Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR KESEIMBANGAN SUHU TUBUH DI RUANG ANAK
(FLAMBOYAN)
RS Tk III Dr. R SOEHARSONO BANJARMASIN

Oleh :
RAFIKA AURALITA
P07120118106

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Rafika Auralita

NIM : P07120118106

Judul : Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan


Dasar Keseimbangan Suhu Tubuh Di ruang Anak (Flamboyan) Rs Tk III Dr. R
Soeharsono Banjarmasin.

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Hj. Agustine Ramie, Ns.,M.Kep

Kepala Ruangan

Abdul Muin, Amd.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Keseimbangan Suhu Tubuh


1. Definisi
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat.Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda.Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem
untuk melepaskan tenaga secara spontan.Dalam dunia kesehatan, suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh panas tubuh dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar.Pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak ukur
utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa.Sehingga, kemampuan
pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang apapun
(Liana, 2012).
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas (MarieB dan Hoehn dalam McCallum: 2012 ). Jika tingkat  panas yang
dihasilkan setara dengan tingkat panas yang hilang, suhu tubuh inti akan stabil
(Tortora dan Derrickson dalam McCallum: 2012). Suhu tubuh manusia cenderung
berfluktuasi setiap saat.Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu
tubuh.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan,
diperlukan regulasi suhu tubuh.Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Rata-rata suhu tubuh manusia
normal adalah berkisar antara 36,5 sampai 37,5ºC, akan tetapi pada pagi hari akan
berkurang sampai 36 ºC, daripada saat latihan suhu tubuh dapat meningkat sampai
mendekati 40 ºC tanpa efek sakit, karena perubahan tersebut merupakan kondisi
fisiologis yang normal. Akan tetapi, suhu tubuh juga dapat meningkat akibat adanya
perbedaan suhu lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi.
2. Fisiologi Suhu
Suhu diatur oleh sistem syaraf dan sistem endokrin
a. Sistem Syaraf
1) Pemanasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung syaraf yang sensitif
terhadap suhu dengan menghasilkan respon yang tepat, menggigil untuk
kedinginan, berkeringat untuk kepanasan.
2) Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari darah yang mengalir
melewati kapiler-kapilernya. Hipotalamus mengadung 2 pusat pengaturan
suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu
dengan menyebabkan vasoladitasi dan karena nya panas menguap.
Hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan
menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih
lanjut. Melalui hubungan dengan otak tersebut, hipotalamus menerima
stimulus dari talamus dan dapat melewati sistem syaraf otonom memodifikasi
aktivitas humoner, sekresi keringat aktivitas kelenjar dan otot-otot.
b. Sistem Endokrin
1) Medula adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin yang menstimulasi
metabolisme dan karenanya dapat meningkatkan pembentukan panas.
2) Kelenjar tyroid : dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan
metabolisme dan pembentukan panas.  
3. Etiologi Suhu Tubuh
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
1. Agens Farmaseutikal (seperti pada keadaan kadar gula darah rendah atau
hipoglikemia),
2. Aktivitas yang Berlebihan,
3. Berat Badan Ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus = <18,5
dan obesitas = >40),
4. Dehidrasi,
5. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan,
6. Peningkatan kebutuhan oksigen,
7. Perubahan laju metabolisme,
8. Sepsis,
9. Suhu lingkungan ekstrem,
10. Usia ekstrem (bayi prematur dan lansia),
11. Kerusakan hipotalamus,
12. Trauma

4. Pathway

Peningkatan Suhu Tubuh

Metabolisme basal meningkat

O2 ke otak menurun

Kejang demam TIK Meningkat

Kejang demam Kejang demam Gangguan perfusi jaringan


Sederhana komplek

Resiko injuri Resiko tinggi Resiko tinggi gangguan


Berulang tumbuh kembang

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahn fingsi sistem suhu


Tubuh selalu mempertahankan suhu normalnya agar tidak terjadi gangguan
pada proses Homeostasis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
(Eliasih: 2012)
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
lingkungan.Pastikan mereka mengenakan yang cukup dan hindari pajanan
terhadap suhu lingkungan.Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30 % panas
tubuh melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup kepala untuk
mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 35,5˚C
sampai 37,5˚C.Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu
normal akan terus menerus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa
tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbonhidrat dan lemak.Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme
dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu
tubuh.Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat meningkatkan suhu
tubuh sampai 41˚C.
c. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar.Hal ini
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi.Kadar progesteron
naik dan turun sesuai siklus menstruasi.Saat progesterion rendah suhu tubuh
dibawah suhu dasar.Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar
progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh
ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu
mendeteksi masa subur seorang wanita.Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada
wanita saat menopause.Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang
intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit.Pada periode ini terjadi
peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 4˚C, yang sering disebut
hotflases.Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan fasomor.
d. Irama sircadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1˚C selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi.Pada siang hari suhu tubuh
meningkat dan mencapai maximum pada pukul6 sore, lalu menurun kembali
sampe pagi hari.Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang
bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.  Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu
untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadia tidak
berubah seiring usia.
e. Stres
Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan syaraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang
akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu
normal yang lebih tinggi.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang
tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena
mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
g. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik
pengaturan hypotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas
berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi
jenis masalah klinis yang dialami klien.

A. Konsep Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan suhu tubuh
1. Pengkajian
1) Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
2) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Keasadaran
b. Tanda Tanda Vital
c. GCS
2. Kepala
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
7. Leher
8. Dada
9. Jantung
10. Abdomen
11. Genetalia
12. Ekstremits atas dan bawah
13. Kulit
3) Kebutuhan Fisik dan Psikososial
1. Nutrisi
2. Eliminasi
3. Personal hygiene
4. Istirahat dan tidur
5. Aktivitas
6. Psikososial
7. Kebutuhan Spiritual
4) Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh naik diatas rentang normal
Tujuan:
1. Temprature stabil :36,5-37 C
2. Tidak ada kejang
3. Tidak ada perubahan warna kulit

Batasan Karakteristik:
1) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
2) Serangan atau konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
5) Takikardi
6) Kulit teraba panas/ hangat

Faktor yang berhubungan:


1) Penyakit/ trauma
2) Peningkatan metabolisme
3) Aktivitas yang berlebih
4) Dehidrasi

(NANDA International, 2015)

b. Hipotermia
Definisi : Suhu tubuh berada dibawah kisaran normal
Tujuan: Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37 oC)
Batasan Karakteristik :
1) Suhu tubuh dibawah kisaran normal
2) Kulit dingin
3) Dasar kuku sianosis
4) Hipertensi
5) Pucat
6) Piloereksi
7) Menggigil
8) Pengisin kapiler lambat
9) Takikardi

Faktor yang Berhubungan :


1) Agens farmaseutikal
2) Berat badan ekstrem
3) Ekonomi rendah
4) Kerusakan hipotalamus
5) Konsumsi alkohol
6) Kurang pengetahuan pemberi asuhan tentang pencegahan hipotermia
7) Kurang suplai lemak subkutan
8) Lingkungan bersuhu rendah
9) Malnutrisi
10) Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
11) Penurunan laju metabolisme
12) Terapi radiasi
13) Tidak beraktivitas
14) Transfer panas (mis., konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
15) Trauma
16) Usia ekstrem

(NANDA International, 2015)

c. Ketidakefektifan termoregulasi
Definisi : Fluktuasi suhu diantara hipotermi dan hipertermi
Tujuan :
1. Temprature pasien stabil :36,5-37 C
2. Tidak ada kejang
3. Tidak ada perubahan warna kulit

Batasan Karakteristik :
1. Dasar kuku sianosis
2. Fruktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal
3. Kulit kemerahan
4. Hipertensi
5. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
6. Peningkatan frekuensi pernafasan
7. Sedikit menggigil
8. Piloereksi
9. Penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal
10. Kulit dingin, kulit hangat
11. Pengisian ulang kapiler yang lambat
12. Takikardi
Faktor yang berhubungan :
1. Fluktuasi suhu lingkungan
2. Penyakit
3. Trauma
4. Usia yang ekstrem

(NANDA International, 2015)

3. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia
Dengan kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5- 37,5 oC)
2. Nadi dan RR rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
4. Tidak ada kejang

Intervensi:
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi keadaan umum Mengetahui perkembangan keadaan umum dari
pasien pasien
2. Observasi tanda-tanda Mengetahui perubahan tanda-tanda vital pasien
vital pasien
Mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
3. Anjurkan pasien untuk
banyak minum Meminimalisir produksi panas yang diproduksi
4. oleh tubuh
Anjurkan pasien untuk
banyak istirahat Membantu mempermudah penguapan panas
5.
Anjurkan pasien untuk Mempercepat dalam penurunan produksi panas
memakai pakaian yang Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
6. tipis dari pasien dan keluarganya
7. Beri kompres hangat di
beberapa bagian tubuh
Beri Health Education ke
pasien dan keluarganya Membantu dalam penurunan panas
mengenai pengertian,
8. penanganan, dan terapi
yang diberikan tentang
penyakitnya
Kolaborasi/ delegatif
dalam pemberian obat
sesuai indikasi, contohnya
: paracetamol

2. Hipotermia
Dengan kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37 oC)
2. Nadi dan RR rentang normal

Intervensi:
INTERVENSI RASIONAL

1. pantau suhu klien setiap 2 Perubahan suhu yang significan membantu dalam
jam pemberian intervensi

2.berikan selimut tambahan Untuk mengurangi eksplorasi dan radiasi sehingga


suhu tubuh dapat dipertahankan

3.berikan buli buli panas Memberikan rangsangan panas dari luar untuk
pada kaki membantu mempertahankan suhu tubuh yang
optimal

4.pantau suhu lingkungan Agar tidak terjadi pertukaran antara suhu tubuh
dengan suhu ruangan

5.batasi aktivitas Meningkatkan metabolism tubuh sehingga


meningkatkan pengeluaran panas dari tubuh.

3. Ketidakefektifan termoregulasi
Dengan kriteria hasil:
4. Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas
5. Temprature stabil :36,5-37 C
6. Tidak ada kejang
7. Tidak ada perubahan warna kulit

Intervensi:

Intervensi Rasional
  Hipotermi membuat bayi cenderung pada stress
  1. Kaji suhu dengan sering.
Periksa suhu rektal pada dingin, penggunaan simpanan lemak coklat
awalnya, selanjutnya periksa yang tidak dapat diperbaharui bila ada, dan
suhu axila atau gunakan penurunan sensitivitas untuk meningkatkan
termostat dengan dasar terbuka kadar CO2 (hiperkapnia) atau penurunan kadar
dan penyebar hangat. Ulangi O2 (hipoksia.
setiap 15 menit  
selama
penghangatan ulang.

2.Tempatkan bayi pada Mempertahankan lingkungan termonetral,


penghangat (inkubator), tempat membantu mencegah stress dingin.
tidur terbuka dengan penyebar
hangat, atau tempat tidur bayi
terbuka dengan pakaian tepat
untuk bayi yang lebih besar atau
lebih tua. Gunakan bantalan
pemanas dibawah bayi bila
perlu.
 

3.Gunakan lampu pemanas Menurunkan kehilangan panas pada lingkungan


selama prosedur. Tutup penyebar yang lebih dingin dari ruangan
hangat atau bayi dengan penutup
plastik atau kertas aluminium
bila tepat. Objek panas
berkontak dengan tubuh bayi,
seperti stetoskop, linen, dan
pakain  
 
4.Kurangi pemajanan pada Menurunkan kehilangan panas karena
aliran udara, hindari pembukaan konveksi/konduksi. Membatasi kehilangan
pagar inkubator yang tidak panas melalui radiasi.
semestinya.  

  5.Ganti pakaian atau linen Menurunkan kehilangan melalui evaporasi


tempat tidur bila basah.

6.Berikan penghangatan Peningkatan suhu tubuh yang capat dapat


bertahap untuk bayi dengan menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan dan
stress dingin apnea.
 
7.Pantau suhu bayi bila keluar Kontak diluar tempat tidur, khususnya dengan
dari lingkungan hangat. Berikan orangtua, mungkin singkat saja, bila
informasi tentang termoregulasi dimungkinkan, untuk mencegah stress dingin.
kepada orangtua.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan buku  2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika 

Nanda. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC.


Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Intervention Clasification (NIC) edisi bahasa Indonsia.
Elsevier.
Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Outcome Clasification (NOC) edisi bahasa Indonsia. Elsevier.

Rahayu, Sunarsih dan Addi Mardi HArtanto.2016 .Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta Selatan:
Kementrian KesehatanRepublik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Sarwadi & Erwanto.2014.Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas.

Hidayat, A. Aziz Alimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku 2.Jakarta:Salemba
Medika

Nurarif, A.H. dan Kusuma H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai