DOSEN : TIM
Disusun oleh :
JNR0220101
1. Definisi
Demam fever/febris, bila suhu tubuh > 37,7°C. Ada yang menyebutkan
demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38-40°c). Hiperpireksia, bila
suhu tubuh > 41,1° C, ada juga yang menyebutkan >40° C. Subfebris, bila suhu tubuh
diatas normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C (Zein dalam Arifin 2022).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk kedalam
tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi(bakteri,
virus, jamur atau parasit), penyait aoutoimun,keganasan,ataupun obat-obatan(hartini
dalam Asyurra 2021).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus.
Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (wardiyah dalam Febryana 2022).
2. Anatomi dan Fisiologi
Sitokin pirogen
Penurunan cairan intrasel
Mempengaruhi hipotalamus
Interior
demam
ak
gelisah
gangguan pola tidur
kurang pengetahuan
6. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbukan pada saat demam, yaitu :
a. Dehidrasi
b. Kejang Demam
c. Kematian
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus diperiksa CT scan
abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia darah, serologi terhadap
beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk
melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan demam.
Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan penyebab demam, maka
pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat
kemungkinan komplikasi. Banyak penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau
sudah dapat diduga dengan pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa
penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi demam dapat
dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis demamnya.
Beberapa petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi dan non
infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid, tuberkulosis,
infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai dengan hematuria), SLE,
ITP, dan malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD, chikungunya,
demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis, leukemia
(lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis, malaria,
ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare akut, DBD.
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit seperti askariasis,
trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis, trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis,
paragonimiasis, Loefler’s syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria ringan bisa
dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai
pada keadaan hematuria. Gross hematuria sering dijumpai pada pasien
leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan
kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik, dapat
menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella,
berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan
dengan kultur dan tes sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai
dengan mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada pasien
demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria harus diambil dari
ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan darah tebal dan tipis dibuat
dalam satu slide, dan untuk darah tebal, tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk
sediaan darah tepi malaria harus susuai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan untuk
mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria (falciparum
dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai akibat
dari infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi, seperti
NS1 pada DBD
8. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan dan
dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian
antibiotik selalu memberikan nilai negatip. Permintaan kultur jenis bakteri atau
jamur tertentu akan lebih terarah dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
9. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain
tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat
fungsi organ dan gangguan metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau
akibat komplikasinya, dan juga untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya.
Misalnya, tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal
terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD,
enzim transaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria.
8. Pengobatan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dengan menangani Demam pada anak adalah :
a. Penatalaksanaan Farmakologis :
Tindakan Fakmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antiperetik Berupa :
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menuruknan Demamdalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat
diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu
yang diharapkan 1,2-1,4°C, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu tubuh namun untuk menurunkan suhu tubuh. Paracetamol
tidak dianjurkan diberikan pada bayi <2 bulan karena alasan kenyamanan bayi baru
lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping
paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu peningkatan suhu
tubuh pada bayi baru lahir yang sehat tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan
oleh factor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain :
muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan
saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus
seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibupofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol.
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja
maksimal dalam waktu 1 jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih
cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri
perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada
dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti :
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres hangat
9. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Riwayat Keperawatan
a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas
> 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh
diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil,
mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah
mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu
penyakit keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data
pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan
susuh untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien
merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga
bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
- Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta
tinggi badan
2) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
Head to toe
a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi indranya
adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir
klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya
nyeri dan ada peningkatan bising usus.
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang ntertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
- Data Fokus
Data Etiologi Masalah
Berisi data subyektif dan dan objektif Berisi tentang asal usul Masalah atau
pasien yang diperoleh dari pengkajian munculnya penyakit keluhan yang
keperawatan pasien yang berhubungan sedang dialami
dengan keluhan yang pasien, seperti
dirasakan oleh pasien gangguan pola
nafas, ketidak
seimbangan
nutrisi, dll.
- Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang Biasanya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan
biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) ,sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data
pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,
seperti ibuprofen, paracetamol.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (D.0130)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019)
3. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan intervensi Rasional
keperawatan
1 Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I. - untuk
berhubungan tindakan 15506) mengetahui
dengan keperawatan Observasi
penyebab
Proses penyakit 3x 24 jam, - ldentifikasi penyebab
ditandai dengan kulit diharapkan : Hipertermia terjadinya demam
panas ketika 1. Pucat menurun - monitor suhu tubuh - untuk
disentuh 2. Menggigil - monitor komplikasi Akibat
mengetahui
menurun Hipertermia
3. Takikardi Terapeutik kenaikan ataupun
menurun - Longgarkan atau lepaskan penurunan suhu
4. Suhu membaik pakaian ketat
tubuh
5. Suhu kulit - berikan cairan oral
membaik Edukasi -untuk
(Termoregulasi - Anjurkan tirah baring mengetahui
L.14134) Kolaborasi adanya
- Kolaborasi pemberian Cairan
dan elektrolit komplikasi akibat
hipertermi
-untuk membantu
proses penurunan
suhu tubuh
- agar kebutuhan
cairan pasien
tetap terjaga
- agar suhu
permukaan tubuh
tetap hangat
-untuk
menghindari
komplikasi seperti
perdarahan
-untuk
menghindari
kehilangan cairan
dan elektrolit
yang berlebih
2 Defisit nutrisi peningkatan Pemantauan Nutrisi (I.03123) - untuk
berhubungan Setelah dilakukan Observasi mengetahui tanda
dengan faktor tindakan - Identifikasi faktor yang dan gejala nutrisi
psikologis ditandai keperawatan mempengaruhi asupan gizi kurang dari
dengan pasien 3x 24 jam, - Identifikasi perubahan BB kebutuhan tubuh
enggan makan diharapkan : - Identifikasi pola makan -untuk
1. Pola makanan - Identifikasi Kemampuan menghindari
yang dihabiskan menelan penurunan BB
2. Sariawan - Identifikasi kelainan pada secara drastis
berkurang rongga mulut - untuk
3. Perasaan cepat - Monitor mual muntah mengetahui
kenyang menurun - Monitor asupan oral kebiasaan makan
4. Nafsu makan Terapeutik pasien
meningkat - Timbang BB -untuk
5. Bising usus - Hitung perubahan BB mengetahui
membaik - Atur interval waktu pemantauan terdapat gangguan
6. Membran sesuai dengan kondisi pasien menelan atau
mukosa membaik Edukasi tidak
(Status nutrisi - Jelaskan tujuan dan prosedur - untuk
L.03030) Pemantauan memberikan
- Informasi kan hasil pemantauan tindakan
keperawatan
mengatasi mual
muntah
- untuk
mempertahankan
cairan oral
-untuk
mempertahankan
BB
- untuk
mengetahui
kondisi pasien
-agar keluarga
pasien
mengetahui
kondisi paien
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, N., & Susanti, I. H. (2022). Pengaruh Pemberian Kompres Bawang Merah Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Asuhan Keperawatan AN. M Dengan Diagnosa Medis
Febris Typhoid Di RS Wijaya Kusuma Purwokerto. Jurnal Pengabdian Mandiri,
Vol.1, No.7.
Asyurra, I. A. (2021). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan Proteksi
Dengan Manajemen Hipertermia : Terapi Tepid Sponge Pada Anak Demam.
Fadli, & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh
Pada Pasien Febris. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, Volume 7 Nomor 2.
Febryana, A., & Cahyaningrum, E. D. (2022). The Effectiveness of onion compresses in
nursing care with hyperthermic patients in wijaya kusuma, Kardinah Regional
General Hospital, Tegal. Mahakam Nursing Journal, Vol 2, No. 11.
Yahya, M. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris Di Ruang
Rawat Inap Anak RSUD DR. Achmad Mochtar Bukit tinggi.