Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


KESEIMBANGAN SUHU TUBUHDI RUANG BEDAH ( WIRA)
RS TK.III.DR.R.SOEHARSONO (TPT) BANJARMASIN

Dosen Pembimbing :

Hj. Ns. Agustine Ramie, M.Kep.

Oleh :

Nama : Aufa Aastasya Nisrina

NIM : P07120220006

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021

LEMBAR KONSUL
Nama : Aufa Anastasya Nisrima
NIM : P07120220006
Prodi : Sarjana Terapan Keperawatan
Ruang : Bedah (Wira)

Hari/Tanggal Revisi Paraf CI


LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Aufa Anastasya Nisrina


NIM : P07120220006
Judul : Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas dan
gangguan keseimbangan suhu tubuh

Banjarmasin, November 2021

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN SUHU TUBUH DI RUANG BEDAH
RS TK.III. DR.R.SOEHARSONO BANJARMASIN

A. Masalah Keperawatan
Pasien dengan gangguan pemenuhan keseimbangan suhu tubuh
B. Pengertian
Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah
panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh mencerminkan kesimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas dari tubuh, yang diukur dalam unit panas yang
disebut derajat
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi
panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui
mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan
mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.

 Asal panas pada tubuh manusia


1.      Laju metabolism basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
 BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
 Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur  dan jenis kelamin.
 Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera,
demam, dan infeksi.
 Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya  metabolism yang
dialami klien.
2.      Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk kontraksi
otot akibat menggigil.
3.      Peningkatan produksi tiroksin
 Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor
releasing.
 Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk
merangsang pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.
 Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh
dan memproduksi panas.
4.      Termogenesis kimia
Perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan
epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon ini segera
meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara langsung
norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel otot sehingga
meningkatkan aktifitas otot.
5.      Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia
meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.

 Sistem pengaturan suhu


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC. Apabila
pusat temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh
akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia memiliki seperangkat
system yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi
suhu di dalam tubuh, dikanal suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang
terdapat  pada jaringan dalam, seperti cranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan (±37oC). selain
itu ada suhu permukaan(surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada
kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar
40oC. Lokasi pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau
rectal (dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada temperature
aksila. Suhu rectal agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah
lain.

 Perbedaan Suhu
USIA SUHU
3 bulan 37.5
6 bulan 37.7
1 tahun 37.7
3 tahun 37.2
5 tahun 37.0
7 tahun 36.8
9 tahun 36.7
11 tahun 36.7
13 tahun 36.6
Dewasa 36.4
>70 tahun 36.0

·         Hipotermi : suhu tubuh <36oC.


·         Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
·         Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
·         Hipertermi : suhu tubuh >40oC

 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Termoregulasi


a. Usia
Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya
melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk
mencegah pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai
rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak
lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia
sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol
vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.

b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari
jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.

c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara
bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh
beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung
sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.
Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh
dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol
vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.

d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode
24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu
tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang
hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti
pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang
yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu
untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak
berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini
hari pada lansia

e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.
Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu
tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal

f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu
tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Saat
berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena
penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu
mereka kurang efisien.

 Efek panas pada manusia


Efek panas terbagi dalam 3 bagian :
1. Fisik.
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala
arah.
2. Kimia
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan kecepatan
temperature.Reaksi oksidasi             permeabilitas               pada jaringan
akan terjadi peningkatan metabolisme             peningkatan pertukaran zat
kimia tubuh dalam cairan tubuh.
3. Biologis.
Efek panas terhadap fisik dan kimia                  peningkatan sel darah
putih, peradangan dan dilatasi pembuluh darah              peningkatan
sirkulasi darah dan peningkatan tekanan kapiler dan pH darah menurun.
 Perubahan  suhu
1.      Demam   
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan
kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakiatkan peningkatan
suhu
abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat
perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus        : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten              : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
c. Remitten                 : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
d. Relaps                    : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24
jam.
2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit
secara berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
3. Hipotermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkanpengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Setiap
penyakit atau trauma padahipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas.
4.      Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas
yg tinggi. Klienberisiko
termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk
beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan
tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin, antikolinergik, diuretik,
amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani
latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling
dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.Penderita heatstroke tidak
berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus.
Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan
jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi.
5.      Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan
hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal
tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk
mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien
menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak
mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung,
pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

 Mekanisme tubuh ketika terjadi perubahan suhu


1.      Mekanisme ketika suhu tubuh naik
a. Vasodilatasi   : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi
yang kuat pad kulit, yang memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
tubuh ke kulit hingga 8x lipat lebih banyak.
b. Berkeringat    : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran
panas melalui evaporasi.
c. Penurunan pembentukan panas : beberapa mekanisme pembentukan panas,
seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.      Mekanisme tubuh saat suhu tubuh turun
a. Vasokontriksi  kulit di seluruh tubuh             karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang melekat
pada folikel rambut berdiri.
c. Peningkatan pembentukan panas system metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.
 Mekanisme kehilangan panas melalui kulit
1.      Radiasi
Pemindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa
keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik.
Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dank e pembuluh
darah permukaan.
2.      Konduksi
Perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Terjadi melalui getaran dan gerakan elektro bebas. Ketika kulit hangat
menyentuh objek yang lebih dingin maka panas hilang. Panas berkonduksi
melalui benda padat, cair, dan gas.
3.      Konveksi
Perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi
dikarenakanmassa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan dengan massa
jenis udara dingin. Contoh : kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas
melalui konveksi.
4.      Evaporasi
Perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas. Evaporasi ini tidak
dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara
terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

C. Gejala dan Tanda Mayor Minor


1. Hipertermia
1.1 Gejala dan Tanda Mayor
 Suhu tubuh diatas normal

1.2 Gejala dan Tanda Minor


 Kulit merah
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat
2. Hipotermia
1.1 Gejala dan Tanda Mayor
 Kulit teraba dingin
 Menggigil
 Suhu tubuh di bawah nilai normal
1.2 Gejala dan Tandaa Minor
 Akrosianosis
 Bradikardi
 Dasar kuku sianotik
 Hipoglikemia
 Hipoksia
 Pengisian kapiler >3 detik
 Konsumsi oksigen meningkat
 Ventilasi menurun
 Piloereksi
 Takikardia
 Vasokonstriksi perifer
 Kutis memorata (pada neonatus)
D. Pohon Masalah

Produksi panas
internal

Suhu inti tubuh


Sumber Panas Pengeluaran tubuh
Kandungan
seluruh suhu tubuh

Perolehan panas Pelepasan panas

Lingkungan
Eksternal

E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu:
 Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen.
2. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:
 Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah
dehidrasi pada waktu menderita panas. Minum air membuat
mereka merasa lebih baik dan mencegah dehidrasi.
 Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang
diproduksi tubuh seminimal mungkin.
 Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak,
lipatan paha, leher belakang.
3. Pemeriksaan SGOT & SGPT
 SGOT &SGPT pada demam typoid seringkali meningkatkan
tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya tipoid .
 Uji widal
Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody . Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasi . Tujuan
dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid .

F. Penatalaksanaan Medis
 BHSP .
 Kenakan pakaian yang tipis
 Beri banyak minum .
 Beri banyak istirahat .
 Beri obat penurun panas

G. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b.  Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b)  Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c)  Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
 Sistem persepsi sensori
 Sistem persyarafan : kesadaran
 Sistem pernafasan
 Sistem kardiovaskuler
 Sistem gastrointestinal
 Sistem integument
 Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi dan metabolism
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perceptual
g) Pola toleransi dan koping stress
h) Pola nilai dan keyakinan
i) Pola hubungan dan peran

H. Daftar Masalah Keperawatan


1. Hipertermi
2. Hipotermi

I. Intervensi Keperawatan
a) Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu
tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2) Kulit tidak teraba hangat
3) Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit, sistole : 90 – 140
mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1) Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran mukosa )
2) Pantau TTV dan warna kulit
3) Ajarkan pasien atau keluarga dala mebgukur suhu untuk mencegah
dan mengenali secara dini hipertermia.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik sesuai dengan
kebutuhan.
5) Kompres dengan air dingin atau hangat
6) Anjurkan asupan cairan oral
7) Lepaskan pakaian yang berlebihan

b) Hipotermia berhubungan dengan penuaan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu
tubuh kembali dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1)     Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2)     Kulit tidak teraba dingin
3)     Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
4)     TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit, sistole : 90 – 140
mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1) Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit, menggigil, kelelahan,
kelemahan, apatis, dan bicara yang bergumam ).
2) Kaji suhu tubuh paling sedikit setiap 2 jam sesuai kebutuhan.
3) Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang tindakan untuk
mence
4) gah hipotermia dari pajanan dingin.
5)      Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal ( hemodialisa,
dialisis peritonial, irigasi kolon ).
6)      Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat, alat – alat
pemanas mekanik, suhu ruangan yang disesuaikan, botol dengan air
hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi.
J. Refrensi

Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta, 2006.


Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, EGC. Jakarta, 1996.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 1997.
M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012 –
2014. Jakarta : EGC
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC. Jakarta, 2005.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Anda mungkin juga menyukai