Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


KESEIMBANGAN SUHU TUBUH
DI RUANG ANAK (RUANG FLAMBOYAN)
RS DR. R. SOEHARSONO (TPT) BANJARMASIN

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Keseimbangan Suhu Tubuh


1. Definisi
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu
zat.Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu
benda.Sedangkan dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran
kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara
spontan.Dalam dunia kesehatan, suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah
panas yang diproduksi oleh panas tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar.Pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk
mengetahui keadaan pasien dan diagnosa.Sehingga, kemampuan pengukuran
suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang apapun (Liana,
2012).
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas (MarieB dan Hoehn dalam McCallum: 2012 ). Jika tingkat
panas yang dihasilkan setara dengan tingkat panas yang hilang, suhu tubuh inti
akan stabil (Tortora dan Derrickson dalam McCallum: 2012). Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.Suhu tubuh manusia
diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat
pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme
umpan balik. Rata-rata suhu tubuh manusia normal adalah berkisar antara 36,5
sampai 37,5ºC, akan tetapi pada pagi hari akan berkurang sampai 36 ºC, daripada
saat latihan suhu tubuh dapat meningkat sampai mendekati 40 ºC tanpa efek sakit,
karena perubahan tersebut merupakan kondisi fisiologis yang normal. Akan
tetapi, suhu tubuh juga dapat meningkat akibat adanya perbedaan suhu
lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi.
2. Fisiologi suhu
Suhu diatur oleh sistem syaraf dan sistem endokrin
a. Sistem syaraf
1) Pemanasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung syaraf yang sensitif
terhadap suhu dengan menghasilkan respon yang tepat, menggigil untuk
kedinginan, berkeringat untuk kepanasan.
2) Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari darah yang mengalir
melewati kapiler-kapilernya. Hipotalamus mengadung 2 pusat pengaturan
suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu
dengan menyebabkan vasoladitasi dan karena nya panas menguap.
Hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan
menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih
lanjut. Melalui hubungan dengan otak tersebut, hipotalamus menerima
stimulus dari talamus dan dapat melewati sistem syaraf otonom
memodifikasi aktivitas humoner, sekresi keringat aktivitas kelenjar dan
otot-otot.
b. Sistem Endokrin
1) Medula adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin yang
menstimulasi metabolisme dan karenanya dapat meningkatkan
pembentukan panas.
2) Kelenjar tyroid : dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan
meningkatkan metabolisme dan pembentukan panas.  

3. Etiologi
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
1. Agens Farmaseutikal (seperti pada keadaan kadar gula darah rendah atau
hipoglikemia),
2. Aktivitas yang Berlebihan,
3. Berat Badan Ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus =
<18,5 dan obesitas = >40),
4. Dehidrasi,
5. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan,
6. Peningkatan kebutuhan oksigen,
7. Perubahan laju metabolisme,
8. Sepsis,
9. Suhu lingkungan ekstrem,
10. Usia ekstrem (bayi prematur dan lansia),
11. Kerusakan hipotalamus,
12. Trauma.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahn fingsi sistem suhu


Tubuh selalu mempertahankan suhu normalnya agar tidak terjadi gangguan
pada proses Homeostasis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
(Eliasih: 2012)
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
lingkungan.Pastikan mereka mengenakan yang cukup dan hindari pajanan
terhadap suhu lingkungan.Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30 %
panas tubuh melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup kepala
untuk mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara
35,5˚C sampai 37,5˚C.Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat
pubertas. Suhu normal akan terus menerus menurun saat seseorang semakin
tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil
dibandingkan dewasa muda.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan
pemecahan karbonhidrat dan lemak.Berbagai bentuk olahraga meningkatkan
metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh.Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat
meningkatkan suhu tubuh sampai 41˚C.
c. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar.Hal ini
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi.Kadar
progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi.Saat progesterion rendah
suhu tubuh dibawah suhu dasar.Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat
ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan
menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu
ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita.Perubahan suhu
tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause.Mereka biasanya mengalami
periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5
menit.Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak
4˚C, yang sering disebut hotflases.Hal ini diakibatkan ketidakstabilan
pengaturan fasomor.
d. Irama sircadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1˚C selama periode 24 jam.
Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi.Pada siang hari suhu
tubuh meningkat dan mencapai maximum pada pukul6 sore, lalu menurun
kembali sampe pagi hari.Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada
individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.  Dibutuhkan 1
sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama
suhu sircadia tidak berubah seiring usia.
e. Stres
Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan syaraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme,
yang akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki
suhu normal yang lebih tinggi.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang
tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena
mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
g. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik
pengaturan hypotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas
berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan
mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.
5. Pathway

6. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem suhu tubuh


a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.Peningkatan ringan
suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh.Demam juga meruapakan
bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon
(substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung
pada pirogen.Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak
demam dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme
meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.Metabolisme tubuh meningkat
7% untuk setiap derajat kenaikan suhu.Frekuensi jantung dan pernapasan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrient.Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas yang terjadi bila diaforesis banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.Disebabkan oleh
lingkungan yang terpajan panas.Tanda dan gejala kurang volume cairan
adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.Tindakan pertama yaitu
memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk 
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Hipertermia malignan adalah
kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika
orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
d. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Kondisi ini
disebut heat stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi.Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes
atau alkoholik.Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi
obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis.
fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-
adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat
(mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani).Tanda dan gejala heatstroke
termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan
visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit
yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar
dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ
tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C,
takikardia dan hipotensi.Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu
terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit.Jika kondisi
terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif.Terjai kerusakan
neurologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan
mengakibatakan hipotermia.
Tingkatan hipotermia
1. Ringan 34,6 - 36,5°C per rektal
2. Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal
3. Berat 17,0 - 27,5°C per rektal
4. Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rectal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang
mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah
34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika
hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung,
kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
a) ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
b) anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
c) mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
7. penatalaksanaan
a. Hipertermia b.d terpapar udara panas, meningkatnya rate metabolisme dehidrasi
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor output urin
3) Monitor suhu klien
4) Pindahkan klien ke lingkungan yang dingin
b. Hipotermia b.d terpapar berlebihan dengan udara dingin, kelemahan karena
penyakit/trauma
1) Monitor suhu klien
2) Pindahkan pasien dari lingkungan yang dingin
3) Bebaskan pasien dari pakaian yang basah

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Suhu


Tubuh
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit terdahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
3) Pemeriksaan fisik
a. Head to toe
b. Pemeriksaan TTV
4) Kebutuhan fisik dan psikososial
5) Pemeriksaan penunjang
a. Hematologi
b. Bakteriologi
c. Laboratorium
d. Radiologi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b.d terpapar udara panas, meningkatnya rate metabolisme
dehidrasi
b. Hipotermia b.d terpapar berlebihan dengan udara dingin, kelemahan karena
penyakit/trauma
c. Peningkatan suhu tubuh b.d gangguan rasa nyaman
3. Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional
DX1

1. Observasi TTV yang ditekankan 1. Mengetahui suhu tubuh klien


pada suhu 2. Kompres hangat dapat menyebabkan
2. Berikan kompres hangat dilatasi sehingga dapat menurunkan
3. Anjurkan kepada keluarga agar klien suhu tubuh
memakai pakaian yang mudah 3. Keluarga dapat dengan mandiri
menyerap keringat dalam mengompres agar tidak terjadi
4. Ajarkan kompres yang benar pada kondisi kejang
keluarga 4. Memberikan rasa nyaman yang
5. Anjurkan klien agar tidak memakai mudah menyerap keringat dan tidak
selimut merangsang peningkatan suhu tubuh
6. Kolaborasikan dengan dokter dalam 5. Agar tidak terjadi penguapan dan
pemberian obat antipiretik peningkatan suhu
6. Antipiretik untuk menurunkan panas
  tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan buku  2 Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika 

Nanda. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC.


Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Intervention Clasification (NIC) edisi bahasa Indonsia.
Elsevier.
Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Outcome Clasification (NOC) edisi bahasa Indonsia.
Elsevier.

Rahayu, Sunarsih dan Addi Mardi HArtanto.2016 .Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta Selatan:
Kementrian KesehatanRepublik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Sarwadi & Erwanto.2014.Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas.

Hidayat, A. Aziz Alimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku


2.Jakarta:Salemba Medika

Nurarif, A.H. dan Kusuma H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai