FEBRIS
DERLINNA BANTOYOT
NIM: PO7120422087
Demam merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ,
ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam
Wardiyah, 2016).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya
suhu meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya
(Lestari, 2016).
2. Klasifikasi
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam septik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang
dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten
untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia,
infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari
para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
3. Etiologi
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H
dan antigen VI (Lestari, 2016).
4. Patofisiologi
Mediator inflamasi
Tubuh kehilangan cairan
elektrolit
Monosit / makrofag
Penurunan cairan
intrasel dan ekstra sel
Sitokin pirogen
Mempengaruhi Demam
Hipotalamus anterior
Rewel
Input makanan -
Monosit / makrofag tugor kulit menurun
Berkurang
Resiko defisit Volume
cairan(2)
(4)Intoleransi
Risiko nutrisi kurang
aktivitas
dari kebutuhan
Ditandai dengan :
tubuh(3)
-Tugor kulit menuru
-Mukosa bibir kerin
-Konjungtiva anemis
5. Manifestasi Klinis
b. Kulit kemerahan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
a. Demam
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps (kambuh)
e. Komplikasi
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak.
Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak demam
thypoid yaitu :
c. Anemia hemolitik
e. Hepatitis, koleolitis
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan
status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong
tokis atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi
terhadap orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi.
Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses,
pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin,
morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit
7. Penatalaksanaan
a. Tindakan farmakologis
1) Paracetamol
2) Ibuprofen
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode
untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada
penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres
hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Maharani dalam Wardiyah 2016).
1. Pengkajian
a. Identitas: Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama
b. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : Klien yang
biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C,
berkeringat, mual/muntah.
i. Kebutuhan dasar
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk
makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien
merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga
bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta tinggi
badan
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
3) Head to toe
b) Kulit, rambut
c) Mata
Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada
peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x i.
f) Sistem respirasi
g) Sistem kardiovaskuler
h) Sistem musculoskeletal
i) Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas
dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
2) Motorik halus
3) Motorik kasar
Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak
contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga
( Lerner & Hultsch. 1983)
l. Data penunjang
m. Data pengobatan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Batasan karakteristik
Kriteria hasil:
4) Intervensi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Manajemen Kejang
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Kolaborasi
1) Penyebab
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
1) Penyebab
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
1) Penyebab
Penyebab (etiologi) untuk masalah defisit pengetahuanadalah:
a) Keterbatasan kognitif
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Kekeliruan mengikuti anjuran
d) Kurang terpapar informasi
e) Kurang minat dalam belajar
f) Kurang mampu mengingat
g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
http://repo.stikesperintis.ac.id/132/1/10%20M%20AZMI%20YAHYA.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4.%20BAB%202.pdf
http://repository.poltekkes denpasar.ac.id/2359/3/BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4882/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf