Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTERMI

1. Konsep Dasar Teori

A. Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh
normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan
infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37,
2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam
Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar
demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
B. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f.Imunisasi
C. Patofisiologi
Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus
dapat diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom
malignan dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel
makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen.
Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja
sebagai antigen akan mempengaruhi sistem imun (Widagdo, 2012).
Saat substansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi
dengan reseptor dari neuron preoptik di hipotalamus anterior, dan
menyebabkan terbentuknya prostaglandin E2. IL-2 yang bertindak
sebagai mediator dari respon demam, dan berefek pada neuron di

1
hipotalamus dalam pengaturan kembali (penyesuaian) dari thermostatic
set point. Akibat demam oleh sebab apapun maka tubuh membentuk
respon berupa pirogen endogen termasuk IL- 1, IL-6, tumor necrotizing
factor (TNF) (Widagdo, 2012).
Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk
meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.Selain itu, substansi
sejenis hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan
infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set
point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh
memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk
mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang
tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu
tubuh meningkat (Potter & Perry, 2010).
Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih
tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan
pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui
batas”, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris.
Set point hipotalamus turun, menimbulkan respons pengeluaran panas.
Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi.Diaforesis
membantu evaporasi pengeluaran panas (Potter&Perry, 2010).

2
D. Fisiologi

Beberapa sel hipotalamus khusus untuk mendeteksi keberadaan


dan konsentrasi molekul besar seperti hormon yang beredar dalam darah
dan jaringan cairan. Mereka mampu melakukan hal ini karena bahkan
kapiler di sini khusus. Tidak seperti pembuluh otak lainnya, mereka
mengizinkan molekul besar seperti hormon bocor ke dalam jaringan dan
membawa sinyal ke neuron.
Neuron hipotalamus juga menerima informasi dari area tubuh dan
otak lainnya dengan cara impuls listrik yang dilakukan dari berbagai
sumber sensorik (sinyal rasa sakit, visi, dan tekanan darah, misalnya)
yang tersebar melalui tubuh. Neuron hipotalamus lainnya merespon
dengan mengubah pola tembakan mereka ketika ada perubahan nilai yang
diinginkan variabel seperti darah (tubuh) suhu, konsentrasi glukosa, atau
konsentrasi garam dalam cairan tubuh.
Ketika hipotalamus, menggunakan sinyal seperti yang baru saja
dijelaskan, menetapkan kebutuhan untuk respon, sel-sel hipotalamus
mempengaruhi sel-sel lain dalam dua cara. Seperti neuron lain, mereka
mengirim sinyal-sinyal listrik (potensial aksi) untuk merangsang atau
menghambat sel di daerah lain dari otak dan tubuh. Selain itu, beberapa
bahan kimia pelepasan (hormon), biasanya protein kecil yang disebut
peptida, ke dalam aliran darah sehingga mereka dapat bertindak pada sel
target pada jarak yang cukup jauh.

3
Beberapa inti hipotalamus lainnya, sebagian besar berada di daerah
anterior, menanggapi beberapa hormon yang berbeda yang beredar dalam
tubuh. Ketika kadar hormon berubah, sel-sel dalam inti ini melepaskan
molekul peptida sinyal ke dalam sistem khusus pembuluh darah yang
membawa mereka ke lobus anterior hipofisis. Peptida ini menyebabkan
sel-sel hipofisis untuk meningkatkan atau menurunkan sekresi salah satu
dari sekitar delapan hormon tertentu ke dalam aliran darah. Mekanisme
dasar ini mengatur kadar hormon pertumbuhan, hormon
adrenokortikotropik (untuk respon terhadap stres), thyrotropin (mengatur
metabolisme basal), dan beberapa hormon yang mengatur organ
reproduksi dan perilaku seksual.
Sel-sel pada anterior dan posterior hipotalamus daerah mendeteksi
suhu darah dan memiliki hubungan yang memungkinkan mereka untuk
menyesuaikan suhu tubuh normal. Aktivitas saraf di daerah anterior
mengaktifkan sistem untuk kehilangan panas, melebarkan pembuluh
darah kulit dan menyebabkan berkeringat dan terengah-engah. Neuron di
bantuan posterior hipotalamus untuk melestarikan panas oleh konstriksi
pembuluh darah kulit, menyebabkan menggigil dan melambat bernapas.
Masih inti hipotalamus lainnya bekerja sama untuk menyeimbangkan
asupan makanan. Kegiatan di daerah hipotalamus lateral yang mendorong
makan sementara inti ventromedial (VMN) menekan asupan makanan.
Kerusakan pada VMN menghasilkan hewan (dan manusia) yang makan
berlebihan secara berlebihan dan menjadi gemuk.
Di daerah preoptic di ujung depan hipotalamus adalah sel yang
menggunakan beberapa mekanisme hormonal sudah dijelaskan untuk
mendorong dan mengatur siklus menstruasi dan aspek lain dari fungsi
organ reproduksi dan perilaku. Akhirnya, berbagai perilaku ditandai
sebagai kemarahan atau agresi merupakan respon fisiologis terhadap
stres; ini dapat dilihat setelah stimulasi eksperimental inti dorsomedial
hewan. Tekanan darah dan denyut jantung yang meningkat, otot-otot yang

4
tegang, hewan menunjukkan tanda-tanda internal, perasaan emosional
yang kuat.

E. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia,

5
infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
(Nurarif, 2015)
F. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
1. Demam
2. Gangguan saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran
4. Relaps (kambuh)
G. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada bayi yang mengalami demam dan
hipertermia adalah dehidrasi, karena pada keadaan demam terjadi pula
peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan
tubuh kekurangan cairan. Pada kejang demam, juga bisa terjadi tetapi
kemungkinannya sangat kecil (Hartini, 2012)
Silbernagl, (2007) dalam patofisiologinya menjelaskan akibat yang
ditimbulkan oleh demam adalah peningkatan frekuensi denyut jantung
dan metabolisme energi.Hal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan
sakit kepala, gelombang tidur yang lambat (berperan dalam perbaikan

6
fungsi otak), dan pada keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan
kesadaran dan persepsi (delirium karena demam) serta kejang.
Keadaan yang lebih berbahaya lagi ketika suhu inti tubuh mencapai
40oC karena pada suhu tersebut otak sudah tidak dapat lagi mentoleransi.
Bila mengalami peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara
40oC-43oC, pusat pengatur suhu otak tengah akan gagal dan pengeluaran
keringat akan berhenti. Akibatnya akan terjadi disorientasi, sikap apatis
dan kehilangan kesadaran (Hartini, 2012).
H. Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap
demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non
farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang
dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan menurunkan suhu mencakup intervennsi farmakologik
yaitu dengan pemberian antipiretik.Obat yang umum digunakan untuk
menurunkan demam dengan berbagai penyebab (infeksi, inflamasi
dan neoplasama) adalah obat antipiretik.Antipiretik ini bekerja
dengan mempengaruhi termoregulator pada sistem saraf pusat (SSP)
dan dengan menghambat kerja prostaglandin secara perifer (Hartini,
2012).
Obat antipiretik antara lain asetaminofen, aspirin, kolin dan
magnesium salisilat, kolin salisilat, ibuprofen, salsalat dan obat- obat
anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Asetaminofen merupakan obat
pilihan, aspirin dan salisilat lain tidak boleh diberikan pada anak-anak
dan remaja. Ibuprofen, penggunaannya disetujui untuk menurunkan
demam pada anak-anak yang berusia minimal 6 bulan.Hindari
pemakaian aspirin atau ibuprofen pada pasien-pasien dengan
gangguan perdarahan (Hartini, 2012).

7
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
c. Memberikan minuman yang banyak
d. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
e. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
f. Memberikan kompres
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis
kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini
Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC,
akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan.

8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2. Konsep Asuhan Keperawatn Teori


Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan pada anak demam/febris
adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
4. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala
lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
5. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
6. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
7. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
8. Pemeriksaan persistem
Sistem persepsi sensori, sistem persyarafan: kesadaran, sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem
integument, sistem perkemihan
9. Pada fungsi kesehatan
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolism,
pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola tidur dan istirahat, pola
kognitif dan perseptual, pola toleransi dan koping stres, pola nilai dan
keyakinan, pola hubungan dan peran
10. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, foto rontgent, USG, endoskopi atau scanning

9
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktul maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (PPNI SDKI,
2018).
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus hipertermia adalah :
1. Hipertermia b/d proses penyakit
2. Resiko defisit nutrisi d/d ketidakmampuan mengabsorbsikan nutrisi
3. Termoregulasi tidak efektif b/d ketidakadekuat suplai lemak subkutan
d/d kulit dingin/hangat, pucat, frekuensi napas meningkat
4. Resiko infeksi d/d ketidakdekutan pertahanan tubuh sekunder (supresi
respon inflamasi), malnutrisi, peningkatan paparan organisme pathogen
lingkungan.
5. Risiko syok sepsis d/d sepsis, syndrome respon inflamasi sistem
C. Intervensi Keperarawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan peniliaian klinik untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (PPNI SIKI, 2018).

10
No Dx Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Rasional
1 Hipertermia b/d proses Setelah dilakukan intervensiManajemen hipertemia Manajemen hipertemia
penyakit keperawatan selama ….. maka Observasi Observasi
termogulasi membaik dengan KH: 1) Identifikasi penyebab hipertermia 1) Mengetahui penyebab
1) Suhu tubuh membaik 2) Monitor suhu tubuh hipertermi dan menurunkan
2) Suhu kulit membaik 3) Monitor komplikasi akibat tingkat hipertermi
3) Kulit memerah menurun hipertermia 2) Memantau kenaikan maupun
4) Takikardia menurun Teraupetik penurunan suhu tubuh
5) Takipnea menurun 4) Sediakan lingkungan yang dingin 3) Menilai adanya tanda
5) Longgarkan atau lepaskan pakaian komplikasi dari hipertermia
6) Basahi dan kipasi permukaan tubuh Teraupetik
7) Berikan cairan oral 4) Agar kulit tubuh mengikuti suhu
Edukasi lingkungan
8) Anjurkan tirah baring 5) Agar mudah berkeringat dan
Kolaborasi menyesuaikan suhu lingkungan
9) Kolaborasi pemberian cairan dan 6) Untuk menurunkan suhu dan
elektrolit intravena, jika perlu memberikan rasa nyaman
7) Untuk peningkatan kebutuhan
cairan melalui oral
Edukasi
8) Untuk penigkatan istirahat
Kolaborasi
9) Untuk memenuhi kebuthan
cairan elektrolit melalaui
intravena
2 Resiko defisit Nutrisi d.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
ketidakmampuan keperawatan selama …. maka Observasi Observasi
mengabsorbsikan nutrisi diharapkan nafsu makan membaik 1) Identifikasi status nutrisi 1) Mengetahui status nutrisi
dengan KH: 2) Identifikasi alergi dan intoleransi 2) Mengetahui adanya alergi
1) Keinginan makan membaik makanan makanan
2) Asupan makanan membaik 3) Identifikasi makanan yang disukai 3) Untuk meningkatkan nafsu
3) Asupan cairan membaik 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan makan
4) Rasa lapar mebaik jenis nutisi 4) Mengetahui jumlah kebutuhan
11
5) Identifikasi perlnya penggunaan nutrisi yang diperlukan
selang nasogastrik 5) Membantu pemasukan
6) Monitor asupan makana makanan
7) Monitor barat badan 6) Mengetahui banyanknya
8) Monitor hasil laboratorium makanan yang masuk
Terapeutik 7) Mengetahui tingkat perubahan
1) Fasilitasi menntukan pedoman BB
diet(mis, piamida makanan) 8) Mengetahui adanya kelainan
2) Lakukan oal hygine sebelm pada tubuh
makan,jika perlu Terapeutik
3) Sajikan makanan secara menaik 1) Mengatur pola diet yang
dan suhu yang sesuai dijalani
4) Berikan makanan tinggi kalori dan 2) Meningkatkan nafsu makan
tinggi protein 3) Meningkatkan selera makan
5) Berikan makanan tinggi sarat 4) Membantu menambah kalori
untuk mencegah konstipasi Dan protein yang diperlukan
6) Berikan suplemen makanan, jika tubuh
perlu 5) Agar tidak terjadi konstipasi
7) Hentikan memberi makanan 6) Untuk membantu menambah
melalui selang nasogatrik jika nafsu makan
asupan oral dapat ditoleransi 7) Agar pasien terbiasa dengan
Edukasi asupan makan oral
1) Anjurlan diet yang diprogramkan Edukasi
2) Anjurkan posisi duduk, jika perlu 1) Mengatur jumlah dan poresi
Kolaborasi makanan sesuai kebutuhan
1) Kolaborasikan dengan ahli gizi 2) Agar terpenuhi asupan nutrisi
untuk menentkan jumblah kalori yang diperlukan
dari jenis nutrisi yang dibutuhkan, Kolaborasi
jika perlu 1) Agar asupan gizi yang
dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan tubuh

12
3 Termoregulasi tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Regulasi temperatur Regulasi temperature
b/d ketidakadekuat suplai selama .... maka Termoregulasi Observasi Observasi
lemak subkutan d.d kulit neonatus membaik dengan KH: 1) Monitor suhu tubuh bayi (36,5oC- 1) Mengetahui tingkat suhu tubuh
o
dingin/hangat, pucat, frekuensi 1. Menggigil menurun 37,5 C) 2) Mengetahui adanya setiap
napas meningkat 2. Akrosianosis menurun 2) Monitor suhu tubuh anak tiap 2 perubahan
jam, jika perlu 3) Mengetahui adanya perubahan
3) Monitor tekanan darah, frekuensi dan menentukanm tindakan
pernapasan dan nadi selanjutnya
4) Monitor warna dan suhu kulit 4) Menegtahui adanya kelainan
5) Monitor dan catat tanda dan 5) Mengetahui tanda dan gejala
gejala hipotermia dan hepertermia hipotermia dan hepertermi
Terapeutik Terapeutik
1) Pasang alat pemantau suhu 1) Untuk memantau setiap adanya
kontinu, jika perlu. perubahan suhu badan
2) Tingkatkan asupan cairan dan 2) Agar tidak terjadi dehidrasi
nutrsi yang adekuat 3) Untuk mencegah kehilangan
3) Bedong bayi segera setelah lahir panas
untuk mencegah kehilangan panas 4) Mencegah kehilangan panas
4) Gunakan topi bayi untuk pada bayi baru lahir
mencegah kehilangan panas pada 5) Menjaga agar bayi tetap hangat
bayi baru lahir 6) Agar poasien tidak merasa
5) Atur inkubator sesuai kebutuhan dingin
6) Hangatkan terlebih dahulu bahan- 7) Agar bayi tidak kekurangan
bahan yang akan kontak dengan panas tubuhnya
bayi (mis, selimut, kain bedongan, Edukasi
stetoskop) 1) Mencegah terjadinya stroke
7) Sesuaikan suhu lingkungan dini
dengan kebutuhan pasien 2) Meningkatkan pengetahuan
Edukasi orangtua dan keluarga tentang
1) Jelaskan cara pencegahan heat tata cara agar tidak terjadi
exhaustion dan heat stroke hipotermi
2) Jelaskan cara mencegah hipotermi 3) Metode kanguru bisa
karena terpapar udara dingin memberikan kontak kulit yang
3) Demonstrasikan teknik perawatan hangat antara orangtua dan
metode kanguru (PMK) untuk bayi

13
bayi BBLR Kolaborasi
1) Agar pasien tidak demam atau
Kolaborasi penurun demam
1) Kolaborasi pemberian antipiretik,
jika perlu
4 Risiko infeksi d/d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
ketidakdekutan pertahanan keperawatan selama …. maka Observasi Observasi
tubuh sekunder (supresi respon derajat infeksi menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Untuk mencegah tanda gejala
inflamasi), malnutrisi, KH: local dan sistemik awal infeksi
peningkatan paparan 1) Kadar sel darah putih Terapeutik Terapeutik
organisme pathogen membaik 2. Batasi jumlah pengunjung
2. Untuk mencegah paparan
lingkungan 2) Kultur darah membaik 3. Pertahankan tehnik aseptic pada
organisme dari luar
3) Nafsu makan membaik pasien beresiko tinggi
3. Untuk mempertahankan
4) Gangguan kognitif Edukasi kebersihan pencegahan infeksi
menurun 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Edukasi
5) Letargi menurun 5. Ajarkan cara memeriksa kondisi
4. Untuk memberikan informasi
luka atau luka operasi lebih awal
6. Anjurkan meningkatkan asupan
5. Mengajarkan mandiri pasien
nutrisi untuk melihat tanda gejala
7. Anjurkan meningkatkan asupan
infeksi
cairan 6. Untuk kebutuhan nutrisi tubuh
Kolaborasi 7. Meningkatkan asupan cairan
8. Kolaborasi pemberian imunisasi
tubuh
Kolaborasi
8. Untuk meningkatkan kekebalan
tubuh
5 risiko syok d/d sepsis, Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok Pencegahan syok
syndrome respon inflamasi keperawatan selama …. maka Observasi Observasi
sistemik tingkat syok menurun dengan KH: 1. Monitor status kardiopulmonal 1. Untuk melihat tanda infeksi
1) Tingkat kesadaran ( frekuensi dan kekuatan nadi, melalui status kardiopulmonal
meningkat frekuansi nafas, TD, MAP) 2. Untuk melihat kebutuhan
2) Kekuatan nadi meningkat 2. Monitor status oksigenasi oksigenasi
3) Pucat menurun 3. Monitor tingkat kesadaran 3. Mencegah risiko syok
4) Haus menurun Teraupetik Teraupetik
4. Berikan oksigen untuk 4. Mempertahanakan batas normal

14
mempertahankan saturasi oksigen oksigen dalam darah
<94% 5. Untuk menilai konsistensi urine
5. Pasang jalur kateter urine untuk Edukasi
menilai produksi urine, jika perlu 6. Untuk mencegah terjadinya syok
Edukasi 7. Untuk mpencegahan dini kea rah
6. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
syok 8. Untuk mempertahankan
7. Anjurkan melapor jika keseimbangan cairan
menemukan/merasakan tanda Kolaborasi
gejala syok 9. Untuk mempertahankan cairan
8. Anjurkan memperbanyak cairan melalui IV
asupan oral 10.Untuk mencegah syok
Kolaborasi 11.Untuk mencegah infeksi
9. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
10. Kolaborasi pemberian transfuse
darah, jika perlu
11. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu

15
16
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat
serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian dari hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Jurnal Ners dan Kebidanan vol 3 No.1, 10-14.
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/download/93/92
Diakses pada 27 oktober 2021
Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat
Dengan Tepid Sponge Bath pada Anak Demam. Jurnal keperawatan
Muhammadiyah, 1 (1). 63-71. http://journal.um-surabaya.ac.id Diakses
pada 27 Oktober 2021
Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. (2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS
Telogorejo Semarang. Jurnal Keperawatan. Diakses dari
ejournal.stikestelogorejo.ac.id pada 27 Oktober 2021
Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC
Stefan Silbernagl, Florian Lang. 2007. Color Atlas Of Pathophysiology. EG.
Jakarta
Thobaroni, Imam. (2015). Asuhan Keperawatan Demam. Artikel Kesehatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SiKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: CV
Sagung Seto

18
Pathway
Proses Peradangan

Pengeluaran zat pirogen

Mempengaruhi hipotalamus

Memepengaruhi sel point

Hipertermia

Menyerang asam lambung Sebagian menyerang usus halus

Peningkatan asam lambung Menembus lamina propin

Mual, muntah Masuk aliran limfe

Intake kurang (inadekuat) Masuk dalam kelenjar limfe mesentrial

Risiko Defisit Menembus dan bersarang dihati dan limfe


Nutrisi
Hepatomegali, splenomegali

Infeksi bakteri, virus


adanya mikroorganisme

Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit


pada jaringan yang meradang

Perubahan suhu tubuh

Terjadinya peradangan Termogulasi


Tidak Efektif
Risiko peningkatan leukosit

Risiko Infeksi

Kehilangan banyak cairan


dan elektrolit

Risiko Syok

19

Anda mungkin juga menyukai