1
b. aktivitas yang berlebihan,
c. berat badan ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus
= <18,5 dan obesitas = >40),
d. dehidrasi,
e. pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan,
f. peningkatan kebutuhan oksigen,
g. perubahan laju metabolisme,
h. sepsis,
i. suhu lingkungan ekstrem,
j. usia ekstrem (bayi prematur dan lansia),
k. kerusakan hipotalamus,
l. trauma.
3. Anatomi Fisiologi
panas.
2
didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk
Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa
4. Mekanisme Demam
sebagai berikut:
dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus
3
lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Substansi
mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini orang
meningkat.
Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih
dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah
bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point
4
1) Usia
metabolisme menurun.
2) Olahraga
3) Kadar Hormon
5
periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30
vasomotor.
4) Irama Sirkadian
5) Stress
produksi panas.
6) Lingkungan
panas tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2011) antara lain :
6
1) Laju Metabolisme Basal (BMR)
2) Aktivitas otot
metabolisme.
3) Sekresi tiroksin
metabolisme seluler.
5) Demam
7
6. Pengeluaran panas
a. Radiasi
b. Konduksi
gas, cair.
c. Konveksi
8
dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat.
konvektif meningkat.
d. Evaporasi
e. Diaforesis
9
Menurut Potter dan Perry (2010), gangguan pada termoregulasi antara
elektrolit.
b. Hipertermia
c. Heatstroke
10
d. Hipotermia
sangat lemah).
11
8. Patofisiologi dan Pathway
Menurut Potter dan Perry (2010)
7. agens farmaseutikal, 1. perubahan laju metabolisme,
8. aktivitas yang berlebihan, 2. sepsis,
9. berat badan ekstrem, 3. suhu lingkungan ekstrem,
10. dehidrasi, 4. usia ekstrem (bayi prematur dan
11. pakaian yang tidak sesuai untuk lansia),
suhu lingkungan, 5. kerusakan hipotalamus,
12. peningkatan kebutuhan oksigen, 6. trauma.
Pusat
integrasi
termoregulasi
Pembuluh Kelenjar
Kontrol Otot rangka
darah keringat
produksi
panas/pengur Kontrol
angan panas produksi Kontrol pengurangan
panas panas
ketidakseimbang termoregulasi
an suhu tubuh
12
9. Manifestasi Klinis
a. Hipertermi:
1) Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2) Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3) Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4) kulit kemerahan,
5) kulit terasa hangat,
6) kejang,
7) gelisah,
8) suhu diatas 37,5oC.
b. hipotermi:
1) bradikardi (nadi kurang dari 60x/menit),
2) sianosis,
3) hipoksia,
4) kulit dingin,
5) CRT lambat,
6) menggigil,
7) pengkatan konsumsi oksigen,
8) penurunan ventilasi,
9) takikardi,
10) vasokontriksi perifer,
11) suhu di bawah 36,5oC (NANDA, 2015).
10. Penatalaksanaan
a. Medis, menurut NANDA 2015
Bari obat atau cairan IV(misal antipiretik, agen anti bakteri, dan
agen anti menggigil).
b. Keperawatan, menurut NANDA 2015
1) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
serangan panas
13
3) Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah dan mengontrol
menggigil
a. Pemeriksaan Laboratorium
terjadinya resikoinfeksi
2) Pemeriksaan urine
untuk pasienthypoid
12. Komplikasi
14
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
demam, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan selanjutnya terhadap klien.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab demam.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit demam
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya demam,
f. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
3) Pola Eliminasi
4) Pola Tidur dan Istirahat
5) Pola Aktivitas
6) Pola Hubungan dan Peran
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
8) Pola Sensori dan Kognitif
9) Pola Reproduksi Seksual
10) Pola Penanggulangan Stress
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
g. PemeriksaanFisik
1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda seperti:
a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,
sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
2) Secara sistemik dari kepala sampai kaki
15
a) Sistem Integumen : kering atau lembab berkeringat
b) Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik,
simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c) Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada.
d) Muka : pucat, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata : Konjungtiva tidak terlihat anemis
f) Telinga : Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
g) Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan
cuping hidung.
h) Mulut dan Faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi
tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
i) Thoraks : Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan
dada simetris.
(1) Paru
(a) Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau
tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien
yang berhubungan dengan paru.
(b) Palpasi : Pergerakan sama atau simetris,
fermitus raba sama.
(c) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup
atau suara tambahan lainnya.
(d) Auskultas : Suara nafas normal, tak ada
wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
(2) Jantung
(a) Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
(b) Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(c) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada
mur-mur.
16
j) Abdomen
(1) Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(2) Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler,
hepar tidak teraba.
(3) Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang
cairan.
(4) Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
k) Genetalia : Tampak tidak ada kelainan.
h. Program Terapi
i. Data Fokus
1) Data Subjektif : Keluhan yang dikatakan pasien
2) Data Objektif : Keadaan pasien atau pengukuran TTV yang
dapat dilihat perawat
j. Analisa Data
1) Data Fokus
2) Problem
3) Etiologi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
b. Hipertermia
c. Hipotermia
d. Ketidak efektifan termoregulasi
3. Implementasi
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
17
Agens dalam rentang Monitor tekanan
mempengaruhi hipertermia
Peningkatan Diskusikan
18
Sepsis yang berlebihan
efisien tepat
kebutuhan pasien
Berikan medikasi
mencegah dan
mengontrol
menggigil
Berikan
pengobatan
antipiretik, sesuai
kebutuhan
19
Agens farmaseutikal hasil: tanda-tanda vital
Penyakit dirasakan
agen anti
menggigil)
Tutup pasien
dengan selimut
atau pakaian
ringan
Dorong konsumsi
cairan
Fasilitasi
20
istirahat;
pembatasan
aktivitas
Kompres pada
aksila
Tingkatkan
sirkulasi udara
Pantau
komplikasi-
komplikasi yang
berhubungan
dengan demam
gejala kondisi
penyebab demam
Pastikan tanda
yang terpantau
pada orangtua
Lembabkan bibir
dan mukosa
hidung yang
21
kering
rendah uncomplicated
Malnutrisi untuk
22
Tidak beraktivitas Berikan pemanas
pengobatan
dengan hati-hati
Monitor adanya
gejala-gejala yang
berhubungan
dengan
hipotermia ringan
Monitor adanya
syok pemanasan
kembali
Monitor warna
kulit
Identifikasi faktor
medis, lingkungan
yang mungkin
23
memicu
hipotermia
hipertermia
laju pernafasan
Monitor suara
paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor warna
kulit, suhu,
24
kelembaban
Monitor sianosis
4. Evaluasi
Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan
respons aktual pasien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana
keperawatan. Setelah semua intervensi, perawat mengukur suhu pasien
untuk mengevaluasi perubahan. Selain itu, perawat menggunakan
tindakan evaluatif lain seperti palpasi kulit dan pengkajian nadi dan
respirasi. Jika terapi efektif, suhu tubuh akan kembali ke
batas normal, tanda-tanda vital yang lain akan stabil dan pasien akan
menyatakan rasa nyaman.
25