PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kurang dianggap penting bagi masyarakat saat ini, namun jika tidak terpenuhi
karena pengaruh hormon testoteron yang muncul pada diri manusia, baik pada
pria maupun pada wanita. Dorongan akan kebutuhan biologis pada manusia
ada juga adanya rangsangan dari luar. Dalam perkembangannya manusia akan
otak manusia.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep Kebutuhan Dasar Manusia tentang
kebutuhan seksualitas.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian dari kebutuhan seksualitas
b) Untuk mengetahui tinjauan seksual dari berbagai aspek
c) Untuk mengetahui perkembangan seksualitas
d) Untuk mengetahui penyimpangan perilaku seksual pada orang
dewasa
e) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
seksualitas
f) Untuk mengetahui bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan
seksual abnormal
g) Untuk mengetahui siklus respon seksualitas
h) Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Pada
bab pertama terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
saja yang akan dibahas pada penulisan makalah ini. Setelah itu, ada
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ialah menjelaskan tujuan dari
atas kesimpulan yaitu ringkasan singkat dari isi makalah serta saran
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebutuhan Seksualitas
determined dan multi-dimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistik yang
di definisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari
lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi
diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas
merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang
Seksualitas memiliki makna yang sangat luas. Seksualitas adalah aspek kehidupan
pikiran, fantasi, hasrat, kepercayaan/ nilai-nilai, tingkah laku, kebiasaan, peran dan
secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi
anatomis dan fisiologis, organ seks, hormon dan otak dan saraf pusat. Seorang
anak dapat menafsirkan secara jelas perilaku orang lain yang sesuai dengan
identitas seksual untuk dirinya sendiri atau citra diri seksual (sexual self-image)
diekspresikan secara sosial dalam perilaku jenis seks yang sama atau berbeda.
Identitas jender mulai berkembang sejak usia 2 hingga 3 tahun yang dipengaruhi
oleh faktor biologis (embrionik dan sistem saraf pusat), anatomi genital dan pola
orang tua terhadap anak. Dengan demikian, sebenarnya peran jender terbina
melalui pengamatan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya seksualitas tidak
terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan ekspresi
ditentukan oleh berbagai kebutuhan, antara lain kebutuhan akan cinta dan kasih
sayang, rasa aman psikologis, serta harga diri sebagai wanita atau pria. Pada
nafsu seksual adalah minat atau niat seseorang untuk memulai atau
respons yang mendasar yaitu myotonia (ketegangan otot yang meninggi) dan
B. Tinjauan Seksual
1. Aspek Biologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi
dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, dan
serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
3. Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku
C. Perkembangan Seksualitas
kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta
dewasa.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini
1. Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasaan, kesenangan, atau
sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapat rasa aman.
Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah masalah menyapih dan
makan.
2. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi
sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak
juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah
Perkembangan seksual pada masa ini diawali secara biologis atau fisik,
lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya,
sebaliknya anak perempuan lebih suka pada ayahnya. Anak mulai dapat
perempuan, belajar malalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai
teman sebaya, dorongan libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini,
Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan
psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan citra tubuh (body image),
tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat
badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada, atau
menstruasi bagi wanita. Tahap yang disebut Freud sebagai tahap genital ini
terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasaan anak pada tahp ini akan
kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap
lawan jenis.
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks
sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa
cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi, pada pria ditandai
psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah
atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan
diantaranya:
1. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan
seksualnya. Disebut gay jika penderitanya berjenis kelamin pria dan disebut lesbi
jika penderitanya berjenis kelamin wanita. Istilah lain dari homoseksual adalah
seksual inversion, contrary seksual feeling, atau urning istilah ini untuk pria,
sedangkan untuk wanita selain lesbian juga bisa disebut urnigin. Lesbianisme
berasal dari nama lesbos, nama sebuah pulau diluar Aegea tempat Sappho pada
lain:
a. Faktor herediter berupa ketidakseimbangan hormon-hormon seks
b. Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi
sehingga timbul kebencian atau antipati terhadap ibunya dan semua wanita. Lalu
menjadi jenuh dalam relasi heteroseksual dengan suaminya atau seorang pria.
b. Dan tidak merasakan orgasme
2. Sadomakisme atau Masokisme seksual
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual yang mana kepuasaan seksual
antara lain:
a. Oleh pendidikan yang salah timbul lah anggapan bahwa perbuatan seks
itu adalah kotor, sehingga perlu ditindak dengan kekejaman dan kekerasan,
seksnya
c. Atau disebabkan oleh pengalaman traumatis dengan ibunya atau dengan
sadar.
Sedangkan masokisme adalah kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang
kepuasan seksual. Hal ini karena yang bersangkutan membutuhkan derita yang
seksual dengan cara menyakiti pasangannya dengan teror baik secara fisik
maupun psikologis.
1) Pemaksaan atau pemerkosaan, penolakan korban menjadi gairah seksual
darah
4) Beberapa individu gangguan juga disertai simtom masokis
5) Melakukan penyiksaan seksual dengan pemaksaan atau sampai luka
6) Melakukan penyiksaan berat dengan menggunakan cambuk, kejutan,
memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan
kehendaknya. Bila korban jijik, terkejut, dan menjerit ketakutan maka ia akan
dengan satu wanita, yaitu istrinya. Tapi pada pria yang mengalami hiperseks, satu wanita
hubungan seksual dan sulitnya mengontrol keinginan seks tersebut.27 “Orang yang
mengalami hiperseks Memang susah disembuhkan, tetapi bukan berarti tak mungkin.
Terlebih banyak kasus itu lebih berkaitan dengan masalah kejiwaan, ketimbang masalah
fisik. Seorang yang tergolong pecandu seks adalah orang yang memiliki kelainan
dorongan seksual, dan tidak bisa mengendalikan hasrat tersebut. Dari segi kejiwaan, ada
beberapa sebab yang bisa menimbulkan seorang yang tergolong pecandu seks adalah
orang yang memiliki kelainan dorongan seksual, dan tidak bisa mengendalikan hasrat
tersebut.
Dari segi kejiwaan, ada beberapa sebab yang bisa menimbulkan kecanduan seks, yaitu:
a. Seks sebagai satu-satunya cara berkomunikasi. Biasanya terjadi pada orang yang
tidak mampu membuka diri dan berkomunikasi dengan baik. Jadi, saat dia ingin
berkomunikasi, hanya dengan menggunakan seks.
5. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni
vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual
dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan
berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak
melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya
mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakulasinya dilakukan dengan cara
bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan
kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual
bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual.
Perbandingan voyeurisme di kalangan pria dan wanita sangat besar, yaitu
9:1 sebab, biasanya wanita tidak senang melihat kegiatan sekaual dan gambar
atau film-film porno, menurut psikoanalisa, fikasi terhadap pengalaman di masa
kanak-kanak melihat orang tuanya bersenggama, merupakan dasar yang kuat
bagi kebiasaan voyeuristis.
7. Necrophilia/Necrofil
Necrofil adalah kondisi dimana seseorang menyukai melakukan hubungan seks
dengan orang yang sudah menjadi mayat atau orang mati. Kejadian yang amat jarang
terjadi ini diakibatkan karena pengalaman masa kecil yang pahit, masa perkembangan
yang terluka hingga anak menanamkan rasa bersalah pada perasaannya dan merasa
rendah diri, sehingga tidak ada keberanian untuk menghadapi seksual yang nyata dan
yang hidup.
Praktek nekrofilia itu disebabkan antara lain oleh, pelakunya dihinggapi rasa inferior
yang begitu hebat karena mengalami trauma serius, sehingga dia tidak berani
mengadakan relasi seks dengan seseorang wanita (yang masih hidup). Selain itu seorang
nekrofilia bisa membunuh seseorang untuk dijadikan atau mendapatkan mayat, guna
dipakai sebagai patner bercoltus. Clotus dengan mayat itu kadang-kadang dibarengi
dengan kerusakan atau mutilasi terhadap mayat tersebut.
8. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan
hubungan seks dengan hewan. Hewan tersebut disetubuhi atau dilatih untuk merangsang
secara seksual oarang yang besangkutan. Dasar penyebabnya karena merasa kekurangan
untuk melakukan hubungan sek dengan manusia. Hewan dipandang lebih rendah, lebih
mudah dikuasai dan dikendalikan sehingga kepuasaan seksual terasa sempurna.
9. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik
pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan. Dengan cara begitu
ia akan menjadi lebih terangsang dan menjadi sangat bergairah. Padahal hal tersebut
merupakan salah satu hal yang diharamkan dalam agama islam.
10. Gerontopilia
Gerontopilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh
cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek
atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual,
sebagainya. Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi istri atau suami
sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh
pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya
kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan
idamannya (kakek/nenek).
Fase Perangsangan (Excitement Phase) adalah tahap pertama pada siklus respon
seksual, dimana Adanya keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang dapat
berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam.
Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk fisik atau
psikis. Pacuan yang berasal dari situasi tanpa hubungan fisik langsung, yang bukan
biasanya dan diinginkan, karena aktivitas proses faali tubuh terjadi sebagai akibat
pikiran atau emosi. Pemacu dapat berasal dari rangsangan erotik maupun non erotik,
seperti pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran, dan mimpi. Sedangkan Pemacu non-
erotik biasanya karena adanya rangsangan pada alat kelamin bagian dalam. Kadang-
kadang, fase perangsangan ini berlangsung singkat dan segara masuk ke fase plateau.
Pada saat yang lain dapat terjadi secara lambat dan berlangsung secara bertahap serta
memerlukan waktu yang lebih lama.
Pada fase ini bangkitnya gairah dapat disertai oleh respon-respon phisik dan
mental atau rangsangan phisik:
Fase Dataran Tinggi (Plateau Phase) adalah fase kedua dari respon seksual
dimana fase ini merupakan kelanjutan tahap exitement atau rangsangan awal yang
berupa bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum mencapai ambang
batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme.
Pada fase ini bangkitnya gairah dapat disertai oleh respon-respon phisik antara
lain :
Fase Orgasme (Orgasmic Phase) adalah fase ketiga dalam siklus respon seksual
yaitu pelepasan tiba-tiba ketegangan seksual yang terkumpul, yang mengakibatkan
kontraksi otot ritmik di daerah pinggul yang menghasilkan sensasi kenikmatan yang
tinggi dan diikuti relaksasi yang cepat. Ini biasanya berlangsung untuk beberapa
detik. Orgasme juga sebagian merupakan pengalaman psikologis akan kenikmatan
dan pembuangan, saat pikiran difokuskan hanya pada pengalaman pribadi. Orgasme
kadang-kadang disebut klimaks atau kedatangan.
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik
dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual
(sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau.
Orgasme berbeda dari satu orang ke orang lain dan untuk setiap individu pada
waktu yang berbeda. Terkadang orgasme merupakan gelombang sensasi yang
meletup-letup dan menakjubkan, sementara lainnya lebih ringan, halus dan tidak
terlalu kuat. Perbedaan intensitas orgasme dapat disebabkan faktor fisik, seperti
kelelahan dan lamanya waktu sejak orgasme terakhir, sekaligus juga faktor
psikososial, termasuk suasana hati, hubungan dengan pasangan, aktivitas, harapan,
dan perasaan mengenai pengalaman itu.
Pada lelaki : Orgasme dapat disertai atau tanpa ejakulasi, bahkan seorang lelaki
dapat mengalami orgasme berulang – ulang tanpa mengalami ejakulasi. Tanda
lelaki memperoleh orgasme adalah semakin tingginya kadar adrenalin dan
terjadi kontraksi otot – otot organ seksual , prostate dan urethra diikuti
pengeluaran semen dan pelepasan zat endorphin dalam darah yang
menimbulkan rasa nikmat.
Pada wanita : Saat mengalami orgasme wanita dapat mengalami ejakulasi
yang jika ditakar cairannya sekitar satu sendok teh. Pada fase ini terjadi
kontraksi otot 1/3 bagian bawah vagina, bagian atas labia minora, uterus, rectum
dan pelepasan endorphin.
Pada fase ini bangkitnya gairah dapat disertai oleh respon-respon phisik antara
lain :
Perbedaan utama antara fase orgasmik wanita dan pria adalah jauh lebih banyak
wanita daripada pria yang memiliki kemampuan fisik untuk mencapai satu atau lebih
orgasme tambahan dalam waktu singkat tanpa jatuh di bawah tingkat kenaikan gairah
seksual. Mengalami orgasme berulang tergantung pada rangsangan dan minat seksual
berkelanjutan. Karena semuanya ini tidak terjadi setiap kali bagi kebanyakan wanita,
orgasme berulang tidak terjadi pada setiap hubungan seksual. Di sisi lain, saat
berlangsungnya ejakulasi, pria memasuki tahap pemulihan yang disebut periode
refraktori (pembelokan/pembubaran). Selama waktu ini, orgasme atau ejakulasi lebih
lanjut secara fisik tidak mungkin. Namun, beberapa pria bisa belajar mendapat
orgasme tanpa berejakulasi, dengan begitu menjadikannya mungkin untuk mengalami
orgasme berulang.
a. Pengkajian Keperawatan
1) Riwayat seksual
Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility,
kontrasepsi.
Klien yang mengalami disfungsi seksual/problem (impoten, orgasmic
dysfuntion, dll)
Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi
fungsi seksual (peny.jantung, DM, dll)
2) Pengkajian seksual mencakup:
Riwayat Kesehatan seksual
Pengkajian fisik
Inspeksi dan palpasi
Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian fisik
misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tidak
normal dari genital, perubahan warna pada genital, gangguan fungsi
urinaria, dan sebagainya..
3) Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya:
Adanya gangguan struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan,
setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital.
Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar
(masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah seksual;
kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi
seksual
Gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen; kehilangan
pasangan
Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara
lain :
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan:
- Ketakutan tentang kehamilan
- Efek antihipertensi
- Depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual
- Cedera medulla spinalis
- Penyakit kronis
- Nyeri
- Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai,
perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai.
Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan
kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata,
atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiran.
Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau
menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas
di definisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari
lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi
diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas
merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang
merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek yang
sering di bicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan berkembang
terus dari mulai lahir sampai kematian.
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan
dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan
menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut.
Pada saat ini perilaku seksual telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya.
Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah
merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas.
Tinjauan seksualitas terdiri dari aspek biologis, psikologis, dan seni budaya.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi masalah seksualitas yaitu:
a) faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap
terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan
yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup,
pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status
perkawinan),
b) faktor eksternal (kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga,
sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku
tertentu).
B. Saran
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di
defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati
paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia
sebagai mahluk seksual. Oleh karena itu seksualitas pada orang dewasa sangat
dibutuhkan dalam keharmonisan keluarga.
Dan diharapkan setelah mengetahui tentang kebutuhan seksualitas, dapat memahami
kebutuhan seksualitas yang sebenarnya. Jangan sampai mengakibatkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan seksualitas lainnya.