimal 40 mg/kgBB.
 Bila kejang berlanjut, berikan fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit.

b. Pengobatan rumahan:
 Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV
atau per oral.
 Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari, dosis terbagi dua atau tiga secara IV atau per oral.

c. Non Farmakologis
 Pada waktu kejang longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
d. Antibiotik
 Beri ampisilin dan gentamisin. Bila dalam 24 jam tidak memperlihatkan
perbaikan, ganti antibiotik dengan sefalosporin generasi ke-3, misal cefotaksim

F. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA SLKI SIKI


O KEPERAWATA
N
Termoregulasi Manajemen
1. Hipertermia
Ekspetasi : membaik Hipertermia

Kriteria Hasil IR ER Observasi


Ventilasi 5
- Monitor suhu
Suhu Tubuh 5
tubuh
Keterangan : - Monitor
1 = Memburuk komplikasi
2 = Cukup Memburuk akibat
3 = Sedang hipertermia
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik Terapeutik
- Sediakan
lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau
lepaskan
pakaian
- Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh

Edukasi
- Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi

Pemberian cairan dan elektrolit


intravena
Tingkat nyeri Manajemen nyeri
2. Nyeri akut
Ekspetasi : Menurun
Observasi :
Indikator IR ER 1. Identifikasi skala
Keluhan nyeri 5 nyeri
Meringis 5 2. Identifikasi
Gelisah 5 liokasi,
karakteristik,
1. Menurun frekuensi, kualitas,
2. Cukup menurun intensitas nyeri
3. Identifikasirespon
3. Sedang
nyeri non verbal
4. Cukup meningkat
5. Meningkat Terapeutik :
1. Berikan teknik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
2. Fasilitas
istirahat dan
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
2. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Mobilitas Fisik
3. Gangguan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik Ekspetasi : Meningkat
Observasi
IR ER
- Identifikasi
Indikator
Pergerakan 3 5 adanya nyeri /
ekstermitas keluhan fisik
Kekuatan otot 3 5
lainnya
Rentang gerak 3 5
- Identifikasi
toleransi fisik

- Monitor tekanan
darah

Terapeutik

- Fasilitasi
aktivitas
mobilisasi
dengan alat
bantu misal
(pagar tempat
tidur)

- Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi

- Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi

- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini

- Ajarkan
mobilisasi
sederhana ( mis
miring kanan
kiri, duduk
ditempat tidur )

Masalah Keperawatan

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh


bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia, atau virus (Soemarmo,2010).

A. Etiologi/Penyebab

Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis,


misalnya bakteri protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta dan virus. Penyebab
terpenting dan paling sering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung ke otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi
terdahulu.
Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :

1. Infeksi virus yang bersifat epidemic.

2. Infeksi virus yang bersifat sporadic.

3. Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.

B. Patofisiologi

Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas dan saluran cerna,
setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh
dengan secara lokal: aliran virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tertentu, penyebaran hematogen primer: virus
masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke organ dan berkembang
biak di organ tersebut dan menyebar melalui saraf: virus berkembang biak
di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem persarafan.

Setelah terjadi penyebaran ke otak, timbul manifestasi klinis


ensefalitis. Masa prodromal berlangsung selama 1 – 4 hari ditandai dengan
demam, sakit kepala, sulit mengunyah, suhu badan naik, muntah, kejang
hingga penurunan kesadaran, paralisis, dan afasia.

C. Manifestasi Klinis

Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis


adalah :

1. Panas badan meningkat.

2. Sakit kepala.

3. Muntah-muntah.

4. Lethargi.

5. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen

6. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku

7. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.


D. Pathways
Masalah Keperawatan
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
Defisit Nutrisi
Risiko trauma berhubungan dengan
kejang
Kebutuhan cairan Kebutuhan kalori
1-10 kg = 100 cc/kg 1000 cc + (100 cc x usia dalam tahun)
11-20 kg = 1000 cc + (n x 50) 1-3 tahun = 100 kal/kg BBI
>20 kg = 1500 cc + (n x 20) 4-5 tahun = 90 kal/kg BBI
n = kelebihan berat badan Kebutuhan protein = (10 x total energi
harian) : 4 = .... gram
Kebutuhan lemak = (20 x total energi
harian) : 9 = ....gram

E. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal, warna dan jenis terdapat pleocytosis


berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein agak
meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.

2. Pemeriksaan EEG, memperlihatkan proses inflamasi yang difuse "bilateral"


dengan aktivitas rendah.

3. Photo thorax

4. Darah tepi: leukosit meningkat

5. CT Scan untuk melihat keadaan otak

6. Pemeriksaan virus
F. Penatalaksanaan

Tata laksana yang dikerjakan sebagai berikut :

1. Mengatasi kejang adalah tindakan vital,


karena kejang pada ensefalitis biasanya berat. Pemberian Fenobarbital
5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan
Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.

2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S


(tergantung umur) dan pemberian
oksigen.

3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi


akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason
0,15-1,0 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3 dosis.

4. Menurunkan tekanan intrakranial yang


meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0
g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12
jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0
ml/kgBB diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak
toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.

5. Terapi antibiotic sesuai hasil kultur

Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan mordibitas HSV encephalitis.
Acyclovir diberikan secara IV dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan
selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.

4. Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan, jenis dan jumlah

cairan yang diberikan tergantung pada kondisi pasien. 5. Mengontrol kejang


dengan obat anti konvulsif diberikan segera untuk menghilangkan kejang. Obat
yang diberikan adalah valium atau luminal. Dosis valium 0,3-0,5 mg/kgBB. Bila
dalam waktu 15 menit belum teratasi, diulang dengan dosis yang sama. Jika
sudah diberikan 2 kali namun masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5
mg/kgBB/24 jam.
6. Mempertahankan ventilasi, bebaskan jalan nafas, dan berikan 02 sesuai kebutuhan.

G. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

No. DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
Resiko perfusi Perfusi cerebral Pencegahan syok
jaringan cerebral
Ekspetasi : Meningkat Observasi
tidak efektif
Indikator IR ER - Monitor frekuensi
Sakit kepala 3 5 nafas,nadi
Kecemasan 3 5 - Monitor
Demam 3 5 oksigenasi

- Monitor tingkat
kesadaran

Teraupetik

- Berikan oksigen

- Pasang jalur IV

- Lakukan skintest

Edukasi

- Jelaskan penyebab
syok

- Jelaskan tanda dan


gejala syok

- Anjurkan
menghindari
alergi

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian injeksi
IV
Defisit Nutrisi
Nafsu Makan Manajemen Nutrisi

Ekspetasi : Membaik Observasi :

Indikator IR ER - Identifikasi status


Keinginan 3 5 nutrisi
makan - Identifikasi
Kemampuan 3 5 makanan yang
merasakan disukai
makanan
- Monitor asupan
Asupan nutrisi 3 5
makanan
Terapeutik :

- Sajikan makanan
secara menarik

- Berikan makanan
tinggi serat
Edukasi :

- Anjurkan posisi
duduk

- Ajarkan diet yang


diprogramkan
Risiko Cedera
Tingkat Cedera Manajemen
keselamatan lingkungan
Ekspetasi : menurun
Observasi :
Indikator IR ER
Kejadian 3 5 - Identifikasi
cedera kebutuhan
ketegangan 3 5 keselamatan
otot - Monitor
Ekspresi 3 5
wajah perubahan status
kesakitan keselamatan
Terapeutik :

- Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan

- Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bahaya dan risiko

- Sediakan alat
bantu keamanan
lingkungan (mis.
Pegangan tangan)

- Gunakan
perangkat
pelindung (mis.
Pagar tempat
tidur)

- Fasilitasi relokasi
ke lingkungan
yang aman
Edukasi :

- Ajarkan individu
dan keluarga
risiko tinggi
bahaya
lingkungan

Daftar pustaka
file:///C:/Users/ACERE1~1/AppData/Local/Temp/penatalaksanaan-
meningitis_compress.pdf

file:///C:/Users/ACERE1~1/AppData/Local/Temp/lp-
meningoencephalitis_compress.pdf

Buku SDKI. Edisi 1. Januari 2017

Buku SLKI. Edisi 1. Cetakan II. Januari 2019

Buku SIKI. Edisi 1. Cetakan II. September 2018

Anda mungkin juga menyukai