DI SUSUN OLEH :
1. Pengertian
Demam merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun
obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya suhu
meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya (Lestari,
2016).
2. Klasifikasi
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam septik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
3. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015)
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H
dan antigen VI (Lestari, 2016)
4. Patofisiologi
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan
eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien febris atau
demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah
lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada Hb
akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami
peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui
penyebabnya,( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam
dan disertai batuk – batuk ) ( Isselbacher. 1999 )
Patway
Mediator inflamasi
Tubuh kehilangan cairan
elektrolit
Monosit / makrofag
Penurunan cairan
intrasel dan ekstra sel
Sitokin pirogen
Mempengaruhi Demam
Hipotalamus anterior
Aksi antipiretik
Peningkatan evaporasi Meningkatnya
Anoreksia (5)Efek keluarga
Metabolik tubuh
kurang pengetahuan
Rewel
Input makanan -
Monosit / makrofag tugor kulit menurun
Berkurang
Resiko defisit Volume
cairan(2)
(4)Intoleransi Risiko nutrisi kurang
aktivitas dari kebutuhan
Ditandai dengan : tubuh(3)
b. Kulit kemerahan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
a. Demam
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps (kambuh)
e. Komplikasi
Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak dmam
thypoid yaitu :
c. Anemia hemolitik
e. Hepatitis, koleolitis
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status
generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis atau
tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap
orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi. Pemeriksaan
awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan,
Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung
jenis leokosit
7. Penatalaksanaan
a. Tindakan farmakologis
1) Paracetamol
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi
berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena
perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti
pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti
peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara
6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan
dosis 5mg/Kg BB. Ibu profen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan
berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol.
Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare,
perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada
dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
4) Memberikan kompres.
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada
penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres
hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Maharani dalam Wardiyah 2016).
B. Asuhan Keperawatan
Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan pada anak demam/febris adalah sebagai
berikut :
1. Pengkajian
f. Genogram
h. Riwayat sosial
i. Kebutuhan dasar
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk
makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien
merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga
bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta tinggi
badan
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
3) Head to toe
b) Kulit, rambut
f) Sistem respirasi
g) Sistem kardiovaskuler
h) Sistem musculoskeletal
i) Sistem pernafasan
2) Motorik halus
3) Motorik kasar
m. Data pengobatan
2. Diagnosa Keperawatan
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
kehilngan volume cairan aktif
1) Batasan karakteristik
Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal, serangan atau konvulsi (kejang),
kulit memerah, pertambahan respirasi, takikardia, saat di sentuh tangan terasa
hangat.
Kriteria hasil:
4) Intervensi
Manajemen hipertermi
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
a. Manajemen Kejang
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine, pH,
urine normal
3) Tidak ada tanda – tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
b. Manajemen cairan
c. Manajemen nutrisi
d. Monitoring nutrisi
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
http://repo.stikesperintis.ac.id/132/1/10%20M%20AZMI%20YAHYA.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4.%20BAB%202.pdf
http://repository.poltekkes denpasar.ac.id/2359/3/BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4882/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf
Cara Mengukur Tingkat Kesadaran
Untuk mengetahuinya skala GCS, tim medis akan melakukan pengecekan sebagai
berikut:
c. Nilai 3 : Jika mata seseorang terbuka hanya dengan mendengar suara atau
dapat mengikuti perintah untuk membuka mata.
d. Nilai 4 : Jika mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan.
d. Nilai 4 : Jika seseorang dapat menjawab pertanyaan dari tim medis tapi pasien
seperti kebingungan atau percakapan tidak lancer.
a. Nilai 1 : Tidak ada respons gerakan tubuh walau sudah diperintahkan atau
diberi rangsangan nyeri
b. Nilai 2 : Seseorang hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki, atau
menekuk kaki dan tangan saat diberi rangsangan nyeri
c. Nilai 3 : Seseorang hanya menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi
rangsangan nyeri.
Skala GCS didapat dari menjumlahkan tiap poin yang diperoleh dari ketiga
aspek pemeriksaan di atas. Skala ini dipakai sebagai tahap awal mengevaluasi
kondisi seseorang yang pingsan atau baru mengalami kecelakaan kemudian tidak
sadarkan diri, sebelum diberi pertolongan lebih lanjut. Meski bisa dilakukan untuk
menentukan tingkat kesadaran, GCS tidak bisa dipakai untuk mendiagnosis
penyebab penurunan kesadaran atau koma.
Survey Primer
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation,
Disability Limitation, Exposure).
1. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran
jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda
asing atau fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien
dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan
pemasangan airway definitive.
Namun pemasangan cateter tidak dapat dipasang pada penderita dengan adanya
hematoma skrotum, perdaraha di OUE (Orifisium Uretra External), dan pada Rektal
Touch (RT) posisi prostat melayang/tidak teraba.
8. H : Hearth Monitro/ECG Monitor Dapat dipasang untuk klien yang memiliki riwayat
jantung ataupun pada kejadian klien tersengat arus listrik.