Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS PADA ANAK DIRUANG IGD

Diajukan untuk memenuhi stase KDP

DOSEN : TIM

Disusun oleh :

Triska Fuji Maerani

JNR0220101

PRGOGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Demam fever/febris, bila suhu tubuh > 37,7°C. Ada yang menyebutkan
demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38-40°c). Hiperpireksia, bila
suhu tubuh > 41,1° C, ada juga yang menyebutkan >40° C. Subfebris, bila suhu tubuh
diatas normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C (Zein dalam Arifin 2022).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk kedalam
tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi(bakteri,
virus, jamur atau parasit), penyait aoutoimun,keganasan,ataupun obat-obatan(hartini
dalam Asyurra 2021).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus.
Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (wardiyah dalam Febryana 2022).
2. Anatomi dan Fisiologi

Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus


interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti. Hipotalamus
terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system
saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar
pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan endokrin.
Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan
cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau
vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus
juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan
darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah,
depresi, panic dan takut).

Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:


a. Mengontrol suhu tubuh
b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
c. Mengontrol asupan makanan
d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua otot
polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi
Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama
bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan” lateral di anyaman nucleus
berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan serabut polidohipotalamik, serta
“pusat rasa kenyang:’ medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan
membangkitkan perilaku makan.
3. Manifestasi Klinis
a. Menurut Nurarif (2015) dalam Yahya (2018) tanda dan gejala terjadinya febris
adalah:
1) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
Demam terjadi karena ketidak mampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
2) Kulit kemerahan
Kulit kemerahan pada saat demam diakibatkan oleh terdapat pembuluh darah kapiler
yang pecah.
3) Hangat pada sentuhan
Hangat pada sentuhun adalah salah satu tanda demam, hangat atau bahkan panas ini
diakibatkan respon hipotalamus untuk mensetabilkan tubuh dalam mengeluarkan
panas dari dalam tubuh.
4) Peningkatan frekuensi pernapasan
Peningkatan frekuensi pernapasan disebabkan akibat adanya mikroorganisme yang
masuk ke dalam tubuh sebagai mediator inflamasi kemudian mengakibatkan produksi
sekresi mukus meningkat menyumbat saluran pernapasan sehingga terjadi perubahan
frekuensi pernapasan.
5) Menggigil
Menggigil disebabkan oleh tubuh yang sedang melawan infeksi mikroorganisme yang
masuk kedalam tubuh sehingga, tubuh memberikan respon dengan cara menggigil
6) Dehidrasi
Dehidrasi terjadi akibat tubuh kehilangan banyak cairan, sehingga terjadi penurunan
intrasel yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh terjadi.
7) Lemah dan tidak nafsu makan
Lemah dan tidak nafsu makan diakibatkan oleh pH dalam tubuh berkurang yang
mengakibatkan anoreskia atau tidak nafsu makan dan terjadi mual.
4. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di
dalam tubuh kita yang disebut dengan pirogen, yaitu zat pencetus panas. Biasanya
penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan
pemeriksaan medis yang terarah.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam antara
lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta
penunjang lain secara tepat dan holistik (Yahya, 2018).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Asyurra 2021).
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Menurut Febry dan Marendra (2016) dalam Yahya (2018) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu :
a. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan
infeksi bakteri (demam dan pharingitis).
b. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
c. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah demam
akibat infeksi virus maupun bakteri.
5. Patofisiologi dan pathway
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh Ion Kalium(K+) dan sangat sulit dilalui ion natrium
(Na+) serta elektrolit lainnya kecuali ion klorida(CI-). Akibatnya, konssntrasi ion K+
dalam neouron tinggi dan konssntrasi ion Na+ rendah, sedangkan diluar sel neouron
berlaku sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai potensial
membran dari neouron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini,
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-asenyang terdapat pada permukaan
sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang seluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi ataualiran
listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan meningkatkan metabolisme basal 10-
15% dan kebutuhan oksigen adakan meningkat 20%. Pada anak sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai
15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium melalui membran sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik.
Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
bagian sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan “neurotransmiter”
sehingga terjadilah kejang. Ambang kejang tiap anak berbeda.
b. Pathway
Agen infeksius dehidrasi
Mediator inflamasi
Tubuh kehilangan cairan
Monosit/makrofag

Sitokin pirogen
Penurunan cairan intrasel
Mempengaruhi hipotalamus
Interior
demam

peningkatan evaporasi peningaktan suhu


tubuh
Diare ph berkurang
meningkatnya Hipertermi
metabolik tubuh anoreksia

kelemahan intake makanan


berkurang
intoleransi aktivitas
Defisit
Nutrisi

ak

gangguan rasa nyaman

tidak bisa tidur

gelisah
gangguan pola tidur
kurang pengetahuan
6. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbukan pada saat demam, yaitu :
a. Dehidrasi
b. Kejang Demam
c. Kematian
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus diperiksa CT scan
abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia darah, serologi terhadap
beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk
melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan demam.
Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan penyebab demam, maka
pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat
kemungkinan komplikasi. Banyak penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau
sudah dapat diduga dengan pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa
penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi demam dapat
dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis demamnya.
Beberapa petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi dan non
infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid, tuberkulosis,
infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai dengan hematuria), SLE,
ITP, dan malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD, chikungunya,
demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis, leukemia
(lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis, malaria,
ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare akut, DBD.
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit seperti askariasis,
trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis, trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis,
paragonimiasis, Loefler’s syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria ringan bisa
dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai
pada keadaan hematuria. Gross hematuria sering dijumpai pada pasien
leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan
kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik, dapat
menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella,
berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan
dengan kultur dan tes sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai
dengan mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada pasien
demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria harus diambil dari
ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan darah tebal dan tipis dibuat
dalam satu slide, dan untuk darah tebal, tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk
sediaan darah tepi malaria harus susuai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan untuk
mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria (falciparum
dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai akibat
dari infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi, seperti
NS1 pada DBD
8. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan dan
dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian
antibiotik selalu memberikan nilai negatip. Permintaan kultur jenis bakteri atau
jamur tertentu akan lebih terarah dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
9. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain
tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat
fungsi organ dan gangguan metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau
akibat komplikasinya, dan juga untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya.
Misalnya, tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal
terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD,
enzim transaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria.
8. Pengobatan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dengan menangani Demam pada anak adalah :
a. Penatalaksanaan Farmakologis :
Tindakan Fakmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antiperetik Berupa :
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menuruknan Demamdalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat
diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu
yang diharapkan 1,2-1,4°C, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu tubuh namun untuk menurunkan suhu tubuh. Paracetamol
tidak dianjurkan diberikan pada bayi <2 bulan karena alasan kenyamanan bayi baru
lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping
paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu peningkatan suhu
tubuh pada bayi baru lahir yang sehat tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan
oleh factor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain :
muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan
saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus
seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibupofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol.
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja
maksimal dalam waktu 1 jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih
cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri
perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada
dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti :
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres hangat
9. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Riwayat Keperawatan
a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas
> 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh
diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil,
mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah
mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu
penyakit keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data
pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan
susuh untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien
merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga
bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
- Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta
tinggi badan
2) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
Head to toe
a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi indranya
adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir
klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya
nyeri dan ada peningkatan bising usus.
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang ntertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
- Data Fokus
Data Etiologi Masalah
Berisi data subyektif dan dan objektif Berisi tentang asal usul Masalah atau
pasien yang diperoleh dari pengkajian munculnya penyakit keluhan yang
keperawatan pasien yang berhubungan sedang dialami
dengan keluhan yang pasien, seperti
dirasakan oleh pasien gangguan pola
nafas, ketidak
seimbangan
nutrisi, dll.

- Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang Biasanya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan
biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) ,sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data
pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,
seperti ibuprofen, paracetamol.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (D.0130)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019)
3. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan intervensi Rasional
keperawatan
1 Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I. - untuk
berhubungan tindakan 15506) mengetahui
dengan keperawatan Observasi
penyebab
Proses penyakit 3x 24 jam, - ldentifikasi penyebab
ditandai dengan kulit diharapkan : Hipertermia terjadinya demam
panas ketika 1. Pucat menurun - monitor suhu tubuh - untuk
disentuh 2. Menggigil - monitor komplikasi Akibat
mengetahui
menurun Hipertermia
3. Takikardi Terapeutik kenaikan ataupun
menurun - Longgarkan atau lepaskan penurunan suhu
4. Suhu membaik pakaian ketat
tubuh
5. Suhu kulit - berikan cairan oral
membaik Edukasi -untuk
(Termoregulasi - Anjurkan tirah baring mengetahui
L.14134) Kolaborasi adanya
- Kolaborasi pemberian Cairan
dan elektrolit komplikasi akibat
hipertermi
-untuk membantu
proses penurunan
suhu tubuh
- agar kebutuhan
cairan pasien
tetap terjaga
- agar suhu
permukaan tubuh
tetap hangat
-untuk
menghindari
komplikasi seperti
perdarahan
-untuk
menghindari
kehilangan cairan
dan elektrolit
yang berlebih
2 Defisit nutrisi peningkatan Pemantauan Nutrisi (I.03123) - untuk
berhubungan Setelah dilakukan Observasi mengetahui tanda
dengan faktor tindakan - Identifikasi faktor yang dan gejala nutrisi
psikologis ditandai keperawatan mempengaruhi asupan gizi kurang dari
dengan pasien 3x 24 jam, - Identifikasi perubahan BB kebutuhan tubuh
enggan makan diharapkan : - Identifikasi pola makan -untuk
1. Pola makanan - Identifikasi Kemampuan menghindari
yang dihabiskan menelan penurunan BB
2. Sariawan - Identifikasi kelainan pada secara drastis
berkurang rongga mulut - untuk
3. Perasaan cepat - Monitor mual muntah mengetahui
kenyang menurun - Monitor asupan oral kebiasaan makan
4. Nafsu makan Terapeutik pasien
meningkat - Timbang BB -untuk
5. Bising usus - Hitung perubahan BB mengetahui
membaik - Atur interval waktu pemantauan terdapat gangguan
6. Membran sesuai dengan kondisi pasien menelan atau
mukosa membaik Edukasi tidak
(Status nutrisi - Jelaskan tujuan dan prosedur - untuk
L.03030) Pemantauan memberikan
- Informasi kan hasil pemantauan tindakan
keperawatan
mengatasi mual
muntah
- untuk
mempertahankan
cairan oral
-untuk
mempertahankan
BB
- untuk
mengetahui
kondisi pasien
-agar keluarga
pasien
mengetahui
kondisi paien
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, N., & Susanti, I. H. (2022). Pengaruh Pemberian Kompres Bawang Merah Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Asuhan Keperawatan AN. M Dengan Diagnosa Medis
Febris Typhoid Di RS Wijaya Kusuma Purwokerto. Jurnal Pengabdian Mandiri,
Vol.1, No.7.
Asyurra, I. A. (2021). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Dan Proteksi
Dengan Manajemen Hipertermia : Terapi Tepid Sponge Pada Anak Demam.
Fadli, & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh
Pada Pasien Febris. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, Volume 7 Nomor 2.
Febryana, A., & Cahyaningrum, E. D. (2022). The Effectiveness of onion compresses in
nursing care with hyperthermic patients in wijaya kusuma, Kardinah Regional
General Hospital, Tegal. Mahakam Nursing Journal, Vol 2, No. 11.
Yahya, M. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris Di Ruang
Rawat Inap Anak RSUD DR. Achmad Mochtar Bukit tinggi.

Anda mungkin juga menyukai