Anda di halaman 1dari 20

MENYUSUN MAKALAH MENGENAI

KONSEP PSIKOSOSIAL DALAM BUDAYA PRAKTEK


KEPERAWATAN :
 SEKSUALITAS

 
 
 
  DISUSUN OLEH :
NAMA: PUTRI PRATIWI RAMADHAN
NIM : 02001003
DOSEN: NS.Rahmat Panyiwi,S.Kep,M.Kes
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah- Nya sehingga penulisanmakalah “Konsep Psikososial” dapat

kami selesaikan. Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada

Baginda Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang

istiqamah di jalan-Nya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas mata ajar Psikososial dan Budaya dalam

Keperawatan. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang

berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan

pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah

dilakukan. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait,

terutama kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan

dan pengajaran dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini

dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Dan kami

menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini.

Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan

kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.


BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan

system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk

mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang

dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang

dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri

dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana

dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif.

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang

bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal

balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh

timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak

sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa

(Depkes,2011). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2014 Tentang Kesehatan Jiwa menyebutkan bahwa salah satu upaya

preventif kesehatan jiwa yakni mencegah timbulnya dampak psikososial.

Sementara itu, menurut Undang-undang tersebut yang dimaksud dengan


“masalah psikososial” adalah masalah sosial yang mempunyai dampak

negatif dan berpengaruh terhadap munculnya gangguan jiwa atau masalah

sosial

Permasalahan psikososial yang terjadi antara lain:

1. Psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita gangguan jiwa.

2. Masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak.

3. Masalah anak remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan

narkotika dan psikotropika.

4. Masalah seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan

eksploitasi seksual, tindak kekerasan sosial, stress pasca trauma,

pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir.

5. Masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan

produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes,

2011).

B. RumusanMasalah
Bagaimana konsep psikososial, yang meliputi konsep diri, kesehatan

spiritual, konsep seksualitas, konsep stress, dan konsep kehilangan,

kematian dan berduka?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir berbagai
konsep dalam konsep psikologis, meliputi konsep diri, kesehatan

spiritual, konsep seksualitas, konsep stress, dan konsep kehilangan,

kematian dan berduka.

2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang:

A. Konsep Seksualitas

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis meningkatkan wawasan dan pengetahuan

tentang konsep psikologis, meliputi konsep diri, kesehatan spiritual,

konsep seksualitas, konsep stress, dan konsep kehilangan, kematian dan

berduka.

2. Bagi Institusi Pelayanan


Menjadi acuan dalam memberikan wawasan tentang konsep psikologis,

meliputi konsep diri, kesehatan spiritual, konsep seksualitas, konsep

stress, dan konsep kehilangan, kematian dan berduka dan mengetahui

masalah psikososial yang terjadi di masyarakat

3. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan keperawatan tentang konsep psikologis, meliputi konsep diri,

kesehatan spiritual, konsep seksualitas, konsep stress, dan konsep

kehilangan, kematian dan berduka.


4. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan wawasan dan

pengetahauan tentang konsep psikologis, meliputi konsep diri, kesehatan

spiritual, konsep seksualitas, konsep stress, dan konsep kehilangan,

kematian dan berduka.


BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Konsep Psikososial
1. Definisi Psikososial
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang

mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk

pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling

berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial berasal dari

kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari

individu (pikiran, perasaan dan perilaku), sedangkan sosial mengacu pada

hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya. Istilah

psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-

faktor psikologis (Chaplin, 2011).

Masalah-masalah psikososial dalam SDKI (Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia) tahun 2017, yaitu:

a. Ansietas (D.0080)

b. Berduka (D.0081)

c. Gangguan citra tubuh (D.0083)

d. Gangguan identitas diri (D.0084)


Konsep Seksualitas
1. Definisi

Menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek

inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan

peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan

reproduksi. Aspek seksualitas, yaitu:

a. Seksualitas dalam arti sempit

Dalam arti sempit seks berarti kelamin, yang termasuk dalam kelamin

adalah sebagai berikut:

1) Alat kelamin itu sendiri

2) Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi

bekerjanya alat kelamin

3) Anggotatubuhdanciri - ciri badan iahlainnya yang membedakan laki-

laki dan perempuan

4) Hubungan kelamin

b. Seksualitas dalam arti luas

Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara

lain:

1) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dan lainnya

2) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dan lainnya

3) Perbedaan peran(Mardiana: 2012).


2. Fungsi Seksualitas

a. Kesuburan Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin

merasakan adanya keinginan yang kuat untuk membuktikan

kesuburannya bahkan walaupun ia sebenarnya belum menginginkan anak

pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang

secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi apabila ia

sanggup membuktikan kesuburannya.

b. Kenikmatan Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku

seksual adalah kenikmatan atau kesenangan yang dirasakan yaitu suatu

kombinasi kenikmatan sensual dan kenikmatan khas seksual yang

berkaitan dengan orgasme.

c. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan Dalam suatu

pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-

sama hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini

adalah esensi dari keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat

keintiman tersebut berakar dari risiko psikologis yang terlibat; secara

khusus, resiko ditolak, ditertawakan, mendapati bahwa dirinya tidak

menarik, atau kehilangan kendali dapat memadamkan gairah pasangan.

d. Menegaskan maskulinitas atau feminitas

Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam

karena sebab lain (mis.; saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau
efek penuaan), kita mungkin menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.

e. Meningkatkan harga diri

Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual,

secara umum dapat meningkatkan harga diri.

f. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan Kekuasaan

(power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek

maskulinitas, dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik,

biasanya berada dalam posisi dominan. Namun, seks dapat digunakan

untuk mengendalikan hubungan baik oleh pria dan wanita dan karenanya

sering merupakan aspek penting dalam dinamika hubungan. Kekuasaan

tersebut mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke interaksi

seksual, menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah

proses menimbulkan efek positif pada harga diri pasangan. Sementara

dapat terus menjadi faktor dalam suatu hubungan yang sudh berjalan, hal

ini juga merupakan aspek yang penting dan menarik dalam perilaku awal

masa “berpacaran”.

g. Mengungkapkan permusuhan Aspek penting dalam masalah

“dominasi” pada interaksi seksual pria- wanita adalah pemakaian

seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling relevan

dalam masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus

penyerangan atau pemaksaan seksual dapat dipandang sebagai perluasan

dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh pria terhadap wanita. Juga
terdapat keadaan- keadaan dengan penyerangan seksual dapat dipahami

sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau

terhadap wanita itu sebagai pengganti wanita lain.

h. Mengurangi ansietas atau ketegangan Menurunnya gairah yang

biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara untuk

mengurangi ansietas atau ketegangan.

i. Pengambilan resiko Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko,

berkisar dari yang relatif ringan, misalnya ketahuan, sampai serius

misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya resiko tersebut

menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi

HIV dan AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan

memadamkan respon seksual sehingga mereka mudah menghindari

resiko tersebut. Namun, bagi beberapa individu, gairah yang berkaitan

dengan persepsi resiko malah meningkatkan respons seksual. Untuk

individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk

kesenangan yang dicari.

j. Keuntungan materi Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas

seksual untuk memperoleh keuntungan dan hal ini sering merupakan

akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih sering

dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan

bukan semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama


3. Pertumbuhan dan Perkembangan Seks Manusia

Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari

beberapa tahap yaitu:

a. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat

kepuasan seks dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap

jari tangan, Dengan bayi baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap

botol atau tidur sambil menghisap jarinya. Oleh karena itu perilaku

demikian tidak perlu dilarang.

b. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat

buang air besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet,

sehingga kepuasannya tercapai.

c. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan

mempermainkan alat kelaminnya.

d. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual

seolah-olah terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai

masuk sekolah, dan adanya pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga

anak-anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk siap bangun pagi dan pergi

ke sekolah.

e. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder

mulai berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak

dan terus berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah,

keinginan dipuja dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan


mencumbu pun mulai tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya,

sehingga memerlukan perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating

bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat

menyebabkan kehamilan atau hamil bila mereka melakukan hubungan

seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani belum mencapai tingkat

dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki,

memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan (Chandranita,

2009).

4. Respon Seksualitas Siklus respon seksual normal terdiri dari empat

tahap yang terjadi berturut-turut. “Normal” pada umumnya mengacu pada

panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang memuaskan.

Empat tahapan siklus respon seksual :

a. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari

beberapa menit sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase

kegembiraan meliputi:

1) Peningkatan ketegangan otot

2) Peningkatan denyut jantung

3) Perubahan warna kulit

4) Aliran darah ke daerah genital

5) Mulainya pelumasan Vagina

6) Testis membengkak dan skrotum mengencang

b. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa


perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:

1) Fase kegembiraan meningkat

2) Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina

3) Klitoris menjadi sangat sensitive

4) Testis naik ke dalam skrotum

5) Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung,dan

tekanan darah

6) Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot

c. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan

merupakan fase terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini

memiliki karakteristik seperti berikut:

1) Kontraksi otot tak sadar

2) Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan

3) Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim

berirama

4) Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan

ejakulasi

5) Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

6) Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh

secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi

ditandai dengan relaksasi, keintiman, dan seringkali kelelahan. Sering


kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum kembali ke

aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan

waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia

laki-laki, panjang dari fase refraktori akan sering meningkat.

5. Permasalahan Seksualitas

Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:

a. Ketidaktahuan mengenai seks Lebih dari 70% wanita di Indonesia

tidak mengetahui dimana letak klitorisnya sendiri. Sebuah hal yang

sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak orang.

Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini

berpangkal dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari

antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak

jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan

pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks

di sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal

seks didapatkannya dari berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya

memberikan pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah

satunya dengan memisahkan anak-anaknya tidur dalam satu kamar

setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-

laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-anaknya mandi

bersama keluarga atau juga teman-temannya.

Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks.
Jawaban-jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan

sesuai dengan usia si anak. Karena itulah, orang tua dituntut membekali

dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi,

perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13-15 tahun pada

pria dan 12-14 tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa

pubertas yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Pada

saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.

b. Kelelahan Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan

pada jaman ini dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan

meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita harus ikut bekerja di luar

rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu suami istri

pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang

lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya

mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya

usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis dan

merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa memadamkan

gairah seks.

c. Konflik

Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud

sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama

lain. Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini

bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapat mempertajam


perselisihan mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan

ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat

melukai perasaan pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak

terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalah seksual antara lain

masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak

bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan

tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan.

Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat

gairah seks.

d. Kebosanan Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam,

seks bisa dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin

sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai ke suatu titik yang

membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yang

disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah

ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama

bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk

jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan yang

datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru.

Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila

bersenggama dengan mitra baru.


BAB III
PENUTUP

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang

mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Istilah psikososial

sendiri menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor

psikologis. Psikososial meliputi, konsep diri, kesehatan spiritual, konsep

seksualitas, konsep stress, dan konsep kehilangan, kematian dan berduka.

Konsep diri diartikan sebagai pandangan dan perasaan seseorang tentang

dirinya. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga

penilaian seseorang tentang dirinya. Jadi konsep diri meliputi apa yang

seseorang pikirkan dan apa yang seseorang rasakan tentang dirinya.

Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut

sebagai terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit. Kondisi spiritual yang

sehat terlihat dari hadirnya ikhlas. Konsep seksualitas merupakan

komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan dan

berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.

Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal, dan

lingkungan. Konsep stres merupakan bagian dari individu secara

fisiologis maupun psikologis normal terjadi. Salah satu definisi stres

adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan

dan tuntutan kehidupan.


Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan institusi dapat memberikan tambahan literatur tentang konsep

psikologis, meliputi konsep diri, kesehatan spiritual, konsep seksualitas,

konsep stress, dan konsep kehilangan, kematian dan berduka. Sehingga

dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan update ilmu pengetahuan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan


Penatalaksanaan yang asuhan keperawatan yang efektif dan efisien pada

pasien dengan menekankan konsep psikososial.

3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui konsep psikologis, meliputi

konsep diri, kesehatan spiritual, konsep seksualitas, konsep stress, dan

konsep kehilangan, kematian dan berduka sehingga dapat menerapkannya

pada praktik klinik keperawatan di kemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA

Asy’arie, M. 2012. Spiritualitas dan Keberagamaan; Tahap Faith,

Thought dan Discovery, disampaikan pada Seminar Pemantapan Ekspresi

Kecerdasan Spiritual melalui Pendekatan Agama dari Filsafat dan

Pendidikan, Komisi Imtak Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran & FMI,

Fakultas Kedokteran Unair, tidak dipublikasikan.

Chandranita, Ida Ayu. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.

Jakarta: EGC

Chaplin, J.P.. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo

Persada. Depkes. 2011. Kementerian kesehatan Indonesia sebagai Buku

Pedoman,

Kesehatan Jiwa. Jakarta.

Dossey, AM., Keegan L., Guzzetta C.E, 2005, Holistic Nursing a

Handbook for

Practice, Fourth Edition, Jones and Bartlet Publisher Inc. Massachusetts.

Feist, J dan Feist, G.J. 2014. Teori Kepribadian: Theories of Personality.

Jakarta:Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai