Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Proses Menua
Menjadi orang tua adalah suatu prosess
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan dari infeksi dan memperbaiki diri dari
kerusakan yang diderita
2. Teori Menua
a. Teori genetic
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa lama hidup
ditentukan pada informasi DNA pada gen.
b. Kerusakan DNA
Informasi yang dibutuhkan yang dibutuhkan seluntuk
membangun protein esensial tergantung pada bangunan
molekul DNA
c. Teori radikal bebas
Radikal bebas mengandung oksigen dengan aktivitas
yang tinggi yang sangat cepat bereaksi dengan
molekul lain dan membuat aktivitas enzim dan
protein dapat berubah.
d. Teori auto imun
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan
diakibatkan karena antibodi yang bereaksi terhdap
sel normal dan merusaknya.
3. Batasan usia lanjut
1) Menurut WHO;
a) Middle Age / Usia Pertengahan
b) Elderly Age / Usia Lanjut
c) Old Age / Usia Lanjut Tua
d) Very Old Age / Usia Sangat Tua
2) Menurut UU Nomor 13 tahun 1998
UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun keatas.
3) Menurut Binner dan Jenner (1977).
a) Usia Kronologis.
Yaitu usia yang menunjuk pada jangka waktu
seseorang sesuai dengan tahun kelahirannya.
b) Usia Biologis.
Yaitu Usia yang menunjuk kepada jangka waktu
seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup tidak mati.
c) Usia Psikologis.
Yaitu usia yang menunjuk kepada kemampuan
seseorang untuk mengadakan penyesuaian-
penyesuaian kepada situasi yang dihadapi.
d) Usia Sosial.
Yaitu usia yang menunjuk kepada peran-peran yang
diharap atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya.
4. Prinsip proses menua.
a. Proses menua merupakan proses secara terus menerus
(berlanjut) secara alamiah yang dialami semua
makhluk hidup.
b. Proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak
sama cepatnya.
c. Proses menua bukanlah suatu penyakit namun
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsang dari luar tubuh maupun
dalam tubuh.
Dengan demikian kaum lanjut usia sering menderita
berbagai penyakit.
5. Tugas Perkembangan Lansia.
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
b. Penyesuaian terhadap pension dan penurunan
pendapatan.
c. Menemukan makna kehidupan.
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal.
g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.
6. Tipologi Lansia.
a) Menurut Kemampuannya :
1) Lanjut usia mandiri sepenuhnya.
2) Lanjut usia dengan bantuan sebagian.
3) Lanjut usia dengan bantuan sepenuhnya.
b) Menurut Karakter / Pengalaman Hidup :
1) Tipe Konstruktif
2) Tipe Ketergantungan
3) Tipe Bermusuhan
4) Tipe Membenci Diri
7. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lansia.
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh
4) Berkurangnya cairan intra sel.
b. Sistem Syaraf
1) Berat otak menurun.
2) Kurang sensitif terhadap rangsang sentuh.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Menurunnya waktu berespon.
c. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis
2) Membran tympani atropi
3) Peningkatan serumen
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil sklerosis
2) Kornea lebih berbentuk sferis / bola
3) Lensa lebih suram / keruh
4) Daya akomodasi hilang
5) Menurunnya lapang pandang
6) Menurunnya kemampuan membedakan warna
e. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi.
2) Menurunya indera pengecap
3) Esofagus melebar.
4) Peristaltik melemah
5) Fungsi absorbsi melemah
f. Sistem Respirasi
1) Otot pernafasan menjadi kaku
2) Menurunya aktivitas silia
3) Kehilangan elastisitas paru-paru
4) Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang
5) Oksigen pada arteri menurun
6) Kapasitas residu meningkat
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan density
2) Kifosis
3) Pinggang, lutut, dan jari-jari gerakan terbatas
4) Pembesaran sendi dan kuku
5) Tendon mengkerut
6) Atrofi serabut otot
7) Sistem Kardiovaskuler
8) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
9) Kemampuan jantung dalam memompakan darah menurun
10) Hilangnya elastisitas pembuluh darah
11) Tekanan darah meninggi
h. Sistem Genito-Urinaria
1) Ginjal mengecil, Nefron atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun.
2) Otot vesika urina menurun
3) Pembesaran prostat
4) Atrofi vulva
i. Sistem Endokrin
1) Semua produksi hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
j. Sistem Integumen
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Pigmentasi dan gangguan elastisitas kulit
3) Kelenjar keringat berkurang
4) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
5) Menurunnya respon terhadap trauma

B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan
darah terhadap dinding pembuluh darah dan ditimbulkan
oleh desakan darah terhadap arteri ketika darah
tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua
ukuran yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Tekanan sistolik menunjukan tekanan keatas pembuluh
darah arteri akibat denyutan jantung, sedangkan
tekanan diastolik menunjukan tekanan saat jantung
istirahat. Pada keadaan hipertensi, tekanan darah
meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompa
melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebihan
(Sugiarto, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen, nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai kejantung (Harto, 2010).
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang
mematikan. Ia dijuluki sebagai silent killer, karena
penderita sering tdak merasakan adanya gejala dan baru
mengetahui ketika memeriksakan tekanan darah atau
sesudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan
organ. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous
group of disease karena dapat menyerang siapa saja,
tidak memandang umur dan sosial-ekonomi
(Martuti,2009).
Tekanan darah seseorang biasanya mengalami
perubahan setiap saat, dalam kurun waktu 24 jam,
tekanan darah arteri mengalami fluktuasi selama 24
jam. Tekanan darah tertinggi biasanya pada pagi hari
setelah bangun tidur dan melakukan aktivitas, setelah
itu tekanan darah kembali stabil sepanjang hari. Pada
malam hari tekanan darah akan mencapai titik terendah
pada saat kita tertidur pulas (Martuti, 2009).
Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua
bagian tubuh yang terpenting diantaranya jantung,
pembuluh darah, otak, ginjal dan mata, yang pada
gilirannya hipertensi dapat berlanjut untuk suatu
target organ seperti stroke (untuk otak). Penyakit
jantung koroner (untuk pembuluh darah) dan left
ventricle hypertrophy (untuk otot jantung)
(Soeharto,2010).
Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia,
sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat
spesifik usia. Namun, secara umum seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih
tinggi dari pada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolic (140/90) (Corwin, 2012).
2. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO :
Tabel 3.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO :
Klasifikasi Sistolik Diastlik
Normotensi < 140 < 90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan >180 >105
berat >140 <90
Hipertensi sistolik 140-160 <90
terisolasi
Hipertensi sistolik
perbatasan

3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi dua golongan :
a. Hipertensi esensial atau primer atau idiopatik :
Merupakan suatu kondisi tekanan darah tinggi
yang tidak diketahui penyebab terjadinya hipertensi
atau tanda-tanda kelainan organ didalam tubuh. Para
ahli memperkirakan bahwa munculnya hipertensi jenis
ini ditandai dengan kacaunya mekanisme pengendalian
tekanan darah oleh system saraf, humoral dan
hemodinamik.
Hipertensi jenis ini biasanya dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti keturunan, pola makan
dan minumam yang kurang tepat yang ditandai dengan
tinggi kadar natrium didalam bahan makanan atau
minuman tersebut merupakan salah satu faktor yang
turut meningkatkan prevalensi seseorang terkena
hipertensi adalah stress dan tekanan kehidupan yang
tinggi. Kondisi stress dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan fungsi fisiologis dan psikis
seseorang.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Gejala dan tanda dari hipertensi sekunder
yaitu dapat diidentifikasikan seperti penyakit
ginjal atau penyakit endokrin. Sebagai contoh,
obesitas trunkal, intoleransi glukosa, fasies bulan
dan striae ungu menunjukkan sindrom cushing.
Penyakit tiroid dan akromegali juga dapat
menyebabkan hipertensi dan memiliki gejala
karakteristik dan tanda-tanda. Contohnya terdapat
angin di perut yang merupakan indikator stenosis
arteri ginjal (penyempitan arteri yang mensuplai
ginjal), sedangkan penurunan tekanan darah pada
ekstremitas bawah yang tertunda atau tidak adanya
arteri femoralis menunjukkan coarctation aorta
(penyempitan aorta tak lama setelah meninggalkan
jantung).
4. Tanda dan Gejala
Sebagian penderita hipertensi tidak menimbulkan
gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala
terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi, padahal sesungguhnya tidak.
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarah
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan.
Hal tersebut biasa terjadi, baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah
normal (http://zailendriwijaya87.2015).
Adapun tanda dan gejala hipertensi yaitu sakit
kepala dan pusing, nyeri kepala berputar, nyeri
ditengkuk, marah atau emosi tidak stabil, mata
berkunang-kunang, telinga berdengung, sukar tidur,
kesemutan, kesulitan bicara, rasa mual atau muntah,
epistaksis, migran, mudah lelah (http://tahitiannoni-
s.com/tanda-dan-gejala-hipertensi).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebelum
mulai terapi bertujuan untuk menentukan adanya
kerusakan organ dan faktor resiko lain atau penyebab
hipertensi. Biasanya dilakukan pemeriksaan urinalisa,
darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total,
kolestrol High Density Lipoprotein (HDL) dan
Elektrokardiogram (EKG) (Puspitorini, 2013).
6. Diagnosis
Diagnose hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam
satu kali pengukuran, akan tetapi diagnosa hipertensi
hanya dapat ditegakan setelah dua kali atau lebih
pengukuran pada waktu yang berbeda, kecuali terhadap
gejala yang tinggi atau gejala-gejala yang klinis.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan
pasien duduk bersandar dengan kaki menyentuh lantai
dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat) setelah
beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus
lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). 30 menit
sebelum pengukuran, pasien disarankan untuk tidak
minum kopi atau merokok dan minta untuk buang air
kecil terlebih dahulu, karena kandung kemih yang penuh
dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Mansjoer, 2011).
Alat untuk mengukur tekanan darah disebut
sphygmomanometer, berasal dari bahasa latin
“anemometer” berarti alat untuk mengukur tekanan
cairan dan “syhygmos” berarti pulsa atau denyut nadi.
Akan tetapi pada umumnya orang menyebutnya alat
pengukur ini dengan istilah tensi meter saja. Alat ini
terdiri dari tiga tipe dengan variasi dengan
penggunaan air raksa (merkuri), aneroid dan elektronik
(Vitahealt, 2010).
7. Patofisiologi
Karena tekanan darah tergantung pada kecepatan
denyut jantung , volume sekuncup dan Total Perifer
Resistensi (TPR) maka peningkatan salah satu dari
ketiga variabel yang tidak di kompensasi dapat
menyebabkan hipertensi (Vitahealt, 2010).
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon
pada nodus Sinoatrialis (SA). Peningkatan kecepatan
denyut jantung yang berlangsung kronik sering
menyertai keadaan hipertirodisme. Namun, peningkatan
kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak
menimbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume
plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan
garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan pelepasan renin yang
aldesteron atau penurunan aliran darah ke ginjal dapat
mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan
volume diastolik-akhir sehingga terjadi peningkatan
volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan volume
diastolik-akhir disebut sebagai peningkatan preload
jantung. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan sistolik (Vitahealt, 2010).
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat
terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon
pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari
arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal
tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada
peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih
kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang
lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh-
pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan
dalam arterioad jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan
arterioad berlangsung lama, maka ventrikel kiri
mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan
hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin
meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah
secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung
juga mulai teregang melebihi panjang normalnya yang
pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktifitas dan
volume sekuncup (Vitahealt, 2010).
Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang
disebutkan di atas dapat terjadi akibat peningkatan
aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak orang,
peningkatan rangsangan saraf simpatis atau
responsivitas berlebihan dari tubuh terhadap
rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan
menyebabkan hipertensi (Corwin, 2012).
8. Penatalaksanaan
a. Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan
penurunan kecepatan jantung dan volume sekuncup.
Intervensi farmakologis dan non farmakologis dapat
membantu seseorang mengurangi tekanan darah.
b. Pada sebagian orang, penurunan berat badan dapat
mengurangi tekanan darah, dengan mengurangi beban
kerja jantung sehingga. Kecepatan denyut jantung
dan volume sekuncup juga berkurang.
c. Olah raga, terutama bila disertai penurunan berat
badan, menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
kecepatan denyut jantung. Olah raga meningkatkan
kadar High desinty lipoprotein (HDL), yang dapat
mengurangi timbulnya hipertensi yang terkait
aterosklerosis.
d. Tehnik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung
dengan cara menghambat respon stress saraf
simpatis.
e. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek
jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui dapat menurunkan aliran darah ke berbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
f. Diuretika bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan menyebabkan ginjal
meningkat ekskresi garam dan airnya.
g. Penghambat saluran kalsium menurunkan kontraksi
otot polos jantung dan atau arteri dengan
menginterfensi infuls kalsium yang dibutuhkan untuk
kontraksi. Sebagian penghambat saluran kalsium
bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat
kalsium otot jantung, sebagian yang lain lebih
spesifik untuk saluran kalsium otot polos vascular.
Dengan demikian, berbagai penghambat kalsium
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan kecepatan denyut jantung, volume
sekuncup.
h. Penghambat enzim pengubah angiotensin II (Inhibitor
ACE) berfungsi untuk menurunkan angiotensin II
dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiostensin I menjadi angiotensin II. Hal
ini menurunkan tekanan darah baik dengan secara
langsung menurunkan TPR dan karena angiotensin II
diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan
meningkatkan pengeluaran natrium melalui urine
sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
Karena enzim pengubah tersebut juga menguraikan
vasodilator bradikinin, maka inhibitor enzim
pengubah akan menurunkan tekanan darah dengan
memperpanjang efek bradikinin.
i. Angiostin (penyekat) reseptor-beta, terutama
penyekat β1 selektif, bekerja pada reseptor beta
dijantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
j. Antagonis reseptor alfa menghambat reseptor alfa di
otot polos vascular yang secara normal berespon
terhadap rangsangan simpatis dengan vasokontraksi.
Hal ini akan menurunkan TPR. Dapat digunakan
vasodilator arteriol langsung untuk menurunkan TPR
(Corwin, 2012).
9. Komplikasi
a. Stress dapat timbul akibat perdarahan tekanan
tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas
dari pembuluh non otak yang terpanjang tekanan
tinggi.
b. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri
koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan
progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-
kapiler ginjal, glomelurus.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi,
terutama pada hipertensi maligna hipertensi yang
meningkat cepat.
e. Wanita dengan Pregnancy-induced hypertension (PIH)
dapat mengalami kejang (Corwin, 2012).
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatann Hipertensi
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemasan, nafas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan
irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, arterosklerosis,
penyakit jantung koroner dan penyakit
serebravaskuler.
Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, murnius
stenosis valvular takikardia, berbagai
distnenia, kongesti vena, ekstermitas
(perubahan warna kulit, suhu dingin,
pengisian kapiler mingkin lambat/
tertunda), kulit (pucat, sianosis dan
kemerahan)
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, atau marah kronik.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah,
penyempitan continu perhatian tangisan
yang meledak.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau tidak.
e. Makanan/ cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat
mencakup makanan yang tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual
muntah, perubahan berat badan dan riwayat
pengggunaan dierutik
Tanda : BB normal atau obesitas dan adanya edema,
kongesti vena, glikosuria.
f. Neurosensoris
Gejala : keluhan pusing, sakit kepala
suboksipital, episode kebas dan atau
kelemahansatu sisi tubuh, dan gangguan
penglihatan.
Tanda : status mental (perubahan keterjagaan,
orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses
piker atau memori). Respon motorik
(penurunan kekuatan genggaman tangan dan
atau ferleks tendo dalam).
g. Nyeri/ ketidak nyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada
tungkai dan nyeri abdomen/massa.
h. Pernafasan
Gejala : dipnea berkaitan dengan aktivitas/kerja,
fakipnnea, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum dan riwayat merokok.
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan,
episode parastesi unirateral fransie,
hipotesi postural (Doengoes, 2000).

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan vasokonstriksi pembuluh darah.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
c. Nyeri akut/ nyeri kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular cerebral.
d. Inefektif koping individu berhubungan dengan
mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak
terpenuhi, persepsi tidak realistic
(Doengoes,2000).
3. Perencanaan
DX Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan - Observasi tekanan  Untuk mengetahu
tindakan keperawatan darah klien secara tekanan darah
diharapkan resiko terus menerus dalam rentang
tinggi penuruna - Mengobservasi normal atau tidak
curah jantung dapat warna kulit,  Untuk mengetahui
teratasi dengan kelembaban, suhu. adanya pucat,
kriteria hasil :
dingin, kulit
 Kelayan mau lembab dan masa
berpartisipasi pengisian kapiler
dalam aktivitas berkaitan dengan
yang menurunka TD vasokonstriksi.
dan frekuensi
- Anjurkan klien
 Menurunkan stress
jantung stabil.
dan ketegangan
untuk membatasi
 Mempertahankan TD yang mempengaruhi
aktivitas .
dalam rentang tekanan darah dan
individu yang perjalanan
- Kolaborasi dan
dapat diterima. penyakit
pemberian terapi.
hipertensi.

Setelah dilakukan  Untuk menentukan


2 tindakan keperawatan - Menganjurkan klien intervensi
diharapkan untuk penghematan
selanjutnya.
intoleransi energi.
 Untuk mengurangi
aktivitas baik,
penggunaan energi,
dengan kriteria
dan membantu
hasil :
antara suplai dan
 Berpartisipasi kebutuhan oksigen.
dalam aktivitas - Beri dorongan  Memberikan bantuan
yang di inginkan. kepada klien untuk hanya sebatas
 Menunjukkan melakukan kebutuhan akan
penurunan dalam aktivitas secara mendorong
tanda-tanda bertahap jika kemandirian dalam
intoleransi dapat ditoleransi. melakukan
fisiologi. aktivitas.

Setelah dilakukan  Untuk meminimalkan


tindakan keperawatan - Anjurkan kelayan stimulasi/meningka
diharapkan nyeri untuk tkan relaksasi
kepala berkurang/ mempertahankan
3
tidak ada dengan tirah
kriteria hasil : mempertahankan  Untuk mengetahui
 Nyeri akut/nyeri tirah baring skala nyeri.
kepala selama fase akut.
 Untuk menurunkan
berkurang/tidak - Mengkaji intesitas tekana vaskuler
ada nyeri serebral
- Menganjurkan
kelayan untuk memperlambat
kompres hangat respon simpati
pada dahi dan efektif dalam
leher bagian menghilanhkan
belakang. sakit.

Intoleransi  Mekanisme adaptif


aktivitas b/d - Melatih kelayan perlu untuk
kelemahan umum untuk melakukan mengubah pola
ketidak seimbangan teknik relaksasi hidup seseorang.
4 antara suplai dan dan diktrasi
 Membantu
keb. Oksigen. - Mengkaji mengidentifikasi
keefektifitas dasar kesulitan
strategis koping dalam mekanisme
dengan koping.
mengobsevasi
perilaku.
 Untuk memperbaiki
- Dorong kelayan
untuk mengungkapka keterampilan
perasan koping.
- Libatkan kelayan
dalam proses  Melindungi kelayan
pengobatan dan dalam mempengaruhi
penggunaan perasan.
mekanisme
pertahanan diri
kelayan

4.Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan pada asuhan keperawatan
dapat disesuaikan dengan perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan sesuai dengan diagnosa yang ada.
5.Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan
yang diberikan kepada kelayan dapat dibuat sesuai
dengan perkembangan dari kelayan. Evaluasi keperawatan
disusun berdasarkan pendekatan SOAP.

Anda mungkin juga menyukai