Oleh :
Susmiyati
Yoyon Riswanto
PRODI S1 KEPERAWATAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM I) dengan judul “Askep Seksual”.
Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan banyak rahmat-Nya pada penulis, tapi penulis
terkadang lupa mensyukuri rahmat dan nikmat teersebut. Banyak tantangan yang dihadapi
penulis dalam menyusun makalah ini. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini terselesaikan. Telah banyak sekali pihak-pihak yang secara disadari
maupun tidak disadari, langsung atau tidak langsung telah dibuat repot dalam membantu penulis
dalam membuat makalah ini.
Walaupun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan penulis agar makalah ini
dapat berguna dalam menjadi bahan bacaaan. Sesungguhnya yang benar hanya dari Allah SWT
semata dan yang salah dari kelemahan penulis.
Penyusun
Jombang, 29 Oktober 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………3
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………13
3.2 Saran……………………………………………………………………………….13
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan manusia, sehingga kualitas kehidupan
atau kebutuhan seksual menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah
hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami istri dan tidak
menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis.
Contoh dampak buruk yang diakibatkan pada saat malakukan hubungan seksual misalnya
seperti rasa sakit pada kelamin sehingga menimbulkan rasa takut untuk melakukan hubungan
tersebut lagi,. Contoh lain seperti pada penyimpangan - penyimpangan seksual yang dapat
berdampak buruk pada pasangannya baik fisik maupun psikis. Maslah penyimpangan –
penyimpangan seksual, penyakit – penyakit menular pada hubungan seksual dan asuhan
keperawatannya akan dibahas lebih lanjut di dalam makalah ini pada bab pembahasan.
1.6 Tujuan
PEMBAHASAN
Sek merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas merupakan total, multi-determined dan
multidimensi. Oleh karena itu seksualitas bersifat holistik yang melibatkan aspek biopsikososial,
kultural dan spiritual. Dalam sumber yang lain seks adalah tindakan alamiah, spontan, yang
meningkatkan kepuasan pasangan.
a. Transeksualisme : rasa tidak nyaman yang menetap dan adanya ketidak wajaran seks dengan
preokupasi yang menetap (sedikitnya 2 tahun) dengan menyisihan karakteristik seks primer dan
sekunder dan memperoleh karakteristik lawan jenis. Hal ini disebabkan oleh gangguan identitas
gender pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Tekanan yang kuat dan menetap mengenai
status sebagai laki-laki atau parempuan dengan keinginan yang kuat untuk berjenis kelamin
lawan seks dan penanggalan struktur anatomis individu.
b. Pedofilia : terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan antara
rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain yang melibatkan
seorang anak atau lebih yang berusia 13 tahun kebawah.
e. Masokisme seksual : pada kasus ini keinginan atau rangsangan seksual melibatkan penghinaan,
pemukulan, pengikatan, atau hal-hal lain yang sengaja dilakukan untuk menderita.
f. Voyeurisme : kasus ini melibatkan pengamatan terhadap orang-orang yang telanjang, sedang
menanggalkan pakaian atau sedang melakukan kegiatan seksual tanpa diketahui mereka.
g. Fetisisme : kasus ini di dalam melakukan hubungan seksual menggunakan objek mati untuk
menimbulkan kepuasan.
h. Fetisisme transvestik : dalam hal ini seseorang akan mendapatkan kepuasan dengan
menggunakan pakaian orang lain.
i. Frotterurisme : tindakan yang dilakukan dalam hal ini adalah meraba tanpa persetujuan pihak
lain, dilakukan untuk mendapatkan kepuasan.
j. Gangguan keinginan seksual hipoakif : defisit yang menetap/berulang atau tidak terdapatnya
fantasi seksual dan keinginan untuk melakukan kegiatan seksual.
k. Gangguan keengganan seksuual : keengganan yang berlebihan dan menetap dan menghindari
semua atau hampir semua kontak dengan pasangan seksual.
l. Gangguan rangsangan seksual : kegagalan yang menetap dan sebagian untuk mencapai atau
memperthankan respon fisiologis dari kegiatan seksual atau hilangnya kepuasan seksual selama
kegiatan seksual dilakukan.
m. Hambatan orgasme : keterlambatan yang menetap atau tidak adanya orgasme yang menyertai
pada saat fase puncak hubungan seksual.
Menghindari tanggung jawab profesional dan tetap berpegang pada keyakinan pribadi,
memeriksa fakta bahwa seksualitas merupakan bagian integral dari keadaan manusia.
2. Tahap Ansietas
Perawat menyadari bahwa semua orang mengalami ketidakpastian, merasa tidak aman, bertanya-
tanya dan bermasalah yang berkaitan dengan seksualitas.
3. Tahap Marah
Perawat mulai mengakui bahwa masalah yang berkaitan dengan seks dan seksualitas bersifat
emosional.
4. Tahap Tindakan
Pada tahap terakhir ini, perasaan marah mulai berkurang. Perawat mulai menyadari bahwa
menyalahkandiri sendiri atau masyarakat karena ketidaktahuannya tidak akan membantu klien
dengan masalah seksualnya.
Dengan memahami ke empat tahap perkembangan perawat tentang seksualitas tersebut, akan
memudahkan dan memungkinkan perawat untuk menjalankan empat tugas utamanya sebagai
perawat berkaitan dengan yang dikemukakanoleh johnson (1989), yaitu berpengetahuan tentang
seksualitas dan norma masyarakat. Menggunakan pengetahuan tersebut untuk memahami
perbedaan antara perilaku dan sikap orang lain dengan diri sendiri sebagai akibat dari pengaruh
sosial budaya. Menggunakan pemahaman ini untuk membantu adaptasi klien dan keadaan sehat
yang optimal, menyadari dan merasa nyaman dengan seksualitas diri sendiri.
a. Pertimbangan Perkembangan
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk mencapai kepuasan
seksual.
Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau
fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya
termasuk penyakit. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang
positif mengkonstribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan.
d. Konsep Diri
f. Agama
Pandangan agama tertentu yang diajarkan ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas
seseorang.
Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan dianggap tidak wajar.
g. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis dan Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya
individu dari rasa bersalah dan ansietas.
Penyakit menular seksual adalah suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan
melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
Penyakit menular seksual (PMS) juga diartikan sebagai penyakit kelamin atau infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan PMS menyerang sekitar alat kelamin
tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan
organ tubuh lainnya.
Jenis-jenis PMS
1. Gonorrhea
Gonorrhea biasa disbut “GO’’ disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae. Masa inkubasi pada pria
3-30 hari, sedangkan pada wanita 3 sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Pada pria
diagnosa ditentukan dengan adanya gram + pada pemeriksaan smear terhadap pengeluaran
melalui penis. Untuk menentukan diagnosa GO pada wanita perlu dilakukan pemeriksaan kultur
dari serviks, uretra, tenggorokan dan anus.
Tanda dan Gejala
Wanita : pada tahap dini asimtomatis selanjutnya servisitis dengan pengeluaran yang
purulen,gartolinitis.
2. Syipillis
Syipillis disebabkan oleh spirochete treponema pallidum yang masuk kedalam tubuh melalui
membran mukosa atau kulit selama melakukan hubungan seksual.
Tahap primer : adanya luka pada vulva atau penis sangat nyeri, ulkus primer baik tungga maupun
kelompok, mungkin terjadi juga pada bibir, lidah, tangan, rectum atau puting susu.
Tahap sekunder : yaitu 2-4 minggu setelah timbulnya ulkus sampai 2—4 tahun. Pasien merasa
demam, sakit kepala, tidak nafsu makan, hilang berat badan, anemia, sakit pada tenggorokan,
kemerahan dan sakit pada mata, kuning dengan atau tanpa hepatitis, sakit pada otot persendian
dan tulang panjang. Pada umumnya tubuh lemah, kemerahan srta adanya condyiomata pada
rectum dan genetalia.
Tahap laten : 5-20 tahun tidak ada tanda-tanda klinik, sedangkan pada tahap lanjut yaitu terminal
yang tidak diobati pada akan terlihat tumor/massa/gumma pada bagian tubuh, kerusakan katup
jantung dan pembuluh-pembuluh darah, meningitis, paralysis, kurang koordinasi, parase,
insomnia, bingung, ilusi,gangguan pikir dan bicara tidak jelas.
3. Herpes Genetalis
Herpes genetalis disebabkan karena terinfeksi oleh herpes virus hominis tipe 2 (HVH-2).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency
Virus) ditandai dengan sindroma menurunnya sistem kekebalan tubuh. HIV dapat
ditransmisimelalui kontak seksual, darah atau produk darah dari ibu kepada bayinya. HIV
tidak ditransmisi melalui kontak didalam rumah, sekolah, atau tempat kerja.
Gejala-gejala AIDS
Gejala Mayor
Gejala Minor
4. Candidiasis orofarings.
1. Limfadenopati umum.
2. Candidiasis orofarings.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1. Nama klien
2. Umur
3. Agama
4. Suku
5. Pendidikan
6. Alamat
7. Pekerjaan
a. menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang
mempunyai pertanyaan atau masalah seksual.
c. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru.
f. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk
mulai membahas masalah seksual.
h. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan non verbal yang belum jelas.
i. Berinisitif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien ssebagai makhluk seksual,
memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekpresikan
masalah seksualnya, antara lain :
b. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasanseksual.
2. Diagnose Keperawatan
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh, penganiayaan fisik
(seksual).
Batasan karakteristik :
Pasien akan mengidentifikasi stressor yang berperan dalam penurunan fungsi seksual.
Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang memuaskan untuk dirinya
dan pasangannya.
3. Intervensi
1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual.
6. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi
seksual.
7. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang
mungkin menyusahkan dirinya.
1. Pasien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang mengganggu fungsi
seksual.
2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual mereka tanpa
merasa tidak nyaman.
3. Pasien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari bantuan dari terapiseks
yang professional.
4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada tahap yang memuaskan dirinya
dan pasangannya.
5. Pasien dan pasangannya mengatakan modofikasi dalam aktivitas seksual dalam berespon pada
keterbatasan karena penyakit atau tindakan medis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Erfandi. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan penyimpangan seksual. Diakses di
http://forbetterhealt.wordpress.com/2008/12/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
penyimpangan seksual,26/08/2012.
http://beequinn.wordpress.com/nursing/kebutuhan-dasar-manusia-i-kdm-i/askep. 26/08/2012.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2009/09/penyakit-menular-seksual.html.26/08/2012.