Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Yulia Mahmudah

NIM : P07120119080

Judul : Laporan Pendahuluan Gangguan Kebutuhan Dasar Keseimbangan Suhu Tubuh di R


uang Flamboyan ( Ruang Anak ) Rs. Tk.III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin

Banjarmasin, November 2020

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Hj. Zainab, S.SiT, M.Kes

Kepala Ruangan

Abdul Muin, Amd.Kep

NRP. 31940754160572
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

DI RUANG FLAMBOYAN ( RUANG ANAK )

Rs. Tk. III Dr. r. SOEHARSONO BANJARMASIN

A. Konsep Pemenuhan Dasar Keseimbangan Suhu Tubuh


1. Definisi
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh deng
an jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Mekanisme kontrol suhu pada m
anusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap konstan pada kondisi lingku
ngan dan aktivitas fisik yang ekstrem. Namun, suhu permukaan berubah sesuai ali
ran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena perub
ahan tersebut, suhu normal pada manusia berkisar dari 36,5 sampai 37,5 oC. Pada r
entang ini, jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal.
Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi pengukuran (oral, rektal, aksila,
membran timpani, arteri temporalis, esofagus, arteri pulmonal atau kandung kemi
h). Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5 – 37,5 oC (suhu pada aksila). Penguk
uran suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu jaringan dalam pada tubuh. Lok
asi yang mewakili suhu ini merupakan indikator yang lebih terpercaya dibandingk
an lokasi yang mewakili suhu permukaan (Potter Perry, 2010).
2. Fisiologi suhu
a. Sistem syaraf
1). Pemanasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung syaraf yang sensitif t
erhadap suhu dengan menghasilkan respon yang tepat, menggigil untuk ked
inginan, berkeringat untuk kepanasan.
2).Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari darah yang mengalir m
elewati kapiler-kapilernya. Hipotalamus mengadung 2 pusat pengaturan suh
u. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan
menyebabkan vasoladitasi dan karena nya panas menguap. Hipotalamus ba
gian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vas
okontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut. Melalui hubu
ngan dengan otak tersebut, hipotalamus menerima stimulus dari talamus da
n dapat melewati sistem syaraf otonom mernodifikasi aktivitas humoner, se
kresi keringat aktivitas kelenjar dan otot-otot.
b. Sistem endokrin
1) Medula adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin yang menstimulasi
metabolisme dan karenanya dapat meningkatkan pembentukan panas.

2) Kelenjar tyroid dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan


metabolisme dan pembentukan panas.
3. Etiologi suhu
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
1. Agens Farmaseutikal (seperti pada keadaan kadar gula darah rendah atau hipo
glikemia).
2. Aktivitas yang Berlebihan.
3. Berat Badan Ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus = <18,5 d
an obesitas =>40).
4. Dehidrasi.
5. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan.
6. Peningkatan kebutuhan oksigen.
7. Perubahan laju metabolisme.
8. Sepsis.
9. Suhu lingkungan ekstrem.
10. Usia ekstrem (bayi prematur dan lansia).
11. Kerusakan hipotalamus.
12. Trauma.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem suhu


a. Usia
Menurut Rahayu & Dedeh (2009), bayi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkung
an dan harus dilindungi oleh perubahan suhu yang sangat ekstrem. Suhu tubuh
anak akan terus bervariasi dibandingkan suhu orang dewasa hingga menginjak
masa pubertas atau remaja. Sebagian lansia, terutama mereka yang berusia di a
tas 75 tahun, beresiko mengalami hipotermia (suhu di bawah 36ºC) karena ber
bagai alasan, seperti diet makanan yang tidak adekuat, kehilangan lemak subk
utan, kurangnya aktivitas, dan penurunan efisiensi pengaturan suhu.
b. Kadar hormon
Menurut Mubarak, dkk (2015), secara umum, wanita biasanya mengalami fluk
tuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama
siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meni
ngkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar proge
steron rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah kadar batas. Suhu tubuh
yang rendah berlangsung sampai derajat ovulasi.
c. Lingkungan
Menurut Kozier (2010), suhu tubuh yang ekstrem dapat memengaruhi sistem p
engaturan suhu tubuh seseorang. Jika suhu tubuh dikaji dalam ruangan yang h
angat dan tidak dapat dimodifikasi melalui proses konveksi, konduksi, atau rad
iasi, suhu tubuh akan meningkat. Selain itu apabila seseorang baru saja berada
di luar ruangan yang suhunya sangat dingin tanpa menggunakan pakaian yang
sesuai, maka suhu tubuhnya akan rendah.
d. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karboh
idrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi
panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya me
ningkatkan suhu tubuh.
e. Stress
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal d
an persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Seseorang ya
ng sedang cemas suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.

f. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat meny
ebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pi
rogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkata
n suhu tubuh.
g. Demam
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk setiap peningkatan suhu 10ºC.
5. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem suhu tubuh
1) Demam
Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untu
k mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkat
an suhu tubuh. Demam tidak berbahaya jika dibawah 39oC, dan pengukura
n tunggal tidak menggabarkan demam selain adanya tanda klinis, penentua
n demam juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu.
2) Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkun
gan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah ha
l umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindah
kan pasien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimban
gan cairan dan elektrolit.
3) Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas tersebut disebut
hipertermia. Hipertemi terjadi karena adanya beban yang berlebihan pada
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipot
alamus dapat mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermia malignan mer
upakan kondisi herediter dimana terjadi produksi panas yang tidak terkontr
ol, biasanya terjadi saat individu tersebut mendapat obat anestesi tertentu.

4) Headstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap mat
ahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan pana
s pada tubuh kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbah
aya dengan mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak,
lansia, pederita 15 penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoh
olisme. Resiko ini juga terdapat pada individu yang mengkonsumsi obatob
atan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang panas. (f
enotiazin, antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan antagonis beta-adrenerg
ik), serta pasien yang berolahraga atau bekerja keras (atlet, pekerja bangun
an, dan petani).
5) Hipotermia
Panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan dingin akan mel
ebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga terjadi hipot
ermia. Hipotermia dikelompokkan oleh pengukuran suhu inti. Hipotermiaa
yang disengaja dapat dilihat selama prosedur operasi untuk menurunkan ke
butuhan metabolisme dan oksigen.
6. Komplikasi
1. Kejang.
2. Risiko persisten bakteremia.
3. Risiko meningitis.
4. Risiko ke arah keseriusan penyakit

7. Pathway
8. Penatalaksanaan
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obatobatan maup
un kombinasi keduanya.
a. Secara fisik
1. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal.
2. Pakaian anak diusahakan tidak tebal.
3. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat.
4. Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan de
mam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan
yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi me
mpunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set po
int hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate paraa
minofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis d
alam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/4 jam dan d
iberikan maksimal 5 kali sehari dengan dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Met
amizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin dan mempu
nyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik 10mg/kgBB
/6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak yang kurang dari 6 bulan. Metamizol
e (antalgin) diberikan secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mef
enamat suatu obat golongan fenamat, khasiat analgetiknya lebih kuat dibandin
gkan sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari
6 bulan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Kebutuhan


Suhu Tubuh
1. Pengkajian
1). Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup
2). Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran
b. Tanda-tanda vital
c. GCS
2. Kepala
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
7. Leher
8. Dada
9. Jantung
10. Abdomen
11. Genitalia
12. Ekstremitas atas dan bawah
13. Kulit
3). Kebutuhan Fisik dan Psiksosial
1. Nutrisi
2. Eliminasi
3. Personal hygienene
4. Istirahat dan tidur
5. Aktivitas
6. Psokososial
7. Kebutuhan spiritual
4). Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Foto rontgent
3) USG, endoskopi atau scanning

2. Diagnosa Keperawatan
- Hipertermia b.d proses penyakit
- Defisit b.d volume cairan
3. Intervensi Keperawatan
- Ovservasi TTV
- Berikan kompres hangat
- Ajarkan kompres yang benar pada keluarga
- Anjurkan kepada keluarga untuk pasien berpakaian mudah menyerap keringat
- Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan infuse dan analgetik

4. Diagnosa dan intervensi rasional


Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Hipetermia bedasarkan deng 1. Anjurkan pada kelua 1. Kompres hangat dap
an proses penyakit. rga klien untuk mela at mempercepat penu
kukan kompres hang runan suhu tubuh kli
at. en.
2. Anjurkan pada klien 2. Minum yang banyak
untuk minum yang b dapat mencegah dehi
anyak. drasi.
3. Pantau suhu tubuh kl 3. Mengetahui perubah
ien. an suhu klien.
4. Anjrkan klien untuk 4. Baju yang tipis dapat
menggunakan baju y menyerap keringat le
ang tipis. bih banyak.
5. Kolaborasi dengan ti 5. Terapi farmakologi a
m. ntipiretik untuk men
urunkan panas.
Hipertermia bedasarkan den 1. Monitor suhu seserin 1. Mengetahui perubah
gan terpapar udara panas. g mungkin. an suhu klien.
2. Monitor tekanan dara 2. Mengetahui perubah
h, nadi dan RR. an tekanan darah,nad
3. Monitor intake outpu i dan RR klien.
t. 3. Mengetahui jumlah it
4. Berikan antipiretik. ake dan output klien.
5. Kolaborasi pemberia 4. Obat antipiretik mem
n cairan intravena. bantu menurunkan su
hu tubuh.
5. Pemberian cairan intr
avena membantu me
ncegah dehidrasi.
Hipotermia bedasarkan deng 1. Monitor suhu. 1. Mengetahui perubah
an kelemahan karena penyak 2. Mengetahui penyeba an suhu klien.
it/trauma. b hipotermia. 2. Mencegah hipotermi
3. Monitor tanda dan ge a semakin parah.
jala hipotermia. 3. Mengetahui perubah
4. Lakukan pengahanga an tanda dan gejala h
tan pasif ( berikan sel ipotermia pada klien.
imut ). 4. Menjaga panas dala
m tubuh tidak hilang.

DAFTAR PUSTAKA

Irania, Emi.2019.ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN PEM


ENUHAN KEBUTUHAN MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH DALAM
KONDISI NORMAL PADA PASIEN DEMAM DI RUANG ANAK RSUD JE
NDERAL AHMAD YANI KOTA METRO.repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/.
03November2020.

Atika Putri, Yulia.2019.ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TERMOREGU


LASI (HIPERTERMIA) PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RU
ANG ALAMANDA RSUDDR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUN
G TAHUN 2019.repository.poltekkes-tjk.ac.id/393/. 03November2020.

Nanda. Diagnosis Keperawatan: deefinisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC

Siswantara, Dwi. LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN MASLAH HIPERTERMI. academia.edu/8880172
/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_dengan_
Masalah_Hipertermi. 09November2020.

Anda mungkin juga menyukai