Definisi
B. Klasifikasi febris
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
1
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-
kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria.
2
C. Anatomi Fisiologi
3
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempe
ngaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi Peran hipotalamus
adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama
bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan” later
al di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada perte
muan dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa keny
ang:’ medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat mak
an membangkitkan perilaku makan.
D. Etiologi
4
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
F. Komplikasi
5
G. Patofisiologi
6
H. Pathway
diare
hipertermi
Intoleransi
Deficit nutrisi
aktivitas
Gangguan pola
tidur
ansietas
I. Pemeriksaan Penunjang
7
Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012).
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
9
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeks
i, seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini u
ntuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit. Pe
meriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam dimintakan
sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada dema
m rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis seperti anti H
CV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain- lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temu
an dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah p
emberian antibiotik selalu memberikan nilai negatip. Permintaan kultur
jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah dalam menelusuri et
iologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah dit
ujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan metabolik lain akibat
penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga untuk m
enunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya, tuberkulosis selal
u sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal terjadi pada We
il’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD, enzim tr
ansaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria.
J. Penatalaksanaan Medis
10
PENGKAJIAN MTBS
11
- Berat badan menurut umur : Ya
Ada masalah berat badan rendah
- Pasien mengalami penurunan berat
badan sejak sakit 1 minggu yang
lalu yaitu dari 23 menjadi 22 kg
- Pasien tidak nafsu makan
- Pasien mengalami mual dan
muntah dengan intensitas 2-3x
seminggu
Ibu dan An. E.R datang ke poli MTBS Puskesmas Bahu dengan keluhan pasien An. E.R demam
sejak 1 minggu yang lalu, demam di rasakan naik turun dengan suhu 38.5°C, ibu An. E.R
mengatakan An. E.R mengeluh sakit kepala, nyeri perut, tidak nafsu makan, mual dan muntah
dengan intensitas 2-3 kali seminggu. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami penurunan berat
badan sejak 1 minggu saat pasien sakit yaitu dari 23 kg turun menjadi 22 kg di lakukan
pengukuran berat badan di poli MTBS. Saat pengkajian Suhu tubuh 37,9 °C, pemeriksaan
fisik inspeksi abdomen, perut tampak kembung. Mmenganjurkan ibu untuk mensiasati makanan
yang menarik agar nafsu makan pasien terpenuhi dan berat badan pasien bisa kembali normal.
Nasehati ibu kapan kembali : segera kembali kunjungan ulang 2 hari dari sekarang jika
tidak mengalami perubahan
Memeriksa masalah/keluhan ibu :
Tidak Ada - -
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Ibu pasien mengatakan pasien - Pasien tampak lemah
demam sejak 1 minggu dan demam - Pasien tampak pucat
naik turun - BB sebelum 23 kg, BB sesudah 22
- Ibu pasien mengatakan pasien kg
mengeluh nyeri perut - Pasien tampak gelisah
- Ibu pasien mengatakan pasien tidak - Mukosa bibir kering
nafsu makan - Suhu 37,9 °C
- Ibu pasien mengatakan pasien - Panjang badan 121 cm
mengalami penurunan berat badan
sejak 1 minggu yang lalu
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengalami mual muntah
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengeluh pusing
-
12
1. ANALISA DATA
13
2. RENCANA KEPERAWATAN
Defisit Nutrisi - Identifikasi status nutrisi S : ibu pasien mengatakan mengerti dan
Hasil : status nutrisi pasien tidak terpenuhi karena akan melakukan anjuran yang di berikan
pasien sulit untuk makan karena tidak nafsu makan
O : - pasien tampak lemah
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Pasien tampak tidak nafsu makan
Hasil : pasien tidak memiliki alergi makanan
- Identifikasi makanan yang di sukai A : Masalah belum teratasi, pasien
Hasil : ibu pasien mengatakan pasien pasien tampak tidak nafsu makan
menyukai makan seperti telur goreng, kentang
goreng, es krim dan coklat
P: Intervensi dilanjutkan dengan
Teraupetik
menganjurkan ibu pasien untuk
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Hasil : Menganjurkan pasien untuk menggosong
gigi setelah makan
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
Hasil : Menganjurkan kepada ibu pasien untuk
banyak mengonsumsi protein,vitamin,dan mineral
yang berfungsi untuk melawan infeksi.