Anda di halaman 1dari 17

A.

Definisi

Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70 C. Ada yang


menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38 0 –
400C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,10 C, ada juga yang
menyebutkan > 400 C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih
rendah dari 37,70C (Zein, 2012).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang


masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal


sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Wardiyah, 2016).

B. Klasifikasi febris

Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:

1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering

1
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian

diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-
kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat


dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa
atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak
harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)

2
C. Anatomi Fisiologi

Gambar 1 Anatomi Hipotalamus

Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di


depan nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti
dan dareah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus.
Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan
diri terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar
pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan
endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk
mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu
tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan
mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus
juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur
tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons
emosional (rasa malu, marah, depresi, panic dan takut).

Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:

a. Mengontrol suhu tubuh


b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
c. Mengontrol asupan makanan
d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior

3
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempe
ngaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi Peran hipotalamus
adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama
bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan” later
al di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada perte
muan dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa keny
ang:’ medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat mak
an membangkitkan perilaku makan.

D. Etiologi

Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu


molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat
pencetus panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam
waktu satu atau dua hari dengan pemeriksaan medis yang terarah.

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain


infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.


Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi

4
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal


dalam Thobroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya

1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi

E. Tanda Dan Gejala

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)


2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

F. Komplikasi

1. Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh


2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering t
erjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang dema
m ini juga tidak membahayan otak
3. Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal

5
G. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi


dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta
elektrolit lainnya kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+
dalam neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel
neuron berlaku sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut sebagai potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini, diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K-ATP-ase ynag terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler


2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawia
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena pen
yakit atau keturunan

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan meningkatkan


metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%.
Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran sel yang mengakibatkan
lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh bagian sel maupun membran sel di
sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” sehingga terjadilah
kejang.Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak dengan ambang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C, sedang anak dengan ambang
kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.

6
H. Pathway

diare
hipertermi

Intoleransi
Deficit nutrisi
aktivitas

Gangguan pola
tidur
ansietas

(Sumber : Yahya, 2018)

I. Pemeriksaan Penunjang

7
Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012).

Pemeriksaan radiologis :

thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.

Pemeriksaan labolatorium :

1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan


demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan
penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi
diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi. Banyak penya
kit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga dengan pemeri
ksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis dan pe
meriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa penyakit infeksi y
ang umum di Indonesia dengan manifestasi demam dapat dibedakan de
ngan pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis demamnya. Bebera
pa petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi dan no
n infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara la
in:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid,
tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai
dengan hematuria), SLE, ITP, dan malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD, c
hikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis, l
eukemia (lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosi
s, malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare a
kut, DBD.

f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut


g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
8
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit
seperti askariasis, trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis, trichin
osis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, Loefler’s syndr
ome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuri
a ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab. Pro
teinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria. Gross hematuria sering
dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever),
batu saluran kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikrosk
opik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, s
eperti amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur.
Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes sensitivitas se
rta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan mikroorganiosme
yang dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pa
da pasien demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria h
arus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan da
rah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal, tidak
difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria harus su
suai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan u
ntuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malar
ia (falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot), Leptosp
irosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga seb
agai akibat dari infeksi.

9
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeks
i, seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini u
ntuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit. Pe
meriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam dimintakan
sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada dema
m rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis seperti anti H
CV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain- lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temu
an dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah p
emberian antibiotik selalu memberikan nilai negatip. Permintaan kultur
jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah dalam menelusuri et
iologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah dit
ujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan metabolik lain akibat
penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga untuk m
enunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya, tuberkulosis selal
u sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal terjadi pada We
il’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD, enzim tr
ansaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria.

J. Penatalaksanaan Medis

Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan


penggunaan obat – obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi anak
– anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama
kerja yang serupa dengan kerja asetaminofin

10
PENGKAJIAN MTBS

Tanggal kunjungan : 26 Oktober 2022


Nama Bayi : An. E.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kleak
Umur : 6 tahun
Berat Badan Anak : 22 kg
Suhu Badan Anak : 37,9 C
Keluhan : Ibu mengatakan anak Demam, Mual dan Muntah
Kunjungan Ke : Pertama

PENILAIAN KLASIFIKASI TINDAKAN/


PENGOBATAN
Apakah anak demam? Ya
- Sejak 1 Minggu yang lalu pasien Memberikan terapi
mengalami demam Paracetamol tablet 500 mg
- Demam di rasakan setiap hari dan untuk menurunkan demam
naik turun Demam Mungkin pada pasien
- pasien tampak lemas bukan DBD
- pasien mengalami mual dan muntah
dengan intensitas 2-3 kali seminggu
- pasien mengatakan nyeri pada perut
- Suhu tubuh 37.9°C

Memeriksa kemungkinan mempunyai


masalah telinga Memberikan terapi obat tetes
- Tidak ada nyeri telinga, namun di telinga Kloramfenikol 5ml
dalam telinga terdapat serumen/ Tidak ada 9tt/hari untuk
kotoran telinga yang menempel infeksi telinga
- Tidak terdapat cairan yang keluar
dari telingan
- Tidak terdapat pembengkakan pada
telinga
Memeriksa kemungkinan berat badan Berat badan tidak Memberikan terapi obat Vit C
rendah dan/atau masalah pemberian rendah 50mg untuk menambah nafsu
ASI makan pada pasien
- Apakah inisiasi menyusui dini
dilakukan ?Ya

11
- Berat badan menurut umur : Ya
Ada masalah berat badan rendah
- Pasien mengalami penurunan berat
badan sejak sakit 1 minggu yang
lalu yaitu dari 23 menjadi 22 kg
- Pasien tidak nafsu makan
- Pasien mengalami mual dan
muntah dengan intensitas 2-3x
seminggu
Ibu dan An. E.R datang ke poli MTBS Puskesmas Bahu dengan keluhan pasien An. E.R demam
sejak 1 minggu yang lalu, demam di rasakan naik turun dengan suhu 38.5°C, ibu An. E.R
mengatakan An. E.R mengeluh sakit kepala, nyeri perut, tidak nafsu makan, mual dan muntah
dengan intensitas 2-3 kali seminggu. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami penurunan berat
badan sejak 1 minggu saat pasien sakit yaitu dari 23 kg turun menjadi 22 kg di lakukan
pengukuran berat badan di poli MTBS. Saat pengkajian Suhu tubuh 37,9 °C, pemeriksaan
fisik inspeksi abdomen, perut tampak kembung. Mmenganjurkan ibu untuk mensiasati makanan
yang menarik agar nafsu makan pasien terpenuhi dan berat badan pasien bisa kembali normal.
Nasehati ibu kapan kembali : segera kembali kunjungan ulang 2 hari dari sekarang jika
tidak mengalami perubahan
Memeriksa masalah/keluhan ibu :
Tidak Ada - -

KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Ibu pasien mengatakan pasien - Pasien tampak lemah
demam sejak 1 minggu dan demam - Pasien tampak pucat
naik turun - BB sebelum 23 kg, BB sesudah 22
- Ibu pasien mengatakan pasien kg
mengeluh nyeri perut - Pasien tampak gelisah
- Ibu pasien mengatakan pasien tidak - Mukosa bibir kering
nafsu makan - Suhu 37,9 °C
- Ibu pasien mengatakan pasien - Panjang badan 121 cm
mengalami penurunan berat badan
sejak 1 minggu yang lalu
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengalami mual muntah
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengeluh pusing
-

12
1. ANALISA DATA

Data Klasifikasi MTBS


- An. E.R Demam sejak 1 minggu yang
lalu Demam bukan DBD
- Suhu tubuh 37.5 C
- Tampak turgor kulit baik/elastis, CRT
< 2 detik, kesadaran compos mentis,
sb: 36,5°C
- Pasien Tampak mata tidak cekung
- Pasien Tampak lemah saat dibawah ke
puskesmas
- Tampak rewel saat dikaji
- Ibu pasien mengatakan tidak ada
masalah ditelinga anaknya namun ada
Tidak ada infeksi telinga
serumen dalam telinga yang menempel

Dilakukan Antropometrik Berat bedan tidak rendah dan tidak ada


- Tidak ada masalah BB rendah, BB < 1 masalah pemberian ASI
0 : defisit
- BB: 22 kg PB:121 cm , usia 6 tahun
- Tidak ada kesulitan dalam pemberian
ASI (tiap ± 8-10x/ hari), namun
sekarang An E.R sudah tidak disusui
lagi
- Celah pada bibir atau langit-langit tida
k ada

13
2. RENCANA KEPERAWATAN

NO DX KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi (1.15506)
keperawatan selama 1x20 meni Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
diharapkan Termoregulasi
(mis. Dehidrasi,terpapar
(L.14134) membaik dengan kriteria lingkungan panas, penggunaan
hasil: incubator)
Teraupetik
- Menggigil menurun (5)
- Longgarkan atau lepaskan
- Kulit merah menurun (5) pakaian
- Suhu tubuh menurun (5) - Bahasih dan kipas permukaan
tubuh
- Suhu kulit menurun (5)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

Defisit Nutrisi Setelah di lakukan Tindakan Manajemen Nutrisi (1.03119)


keperawatan diharapkan Status Observasi
nutrisi (L.03030) Membaik dengan - Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Porsi makanan yang di habiskan makanan
meningkat (5) - Identifikasi makanan yang di sukai
- Kekuatan otot mengunyah Teraupetik
meningkat (5) - Lakukan oral hygiene sebelum
- Kekuatan otot menelan makan, jika perlu
meningkat (5) - Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sariawan menurun (5) (mis. Piramida makanan)
- Berat badan membaik (5)
- Frekuensi makan (5)
- Nafsu makan membaik (5)

CATATAN PERKEMBANGAN 26/10/2022

DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Hipertermi S : - ibu pasien mengatakan mengerti
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. mengerti dan akan melakukan anjuran
Dehidrasi,terpapar lingkungan panas, yang di berikan
penggunaan incubator)
Hasil : Ibu pasien mengatakan An. E.R demam
O: - Pasien tampak pucat
sejak 1 minggu yang lalu dan deman dirasakan
- Pasien tampak masih panas
naik turun dengan suhu 38,5 °C.
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
Hasil : Menganjurkan kepada ibu untuk A : Masalah belum teratasi, pasien
melonggarkan atau melepaskan pakaian anak tampak masih panas 37,9 °C
saat demam untuk menjaga suhu pasien tidak
naik dan mencegah dehidrasi P : Intervensi dilanjurkan dengan
- Bahasih dan kipas permukaan tubuh menganjurkan ibu pasien untuk
Hasil : Menganjurkan ibu untuk mengompres melonggarkan pakaian saat pasien
dingin saat demam untuk menurunkan suhu demam.
panas pada anak
- Anjurkan tirah baring
Hasil : Untuk memberikan kenyaman dan
pemenuhan isitrahat
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Hasil : Pasien mendapat obat Paracetamol
tablet 500 mg untuk menurunkan demam pada
pasien peroral .

Defisit Nutrisi - Identifikasi status nutrisi S : ibu pasien mengatakan mengerti dan
Hasil : status nutrisi pasien tidak terpenuhi karena akan melakukan anjuran yang di berikan
pasien sulit untuk makan karena tidak nafsu makan
O : - pasien tampak lemah
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Pasien tampak tidak nafsu makan
Hasil : pasien tidak memiliki alergi makanan
- Identifikasi makanan yang di sukai A : Masalah belum teratasi, pasien
Hasil : ibu pasien mengatakan pasien pasien tampak tidak nafsu makan
menyukai makan seperti telur goreng, kentang
goreng, es krim dan coklat
P: Intervensi dilanjutkan dengan
Teraupetik
menganjurkan ibu pasien untuk
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Hasil : Menganjurkan pasien untuk menggosong
gigi setelah makan
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
Hasil : Menganjurkan kepada ibu pasien untuk
banyak mengonsumsi protein,vitamin,dan mineral
yang berfungsi untuk melawan infeksi.

Anda mungkin juga menyukai