Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Seksualitas di definisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling
dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa
pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual.
Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas
dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik
hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan
dari bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus dari mulai
lahir sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan
keseimbangan seks dan seksualitas.
Elemen-elemen tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait
dengan identitas dan peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya
dipandang dari aspek biologis. Elemen sosiokultural, yang terkait dengan
pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan
seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir
adalah elemen perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini
dikemukakan berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara
identitas dan peran gender dari aspek psikososial. Termasuk tahapan
perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh individu
berdasarkan gendernya.
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan seksualitas yang sehat
yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi.
Seksualitas dalam hal ini berkaitan erat dengan anatomi dan fungsional
alat reproduksi atau alat kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan
fisik dan biologis manusia.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pengertian seksualitas ?
b. Bagaimana perkembangan seksualitas pada manusia ?

1
c. Bagaimana dimensi agama dan etik terhadap seksualitas ?
d. Apa saja anatomi dan fisiologi organ seksualitas laki-laki ?
e. Apa saja anatomi dan fisiologi organ seksualitas perempuan ?
f. Apa faktor yang mempengaruhi seksualitas ?
g. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan disorientasi seksual ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian seksualitas
b. Untuk mengetahui perkembangan seksualitas
c. Untuk mengetahui dimensi dan etik
d. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi organ seksualitas laki-laki
e. Untuk mnegtahui anatomi dan fisiologi organ seksualitas perempuan
f. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi seksualitas
g. Untuk mengetahui dan mempelajari asuhan keperawatan klien dengan
disorientasi seksualitas

2
BAB II
PENINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN SEKSUALITAS
Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat
total, multi-determined dan multi-dimensi. Oleh karena itu, seksualitas
bersifat holistik yang melibatkan aspek biopsikososial kultural dan
spiritual.
Identitas seksual adalah pengenalan dasar tentang seks diri sendiri
secara anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi biologis, yaitu
kondisi anatomis dan fisiologis, organ seks, hormon dan otak dan saraf
pusat. Seorang anak dapat menafsirkan secara jelas perilaku orang lain
yang sesuai dengan identitas seksualnya, yang bagaimana seorang
memutuskan untuk menafsirkan identitas seksual untuk dirinya sendiri
atau citra diri seksual (sexual self-image) dan konsep diri.
Peran jender berhubungan dengan bagaimana identitas jender
seseorang diekspresikan secara sosial dalam perilaku jenis seks yang sama
atau berbeda. Identitas jender mulai berkembang sejak usia 2 hingga 3
tahun yang dipengaruhi oleh faktor biologis (embrionik dan sistem saraf
pusat), anatomi genital dan pola orang tua terhadap anak. Dengan
demikian, sebenarnya peran jender terbina melalui pengamatan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya seksualitas
tidak terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi
merupakan ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentang
kemesraan, menghargai dan saling memperhatikan secara timbal balik.
Perilaku seksual seseorang sangat ditentukan oleh berbagai kebutuhan,
antara lain kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, rasa aman psikologis,
serta harga diri sebagai wanita atau pria. Pada kondisi dimana
kesehatannya mengalami gangguan, seseorang kemungkinan besar akan
mengalami gangguan pemenuhan kemenuhan kebutuhan seksualitasnya,
yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku seksual.

3
Tinjauan Seksual Dari Beberapa Aspek

Makna seksual dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya:

1. Aspek Biologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi
dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, dan
adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan
kebutuhan seksual.
2. Aspek Psikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis
kelamin,sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identirasnya,
serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
3. Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku
di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilaku di masyarakat.

B. PERKEMBANGAN SEKSUALITAS

Perkembangan seksualitas diawali dari masa pranatal dan bayi, kanak-


kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta
dewasa.

1. Masa Pranatal dan Bayi

Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya
ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku
ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut
Sigmund Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah:

1) Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasaan, kesenangan, atau
kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit,
mengunyah, atau uk mendapat bersuara. Anak memiliki
ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk

4
mendapat rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah
masalah menyapih dan makan.
2) Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini
terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukkan
keakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri),
dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada
tahap ini anak sudah dapat dilatih dalam hal kebersihan.
2. Masa Kanak-Kanak

Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah, dan sekolah.


Perkembangan seksual pada masa ini diawali secara biologis atau fisik,
sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah:

1) Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak
pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak
laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya, sebaliknya anak
perempuan lebih suka pada ayahnya. Anak mulai dapat
mengidentifikasikan jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau
perempuan, belajar malalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai
mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin.
2) Tahap laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai
terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung
pada tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau
teman sebaya, dorongan libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak
sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui intetraksi dengan orang
dewasa, membaca, atau berfantasi.
3. Masa Pubertas

Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan
akan terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara
psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan citra tubuh (body image),
perhatian yang cukup besar terhadap perubahan fungsi tubuh, pemelajaran
tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat

5
badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada, atau
menstruasi bagi wanita. Tahap yang disebut Freud sebagai tahap genital ini
terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasaan anak pada tahp ini akan
kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap
lawan jenis.

4. Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur

Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks
sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa
pertengahan umur terjadi perubahan hormonal, pada wanita ditandai dengan
penurunan esterogen, pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan
cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi, pada pria ditandai
dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan
psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses
pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi perubahan peran.

5. Masa Dewasa Tua

Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah
atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan
penurunan intensitas orgasme pada wanita ; sedangkan pada pria akan
mengalami penurunan jumlah sperma, berkurangnya intensitas orgasme,
terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

C. DIMENSI AGAMA DAN ETIK


Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksannan agama dan
etik. Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan
dengan seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual.
Spektrum sikap yang ditujukan pada seksualitas direntang dari pandangan
tradisional tentang hubungan seks hanya dalam perkawinan sampai sikap
yang memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya.
Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu dapat
mengakibatkan konflik internal.

6
Beberapa pendekatan umum terhadap pembuatan keputusan
seksual etik disarankan oleh Masters, Johnson, dan Kolodny, (1982).
Dalam suatu pendekatan, keputusan seksual didasarkan terutama pada
agama. Apa yang dianggap seseorang sebagai benar dan salah secara
seksual sangat berkaitan dengnan sikap dan keyakinan agama. Keyakinan
agama kontemporer memandang secara berbeda terhadap nilai, perilaku
dan ekspresi seksual yang dapat diterima (Zawid, 1994). Beberapa badan
gereja besar di Amerika Serikat telah mengeluarkan kertas pernyataan
tentang seksualitas untuk menunjukkan posisi atzu keyakinan mereka.
Seseorang juga dapat menyatakan pada public bahwa ia menyakini system
seksual tetentu tetapi berperilaku cukup berbeda secaa pribadi. Pendekatan
kedua memandang setiap tindakan seksual antara orang dewasa yang
cukup umur dalam kehidupan pribadinya sebagai moral. Sebagian orang
percaya bahwa moral seksualitas meningkatkan pertumbuhhan pribadi dna
hubungan interpersonal. Sedangkan oaranglain percaya bahwa morallitas
tentang tindakan seksual harus diputuskan dengan dasar situasi di mana
hal tersebut terjadi.
Akibatnya individu mempunyai perbedaan keyakinan dan nilai
seksual mereka. Michael et al (1994)membagi responden menhjadi 3
kategori dengan dasar sikap dan keyakinan. Individu yang masuk ked
dalam kategori “tradisional” mengatakan bahwa keyakinan keagamaan
mereka selalu memberikan pedoman perilaku seksual mereka, dan bahwa
homoseksualitas, aborsi, dan hubungan seks pranikah dan di luar nikah
selalu di anggap salah. Kategori “relasional” berkeyakinan bahwa seks
harus menjadi bagian dari hubungan salaing mencintai tetapii tidak harus
terjadi dalam perkawinan.
Moralitas yang bersifat lebih individualistic meluas pada tahun
1960-1970. Banyak orang mengevluasi kembali kode moral mereka dan
mulai melihat seksualitas sebagai suatu cara ekspresi diri. Wanita
mengajukan hak-hak mereka untuk mengontrol reproduksi dan ekspresi
perasaan seksual mereka. Moralitas baru ini menekankan kepemilikan
tubuh dan perasaan seseorang, pikiran bebas dan aktualisasi diri.

7
Perjuangan dari tahun 1990-an tampak sebagaimana menggabungkan
moralitas individualitas ini (tanpa kehilangan apa yang telah dicapai)
dengan ekspansi seksualitas yang lebih monogamy. Peningkatan angka
penyakit seperti gonorea, klamidia, human papiloma virus (HPV), dan
HIV telah mempengarui penekanan kembali pada hubungan monogami.

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN SEKSUALITAS LAKI-LAKI


1. ANATOMI ORGAN SEKSUALITAS LAKI-LAKI
1) Skrotum
Merupakan kantong longgar yang tersusun atas kulit, fasia,
dan otot polos yang membungkus dan menopang testis di luar tubuh
yang pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Ada otot
dartos yaitu suatu lapisan serat dalam fasia dasar yang berkontraksi
untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon terhadap
udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantong scrotal, yang
setiap scrotal berisi satu testis tunggal yang dipisahkan oleh septum
internal.
2) Testis
Merupakan organ lunak tempat spermatozoa dan hormon pria
dibentuk. Kelenjar testis, bentuknya seperti telur, banyaknya 2 buah
menghasilkan sel mania tau sperma. Testis berbentuk oval agak
gepeng dengan panjang 4-5 cm dan diameter 2,5 cm. Fungsi untuk
menghasilkan hormon testoteron dan sperma. Dibagian kelenjar
testis ada beberapa bagian yaitu :
a. Tunika albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang
merentang ke arah dalam yang terdiri dari sekitar 250 lobulus.
b. Tubulus seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya
spermatogenesis yang terlilit dalam lobulus. Di dalamnya
terdapat sel sertoli yang fungsinya adalah memberi nutrisi pada
spermatozoa yang sedang berkembang, pembentukan hormone
testosterone dan estrogen serta produksi hormone inhibin
(negative feedback) sehingga FSH turun.

8
c. Duktus, yang membawa sperma matur dari testis ke bagian
eksterior tubuh.
d. Epididimis, yaitu tuba terlilit yang panjangnya mencapai 4-6
meter yang teletak di sepanjang sisi posterior testis. Di bagian
ini menerima sperma dari duktus aferen. Fungsi epididimis
sebagai tempat pematangan sperma. Epididimis menyimpan
sperma dan mampu mempertahankannya sampai enam minggu.
Selama enam minggu ini sperma akan menjadi motil, matur,
sempurna dan mampu melakukan fertilisasi.
e. Duktus deferen, adalah kelanjutan dari epididimis yang berupa
tuba lurus yang terletak dalam korda spermatic yang
mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik, saraf
SSO, otot kresmater dan jaringan ikat. Duktus ini mengalir
dibalik kandung kemih bagian bawah untuk bergabung dengan
duktus ejaculator.
3) Duktus ejaculator
Merupakan tempat pertemuan pembesaran (ampula) dibagian
kedua ujung duktus deferen dan duktus dari vesika seminalis.
Panjang mencapai sekitar 2 cm dan menembus kelenjar prostat untuk
bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung kemih.
4) Uretra
Merupakan saluran kemih yang merentang dari kandung
kemih sampai ujung penis sebagai saluran sperma dan urine.
Pengeluaran urine tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur
oleh kegiatan kontraksi prostat.
5) Kelenjar aksesoris
a. Sepasang vesikel seminalis, yang merupakan kantong
terkonvulsi (berkelok-kelok) yang bermuara kedalam duktus
ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa
yang kaya akan fruktosa, yang berfungsi untuk melindungi dan
memberi nutrisi sperma, meningkatkan pH ejakulat dan
mengandung prostaglandin yang mneyebabkan gerakan

9
spermatozoa lebih cepat, sehingga lebih cepat sampai ke tuba
falopi. Setengah lebih sekresi vesika seminalis adalah semen.
b. Kelenjar prostat, merupakan kelenjar yang terletak di bawah
vesika urinaria melekat pada dinding bawah vesika urinaria di
sekitar uretra bagian atas. Kelenjar prostat kira-kira sebesar
buah kenari. Prostat mengeluarkan cairan basa yang
menyerupai susu yang menetralisir asiditas vagina selama
senggama dan meningkatkan motilitas sperma yang optimum
pada pH 6.0 sampai 6.5. Fungsi untuk menambah cairan alkalis
pada cairan seminalis berguna untuk melindungi spermatozoa
terhadap tekanan yang terdapat pada uretra dan vagina.
c. Kelenjar bulbouretral (cowper), adalah sepasang kelenjar kecil
yang ukurannya dan bentuknya menyerupai kacang polong.
Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus
ke dalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta
ditambahkan pada semen (spermatozoa+secret).
6) Penis
Merupakan organ yang berfungsi untuk tempat keluar urine,
semen serta sebagai organ kopulasi. Penis terdiri dari 3 bagian, yaitu
zakar, badan, dan glans penis yang banyak mengandung ujung-ujung
saraf sensorik. Glans penis dilapisi oleh lapisan kulit tipis berlipat
yang dapat ditarik ke proksimal, yang disebut prepusium atau kulit
luar, prepusium ini dibuang saat melakukan pembedahan sirkumsisi.
Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris, yang
terdiri dari 2 korpus kavernosum dan 1 korpus spongiosum venetral
disekitar uretra.

2. FISIOLOGI ORGAN SEKSUALITAS LAKI-LAKI


1) Spermatogenesis
Pada tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel
germinativum yang berukuran kecil, dinamakan spermatogenia
menjadi spermatosit membelah diri membentuk dua spermatosit yang

10
masing-masing mengandung 23 kromosom. Setelah beberapa minggu
menjadi spermatozoa spermatid, pertama kali dibentuk masih
mempunyai sifat umum sel epiteloid. Kemudian sitoplasma
menghilang, spermatid memanjang menjadi spermatozoa terdiri dari
kepala, leher, badan dan ekor.
2) Sperma

Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke


seminiferus selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses
pematangan. Epididimis menyekresi cairan yang mengandung
hormone, enzim, dan gizi yang sangat penting dalam proses
pematangan sperma. Sebagian besar pada vas deferens dan sebagian
kecil di dalam epididimis.

Setelah terbentuk dalam tubuls seminiferus, sperma


membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati epididimis,
bergerak dari tubulus seminiferus bagian awal epididimis selama 18
jam-24 jam. Kedua testis dapat membentuk sperma kira-kira 120 juta
setiap hari, sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididimis,
dan sebagian besar disimpan dalam vas deferens dan ampula vas
deferens. Testis dapat mempertahankan fertilitasnya dalam duktus
genitalis selama 1 bulan, dengan aktifitas seksual yang tinggi
penyimpanan hanya beberapa hari saja.

Motilitas dan fertilitas sperma karena gerakan flagella melalui


medium cairan sperma normal cenderung untuk bergerak lurus
berputar, aktivitas ini ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit
basa. Pada medium yang sangat asam dapat mematikan sperma
dengan cepat. Aktifitas sperma meningkat bersamaan dengan
peningkatan suhu dan kecepatan metabolisme. Sperma pada traktus
genitalia wanita hanya dapat hidup 1-2 hari.

11
3) Semen

Berasal dari vas deferens, merupakan cairan yang terakhir


diejakulasi. Semen berfungsi mendorong sperma keluar dari duktus
ejakulatorius dan uretra, cairan dari vesikula seminalis membuat
semen lebih kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan
fibrinogen dari cairan vesikula seminalis membentuk kuagulum yang
lemah. Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam duktus
genitalia pria, setelah sperma diejakulasi ke dalam semen jangka
hidup maksimal sperma hanya 24-48 jam.

4) Pengaturan fungsi reproduksi


Pengaturan fungsi reproduksi dimulai dari sekresi hormone.
Pelepasan hormone gonadotropin (GnRH) oleh hipotalamus
merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi LH, hormon
perangsang LH, dan FSH. Hipotalamus melepaskan GnRH yang
diangkut ke kelenjar hipotalamus anterior dalam merangsang
pelepasan LH dan FSH darah porta. Perangsangan hormon ini
ditentukan oleh frekuensi dari siklus sekresi dan jumlah GnRH yang
dilepaskan setiap siklus. Sekresi LH mengikuti pelepasan GnRH dan
sekresi FSH berubah lebih lambat sebagai respons perubahan jangka
panjang GnRH.
5) Pengaturan spermatogenesis

FSH melekat pada sel-sel dalam tubulus seminifirus, pengikatan


ini mengakibatkan sel tumbuh dan mensekresi berbagai unsur
spermatogenik secara bersamaan. Testosteron berdifusi ke dalam
tubulus dalam ruang interstisial, mempunyai efek tropic terhadap
spermatogenesis. Untuk membangkitkan spermatogenesis
spermatogenesis dibutuhkan FSH maupun testosteron, dan testosteron
dapat mempertahankan spermatogenesis untuk waktu yang lama.

12
E. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN SEKSUALITAS
PEREMPUAN
1. ANATOMI ORGAN SEKSUALITAS PEREMPUAN
Genetalia Eksterna
Genetalia eksterna secara kesatuan disebut vulva atau pudendum.
Genetalia eksterna terdiri dari :
1. Tundun (Mons Veneris). Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang
terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa
pubertas.
2. Labia mayora (bibir besar), adalah dua lapisan kulit longitudinal yang
merentang kebawah dari mons veneris dan menyatu pada sisi posterior
perineum. Labium mayor analog dengan skrotum pada alat kelamin
pria.
3. Labia minora (bibir kecil), adalah lipatan kulit diantara labium mayora,
tetapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat.
Pertemuan lipatan-lipatan labia minora dibawah klitoris disebut
prepusium dan area lipatan dibawah klitoris disebut frenulum.
4. Klitoris, homolog dengan penis pada laki-laki, tetapi lebih kecil dan
tidak memiliki mulut uretra. Klitoris terdiri dari dua krura (akar), satu
batang dan satu glans klitoris bundar yang banyak mengandung banyak
ujung saraf dan sangat sensitive. Batang klitoris mengandung dua
corpora kavernosum yang tersusun dari jaringan erektil. Saat
mengembung dengan darah selama eksitasi seksual, bagian ini
bertanggung jawab untuk ereksi klitoris.
5. Vestibula, merupakan rongga yang berada di antara labia minora, muka
belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibula terdapat
muara-muara dari :
 Liang senggama (introitus vagina)
 Uretra
 Kelenjar Bartolin
 Klenjar Skene (parauretral) kiri dan kanan

13
6. Orifisium uretra, adalah jalur keluar urin dari kandung kemih, tepi
lateralnya mengandung duktus untuk kelenjar skene yang dianggap
homolog dengan kelenjar prostat pada pria.
7. Mulut vagina, terletak dibawah orifisium uretra. Himen (selaput dara)
adalah suatu membran yang bentuk dan ukurannya bervariasi,
melingkari mulut vagina.
8. Perineum (kerampang), yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan labia
mayor dan anus yang merupakan area berbentuk seperti intan yang
terbentang dari simpisis pubis di sisi anterior sampai ke koksiks di sisi
posterior dan ketuberositas iskial di sisi lateral. Panjangnya lebih
kurang 4 cm.

Genetalia Interna
Alat genetalia bagian dalam terdiri dari :
1. Ovarium, panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 1 cm dan dengan
bentuk seperti kacang kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah
tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Struktur ovarium dilapisi epitelium germinal (permukaan)
jaringan ovarium tersusun dari :
- Medula ovarium, merupakan area terdalam yang mengandung
pembuluh darah dan limfatik, serabut saraf, sel-sel otot polos dan
sel-sel jaringan ikat.
- Korteks, merupakan lapisan stroma luar yang rapat, yang
mengandung folikel ovarium (unit fungsional pada ovarium).
2. Tuba falopi (dua tuba uterin), fungsi menerima dan mentransport oosit
ke uterus setelah ovulasi, menyediakan tempat untuk pembuahan.
Panjang kira-kira 12 cm dan diameter 3-8 mm, yang ditopang ligamen
besar uterus. Fertilisasi biasanya terjadi di 1/3 bagian atas tuba falopi.
Tuba falopi terdiri atas :
- Infundibulum, adalah bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai umbai yang menyerupai jaring (fimbria)
untuk menangkap telur kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba.

14
- Pars interstialis, bagian yang terdapat di dinding uterus.
- Pars ismika/ismus, bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
- Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran leher tempat konsepsi
agak lebar.
Lumen tuba falopi dibungkus oleh epitel kolumnar dengan silia
yang panjang pada permukaan selnya. Silia berfungsi untuk
memfasilitasi pergerakan zigot nonmotil ke arah rongga uterus untuk
berimplantasi. Ketika silia mengalami kerusakan atau tidak mampu
bergerak, embrio dapat berimplantasi di dalam tuba falopi itu sendiri,
sehingga menimbulkan kehamilan ektopik.
3. Uterus, merupakan organ tunggal muscular dan berongga berbentuk
seperti buah pir terbalik dengan ukuran saat tidak hamil panjang 7 cm,
lebar 5 cm, dan diameter 2-3 cm. Organ ini terletak dalam rongga pelvis
diantata rectum dan kandung kemih. Fungsi uterus untuk menahan
ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum yang telah
keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba uterine ke uterus.
Bagian-bagian uterus :
- Dinding uterus, terdiri dari bagian terluar serosa (perimetrium),
bagian tengah (meometrium) yang merupakan lapisan otot polos dan
bagian terdalam (endometrium), bagian ini yang menjalani
perubahan siklus selama menstruasi dan membentuk lokasi
implantasi untuk ovum yang dibuahi.
- Fundus uterus, yang merupakan bagian bundar yang letaknya
superior terhadap mulut tuba falopi atau antara kedua pangkal
saluran telur.
- Badan uterus, merupakan luas berdinding tebal yang membungkus
rongga uterus
- Serviks, merupakan leher bawah uterus yang terkonstriksi
- Portio vaginalis, merupakan bagian serviks yang menonjol kedalam
ujung bagian atas vagina.
4. Vagina, adalah tuba fibromuskularis yang dapat berdistansi yang
merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstrual yang fungsinya sebagai

15
organ kopulasi perempuan. Ukuran vagina bervariasi tetapi panjang
sekitar 8-10 cm. Organ ini menghadap uterus pada sudut sekitar 45o.
Vagina dilembabkan dan dilumasi oleh cairan yang berasal dari kapiler
pada dinding vaginal dan sekresi dari kelenjar-kelenjar serviks.

2. FISIOLOGI ORGAN SEKSUALITAS PEREMPUAN


Fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit daripada fisiologi
reproduksi pria. Tidak seperti produksi sperma yang terus-menerus dan
sekresi tertosteron yang pada hakikatnya konstan pada pria, pelepasan ovum
bersifat intermiten dan sekresi hormon-hormon seks wanita memperlihatkan
pergeseran siklik yang lebar. Jaringan yang dipengaruhi oleh hormon-hormon
seks ini juga mengalami perubahan siklik, dengan yang paling jelas adalah
siklus haid bulanan. Pada setiap siklus, saluran reproduksi wanita
dipersiapkan untuk fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan dari
ovarium saat ovulasi. Jika pembuahan tidak terjadi maka siklus berulang. Jika
pembuahan terjadi maka siklus terhenti sementara sistem pada wanita tesebut
beradaptasi untuk memelihara dan melindungi makhluk hidup yang baru
terbentuk tersebut sampai ia berkembang menjadi individu yang mampu
hidup di luar lingkungan ibu.
Ovarium, sebagai organ reproduksi primer wanita, melakukan fungsi
ganda menghasilkan ovum (oogenesis) dan mengeluarkan hormone seks
wanita, estrogen dan progesterone. Hormon-hormon ini bekerja sama untuk
mendorong fertilisasi ovum dan mempersiapkan sistem reproduksi wanita
untuk kehamilan. Estrogen pada wanita mengatur banyak fungsi serupa
dengan yang dilakukan oleh testosterone pada pria, misalnya pematangan dan
pemeliharaan keseluruhan sistem reproduksi wanita dan membentuk
karakteristik seks sekunder wanita. Secara umum, kerja estrogen penting pada
proses-proses prakonsepsi. Estrogen penting bagi pematangan dan
pembebasan ovum, pembentukan karakteristik fisik yang menarik secara
seksual bagi pria, dan transpor sperma dari vagina ke tempat pembuahan di
tuba uterina. Selain itu, estrogen ikut berperan dalam perkembangan payudara
dalam antisipasi menyusui. Steroid ovarium lainnya, progesteron, penting

16
dalam mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk memelihara
mudigah/janin serta berperan dalam kemampuan payudara untuk menghasilka
susu.
Potensi reproduksi wanita terhenti selama usia pertengahan saat
menopause pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi
tidak teratur dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus sesudah
beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan siklus terhenti sama sekali.
Hormon-hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir
tidak ada. Penyebab menopause adalah matinya ovarium. Sepanjang
kehidupan seksual seorang wanita kira-kira 400 folikel primordial, tumbuh
menjadi folikel vesikular, dan berovulasi, sementara ratusan ribu ovum
berdegenerasi.
Ketika produksi estrogen turun dibawah nilai kritis, estrogen tidak lagi
dapat menghambat produksi FSH dan LH, juga tidak dapat merangsang
lonjakan LH dan FSH untuk menimbulkan ovulasi. Hilangnya estrogen
menimbulkan perubahan fisiologis tubuh :
- Rasa panas ditandai dengan kemunduran kulit yang ekstrem
- Gelisah, letih, dan ansietas
- Penurunan kekuatan pada tulang seluruh tubuh

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS


1. Pertimbangan perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial,
emosianal dan biologi kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi
seksualitas individu. Sejak lahir, gender, atau seks mempengaruhi perilaku
individu sepanjang kehidupannya.
2. Kebisaan hidup sehat dan kondisi kesehatan
Tubuh, jiwa da emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk
dapat mencapai kepuasan seksual. Trauma atau stres dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-
hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk

17
penyakit. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup
yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan.
3. Peran dan hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya
merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap
seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan
dipercayainya.
4. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak
langsung terhadap seksualitas.
5. Budaya, nilai dan keyakinan
Faktor budaya termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas
dapat mempengaruhi individu. Tiap budaya mempuyai norma-norma tertentu
tentang identitas dan perilaku seksual. Budaya turut menentukan lama
hubungan seksual, cara stimulasi seksual, dan hal lain terkait dengan kegiatan
seksual.
6. Agama
Pandangan agama tertentu diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap
ekspresi seksuallitas seseorang. Konsep tentang keperawanan, dapat diartikan
sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu.
7. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lillis & Le Mone (1997)
tergantung pada terbebasnya individu dari rasa bersalah dan ansietas.
Sebenarnya yang penting dipertimbangkan adalah rasa nyaman terhadap
pilihan ekspresi seksual yang sesuai, yang hanya bisa dicapai apabila bebas
dari rasa bersalah dan perasaan cemas.

18
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENYIMPANGAN SEKSUAL
1. Pengertian
Disfungsi seksual adalah gangguan seksual dimana klien mengalami
kesulitan untuk berfungsi secara adekuat ketika melakukan hubungan seksual
(Durand dan Barlow, 2006).

2. Jenis-jenis gangguan seksual


Jenis disfungsi seksual berdasarkan DSM IV yakni (Durand dan Barlow,
2006):
A. Gangguan Nafsu seksual
Terdapat dua gangguan yang merefleksikan masalah-masalah yang terkait
dengan fase nafsu dari siklus respon seksual. Masing-masing gangguan
ditandai oleh sedikitnya atau tidak adanya minat terhadap seks yang
menimbulkan masalah dalam suatu hubungan.
1. Gangguan nafsu seksual hipoaktif yaitu minat terhadap kegiatan atau
fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak diharapkan bila
dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang yang bersangkutan.
2. Gangguan aversi seksual yaitu perasaan tidak suka yang persisten dan
ekstrim terhadap kontak seksual atau kegiatan serupa itu.
B. Gangguan rangsangan seksual
Gangguan-gangguan rangsangan seksual disebut male erectile disorder
(gangguan ereksi pada laki-laki) dan female sexual arousal disorder
(gangguan rangsangan seksual pada perempuan).
1. Gangguan ereksi pada laki-laki yaitu ketidakmampuan sebagian laki-
laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai aktifitas
seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
2. Gangguan rangsangan seksual pada perempuan yaitu ketidakmampuan
sebagian perempuan untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi
vagina dan respon keterangsangan seksual yang membuat vagina

19
membesar sampai aktifitas seksual selesai dan keadaan ini terjadi
berulang kali.
C. Gangguan orgasme
Fase orgasme dalam siklus respon seksual dapat terdisrupsi dengan cara
tertentu. Orgasme dapat terjadi pada waktu yang tidak tepat atau tidak terjadi
sama sekali.
1. Inhibited orgasm (orgasme yang terhambat) yaitu ketidakmampuan
untuk mencapai orgasme meskipun nafsu dan keterangsangan
seksualnya cukup adekuat pada umumnya dialami oleh perempuan dan
jarang terjadi pada laki-laki (Stock, 1993; Wincze dan Barlow, 1997).
2. Female Orgasmic disorder ( gangguan orgasme pada perempuan).
Orgasme yang terhambat atau tidak terjadi sama sekali, yang terjadi
berulang kali pada sebagian perempuan, menyusul fase perangsangan
seksual yang normal; berhubungan dengan pengalaman mereka
sebelumnya dan stimulus saat itu.
3. Male orgasmic disorder (gangguan orgasme pada laki-laki). Orgasme
yang terhambat atau tidak terjadi sama sekali yang terjadi berulang kali
pada sebagian laki-laki menyusul fase perangsangan seksual yang
normal; berhubungan dengan umur mereka dan stimulus saat itu.
4. Premature ajaculation (ejakulasi dini). Yaitu ejakulasi sebelum orang
menginginkannya, dengan stimulus minimal dan keadaan ini terjadi
berulang kali.
D. Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder) adalah nyeri genital
berulang kali terjadi, yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan
sebelum, selama, atau setelah hubungan seksual.
1. Dyspareunia adalah rasa nyeri/sakit atau perasaan tidak nyaman selama
melakukan hubungan seksual.
2. Vaginismus. Spasme (kejang urat) pada otot-otot di pertiga luar vagina,
yang terjadi diluar kehendak, yang menggangu hubungan seksual, dan
keadaan ini berulang kali terjadi.

20
Parafilia

Kata parafilia (praphilia) diambil dari akar bahasa Yunani para, yang artinya
“pada sisi lain”, dan philos artinya “mencintai”. Pada parafilia (paraphilias),
orang menunjukan keterangsangan seksual (mencintai) sebagai respons terhadap
stimulus yang tidak biasa (“pada sisi lain” dari stimulus normal) (Nevid, Rathus
dan Greene, 2003).
Parafilia adalah gangguan dan penyimpangan seksual di mana rangsangan
seksual muncul nyaris secara eksklusif dalam konteks objek-objek atau individu-
individu yang tidak semestinya (Durand dan Barlow, 2006). Jenis-jenis parafilia:
1. Fetishism
Yaitu dorongan, fantasi dan perilaku yang merangsang secara seksual yang
melibatkan penggunaan benda-benda tak-hidup dan tak-lazim, yang
mengakibatkan distress atau hendaya dalam fungsi kehidupan, dan
keadaan ini berlangsung lama dan berulang kali terjadi (Durand dan
Barlow, 2006).
Normal bagi pria untuk menyukai tampilan, rasa, dan aroma baju dalam
milik kekasih mereka. Namun, pria dengan fetishism lebih memilih
objeknya daripada orang yang memilikinya dan tidak dapat terangsang
tanpa objek tersebut (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
o Transvestic fetishism
Adalah dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi yang
berhubungan yang melibatkan memakai pakaian lawan jenis (cross-
dressing) dengan tujuan untuk mendapatkan rangsangan seksual.
Transvestik fethisme dilaporkan hanya terjadi pada pria
heteroseksual. Biasanya, pria yang memakai pakaian lawan jenis
melakukannya secara tertutup/pribadi dan membayangkan diri
mereka menjadi wanita yang dicumbunya sambil bermasturbasi
(Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
2. Pedofil
Pedofil berasal dari kata “paidos” (bahasa yunani untuk “anak”). Ciri
utama dari pedofilia adalah dorongan seksual yang kuat dan berulang serta
adanya fantasi terkait yang melibatkan aktifitas dengan anak-anak yang

21
belum puber (biasanya 13 tahun atau lebih muda) (Nevid, Rathus dan
Greene, 2003).
3. Inses
Ketertarikan seksual yang menyimpang yang diarahkan pada anggota
keluarganya sendiri; sering kali berupa ketertarikan ayah terhadap putrinya
yang mulai matang secara fisik (Durand dan Barlow, 2006).
4. Voyeurism
Adalah Parafilia di mana rangsangan seksualnya berasal dari melihat
individu yang tidak menaruh curiga yang sedang membuka pakaian atau
telanjang (Durand dan Barlow, 2006).
5. Eksibisionisme
Adalah Kepuasan seksual diperoleh dengan mempertontonkan alat
kelamin kepada orang-orang asing yang tidak menaruh curiga (Durand dan
Barlow, 2006).
Orang dengan gangguan seksual ini mendapatkan kepuasan seksual
dengan mempertunjukan alat genitalnya di depan umum (Nevid, Rathus
dan Greene, 2003).
6. Frotteurism
Adalah suatu bentuk parafilia yang memiliki karakteristik adanya
dorongan seksual berulang yang melibatkan tindakan menabrakan diri atau
menggesek-gesekan diri ke orang lain tanpa izin untuk mendapatkan
kepuasan seksual. Cirri utamanya adalah dorongan seksual yang kuat
secara persisten dan fantasi terkait yang melibatkan menggosok atau
menyentuh tubuh orang tanpa izin. Froterisme atau “meremas” biasanya
terjadi pada tempat-tempat ramai, seperti kereta api bawah tanah, bus, atau
lift (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
7. Sadisme seksual
Sadism seksual maupun masokisme seksual berhubungan dengan
menyakiti atau menghina (sadisme) atau kesakitan/terhina (masokhisme).
Sadisme seksual merupakan parafilia dimana rangsangan seksualnya
berhubungan dengan menyakiti atau menghina (Durand dan Barlow,
2006).

22
8. Masokisme seksual
Suatu bentuk parafilia yang memiliki karakteristik adanya dorongan
seksual yang kuat serta fantasi yang melibatkan menerima rasa
direndahkan atau rasa sakit (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).

3. Penyebab terjadinya gangguan seksual


Penyebab disfungsi seksual jarang muncul sendirian, biasanya pasien yang
dirujuk ke klinik seksualitas mengeluhkan campuran bermacam-macam masalah
seksual, meskipun salah satunya mungkin paling menjadi keprihatinannya
diantaranya (Durand dan Barlow, 2006):
1. Kontribusi biologis
Sejumlah kondisi fisik dan medis memberikan kontribusi terhadap
disfungsi seksual (Kin dan Lipshultz, 1997; Wiegel, dan kawan-kawan, 2000;
Wincze dan Carey, 2001). Penyakit-penyakit neurologis dan kondisi-kondisi
lain yang mempengaruhi sistem saraf, seperti diabetes dan penyakit ginjal,
dapat secara langsung mempengaruhi fungsi seksual dengan mengurangi
sensitifitas di daerah genital, dan mereka merupakan penyebab lazim bagi
disfungsi ereksi pada laki-laki (Schover dan Jensen, 1988; Wincze dan
Barlow, 1997).
Sakit kronis secara langsung juga dapat mempengaruhi fungsi seksual.
Sebagai contoh, tidak jarang orang-orang yang pernah mengalami serangan
jantung yang takut sampai ke titik terpreokupasi untuk melakukan kegiatan
fisik yang terlibat dalam hubungan seksual. Mereka sering tidak mampu
mencapai titik terangsang meskipun diyakini oeh dokternya bahwa kegiatan
seksual aman bagi mereka (Cooper, 1988).
Penyebab utama disfungsi seksual adalah obat resep. Penanganan obat
untuk tekanan darah tinggi, yang disebut obat anti hipertensi, yang termasuk
golongan yang dikenal sebagai beta-blockers termasuk propanolol, dapat
memberikan kontribusi pada disfungsi seksual. Obat anti depresan trisiklik
serta obat-obat anti depresan dan anti kecemasan lain juga dapat menggangu
hasrat dan kerangsangan seksual pada laki-laki maupun perempuan (Segraves
dan Altof, 1999).

23
2. Kontribusi psikologis
Ketika dihadapkan pada kemungkinan untuk melakukan hubungan
seksual, individu yang disfungsional cenderung membuat perkiraan yang
terburuk dan menganggap situasinya relative negative dan kurang
menyenangkan (Weisberg, dkk, 2001). Mereka menghindari sejauh mungkin
agar dirinya tidak menyadari adanya stimulus seksual (dan oleh karenanya
tidak sadar seberapa jauh mereka terangsang secara fisik, sehingga mereka
membuat laporan yang terlalu rendah ketika dimintai informasi tentang
keterangsangannya).
Orang-orang yang fungsi seksualnya normal bereaksi terhadap situasi
seksual secara positif. Mereka memfokuskan perhatiannya pada stimulus-
stimulus erotis dan tidak menjadi terdistraksi. Ketika mereka menjadi
terangsang, mereka semakin memfokuskan diri pada stimulus-stimulus
seksual dan erotis tersebut dan membiarkan dirinya menjadi semakin
terangsang secara seksual.
3. Kontribusi sosial dan cultural
Bagi sebagian individu, stimulus seksual menjadi terasosiasi dengan afek
negative sejak masa kanak-kanak. Kelly, Strassberg, dan Kircher (1990)
menemukan bahwa selain menunjukan sikap yang lebih negative terhadap
masturbasi, memiliki rasa bersalah terhadap seks yang lebih besar, dan lebih
mempercayai mitos-mitos seks.
4. Interaksi antara faktor psikologis dan fisik
Sikap-sikap yang ditularkan secara sosial tentang seks dapat berinteraksi
dengan masalah hubungan interpersonal dan predisposisi untuk
mengembangkan performance anxiety, yang mengakibatkan terjadinya
disfungsi seksual.
Disfungsi seksual dapat berasal dari faktor biologis (seperti penyakit atau efek
alcohol, dan obat-obatan lain), faktor psikologis (kecemasan akan performa,
konflik yang tidak terpecahkan, atau kurangnya kompetensi seksual), dan faktor
sosiokultural (seperti pembelajaran budaya yang membatasi secara seksual)
(Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
Penyebab gangguan seksual (penyebab parafilia):

24
Parafilia dapat disebabkan oleh interaksi dari faktor biologis, psikologis, dan
sosial. Usaha untuk menangani parafilia harus dikompromikan dengan fakta
bahwa sebagian besar orang dengan gangguan ini tidak ingin berubah. Berbagai
hal dapat menjadi penyebabnya diantaranya (Nevid, Rathus dan Greene, 2003):
1. Perspektif teori belajar
o Stimulus yang tidak biasa menjadi stimulus terkondisi untuk rangsangan
seksual akibat pemasangannya dengan aktifitas seksual di masa lalu.
o Stimulus yang tidak biasa dapat menjadi erotis dengan cara melihatkannya
dalam fantasi erotis dan masturbasi.
2. Perspektif psikodinamika
Kecemasan kastrasi yang tidak terselesaikan dari masa kanak-kanak yang
menyebabkan rangsangan seksual dipindahkan pada objek atau aktifitas yang
lebih aman.
3. Perspektif multifaktor
Penganiayaan seksual atau fisik pada masa kanak-kanak dapat merusak pola
rangsangan seksual yang normal.
Model perkembangan parafilia (Durand dan Barlow, 2006) :
1. Asosiasi atau pengalaman seksual yang tidak semestinya pada masa anak-
anak (sebagian secara tidak disengaja dan sebagian melihat pengalaman orang
lain)
2. Kemungkinan terjadinya perkembangan yang tidak adekuat pada pola
rangsangan orang dewasa atas dasar suka sama suka.
3. Kemungkinan terjadinya perkembangan keterampilan sosial yang adekuat
untuk berhubungan dengan orang dewasa
4. Fantasi seksual tak pantas yang timbul berulang kali, yang berhubungan
dengan kegiatan masturbasi dn memperoleh penguatan
5. Usaha yang berulang kali dilakukan untuk menghambat rangsangan dan
perilaku yang tidak diinginkan yang (secara paradoksal) justru meningkatkan
pikiran, fantasi dan perilaku prafilia.

4. Penanganan gangguan seksual


Penanganan disfungsi seksual
a. Penanganan psikologis

25
Penanganan yang dilakukan dengan terapi seks. Dimana terapi seks
dilakukan untuk membantu orang agar dapat mengatasi disfungsi seksual
dengan meningkatkan harapan sels-efficacy, mengajarkan kompetensi
seksual, memperbaiki komunikasi seksual, dan mengurangi kecemasan
akan performa (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).
b. Penanganan medis
Berbagai teknik farmakologis dan operasi untuk menangani disfungsi
seksual telah dikembangkan. Empat macam prosedur yang paling popular
yaitu: obat oral, suntikan substansi vasoaktif, operasi, dan vacuum device
therapy (terapi dengan vakum) (Durand dan Barlow, 2006).
Penanganan parafilia
Orang dengan parafilia biasanya tidak mencari penanganan atas keinginan
sendiri. Mereka biasanya menerima penanganan di penjara setelah mereka divonis
melakukan penyerangan seksua. Atau mereka dirujuk ke sebuah penyedia
penanganan oleh pengadilan. Dalam kondisi ini, tidak mengherankan bahwa
pelaku penyerangan seksual seringkali melawan atau menolak penanganan.
Terapis menyadari penanganan dapat menjadi sia-sia jika klien kurang termotivasi
untuk mengubah perilaku mereka. Namun demikian, bukti menunjukan bahwa
sejumlah bentuk penanganan, terutama terapi perilaku dan terapi kognitif-
behavioral (CBT), dapat membantu pelaku penyerangan seksual yang ingin
mengubah perilaku mereka. Salah satu teknik behavioral yang digunakan untuk
menangani parafilia adalah aversive conditioning. Tujuan dari penanganan ini
adalah membangkitkan respon emosional negative pada stimulus atau fantasi yang
tidak tepat (Nevid, Rathus dan Greene, 2003).

a. Penanganan psikologis (Durand dan Barlow, 2006).:

Covert desensitization (desentisasi tertutup) yakni intervensi kognitif


behavioral untuk mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki dengan meminta
klien membayangkan konsekuensi-konsekuensi yang sangat aversif dari
perilakunya dan membangun asosiasi negative dan bukan asosiasi positif dengan
konsekuensii-konsekuensi tersebut.

26
Orgasmic reconditioning yaitu prosedur belajar untuk membantu klien
memperkuat pola-pola rangsangan seksual yang semestinya dengan cara
memasangkan stimuli yang tepat dengan sensasi yang menyenangkan dari
masturbasi.
Relapse prevention yaitu memperpanjang kemajuan terapeutik dengan
mengajari klien tentang cara mengatasi situasi sulit di masa yang akan datang.

b. Penanganan obat (Durand dan Barlow, 2006).:

Obat paling popular yang digunakan untuk menangani parafilia (Bradford,


1997) adalah antiandrogen yang disebut cyproterone acetate. Obat ini
mengeliminasi nafsu dan fantasi seksual dengan mengurangi tingkat testosterone
secara dramatis. Tetapi, fantasi dan rangsangan itu segera kembali bila obat
dihentikan

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISORIENTASI


SEKSUAL
A. Pengkajian
1. Identias Pasien
- Nama Klien
- Umur
- Agama
- Suku
- Pendidikan
- Alamat
- Pekerjaan
- Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi
kesehatan
- Status social ekonomi keluarga
2. Keluhan utama
3. Faktor Predisposisi
- Trauma

27
- Pengalaman masa lalu
- Pola asuh keluarga
- Hubungan dengan anggota keluarga
4. Peemriksaan Fisik
B. Diagnosa
1. Isolasi soisal berhubungan dengan harga diri rendah ditandai
dengan diasingkan oleh masyarakat, diskriminasi dan pelecehan
verbal atau intimidasi, memiliki perasaan komunitas (sense of
community) yang rendah.
2. Gangguan performa peran berhubungan dengan ketidakadekuatan
sosialisasi peran ditandai dengan perubahan perdepsi peran,
perubahan pola tanggung jawab, adaptasi yang tidak mrmadai
untuk berubah, kebebasan yang tidak memadai
3. Gangguan identitas diri berhubungan dengan kacau identitas sosial.
C. Intervensi
1. Dx. 1
Tujuan : pasien mampu berinteraksi dengan masyarakat dalam
3x24 jam.
5. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
6. Mengkaji penyebab isolasi sosial
7. Informasikan pada klien pentingnya berinteraksi dengan orang
lain
8. Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi
9. Bantu klie berinteraksi dengan orang lain secara betahap
2. Dx. 2
Tujuan : pasien akan memahami dampak situasi pada hubungan
personal, gaya hidup, dan penampilan yang sangat menyenangkan
dalam 1x24 jam.
10. Bantu pasien mengidentifikasi berbagai peran dalam hidup dan
berkeluarga
11. Bantu pasien dalam mengidentifikasi kekuatan diri

28
12. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perilaku baru untuk
memenuhi kebutuhan suatu peran
13. Bantu pasien dan keluarga untuk meningkatkan hubungan
dengan mengklarifikasikan perilaku peran yang spesifik.
3. Dx. 3
Tujuan : pasien akan menunjukan identitas diri dalam 3x24 jam.
14. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi
perasaannya.
15. Bantu klien untuk mengidentifikasi evaluasi diri yang positif
16. Kaji hubungan antara perilaku dan penilaian diri
17. Kajji dan gerakkan sistem pendukung yang ada saat ini
D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan perencamaan dengan hasil atau
respon yang didapat dari klien.
E. Evaluasi
S : respon subjektif klien setelah diberikan implementasi
O : respon kllien berdasarkan pengamatan perawat setelah diberi
implementasi
A : hasil anallisis perawat terhadap kondisi klien setelah dilakukam
implementasi
P : rencana tindakan keperawatan selanjutnya.

29
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat
total, multi-determined dan multi-dimensi. Identitas seksual adalah
pengenalan dasar tentang seks diri sendiri secara anatomis yang sangat
berhubungan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi anatomis dan
fisiologis, organ seks, hormon dan otak dan saraf pusat. Sedangkan
Disfungsi seksual adalah gangguan seksual dimana klien mengalami
kesulitan untuk berfungsi secara adekuat ketika melakukan hubungan
seksual (Durand dan Barlow, 2006).
B. SARAN

30

Anda mungkin juga menyukai