Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

Tinjauan seksual

Untuk memahami makna seksual secara dalam dapat ditinjau dari berbagai aspek,
diantaranya aspek biologi, aspek psikologi, dan aspek sosiokultural.

a. Aspek biologis, memandang dari segi biologi pada seksual seperti pandangan anatomi
dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, keberadaan
hormonal serta sistem saraf yang berfungsi untuk berhubungan dalam kebutuhan
seksual.
b. Aspek psikologi, pandangan terhadap identitas jenis kelamin atau gender identity,
sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang
gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
c. Aspek sosiokultural, pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku dimasyarakat
terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat.

2.1 Factor Perkembangan Seksual

A. Masa prenatal dan bayi

Masa ini perkembangan fisik atau biologi sudah mulai ada, dengan berkembangnya organ
seksual ynag mampu berespon terhadap rangsangan, seperti adanya ereksi paa penis pada
laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita, perilaku bayi ini dapat terjadi bila saat
mandi dan bayi merasakan adanya perasaan senang. Kemudian dalam perkembangan
psikoseksual menurut Sigmund freud pada masa ini akan mengalami tahap :

1. Tahap oral terjadi pada umur 0-1 tahun dengan perkembangan sebagai berikut :
kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat dapat dica[ai dengan cara memghisap,
menggit, mengunyah atau bersuara, ketergantungan sangattinggi dan ingin dilindungi
unntuk mendapatkan rasa aman.
2. Tahap anal terjadi pada umur 1-3 tahun dengan perkembangan sebagai berikut :
kepuasanpada fase ini adalah pengeluaran tinja, anak akan menunjukan keakuaanya
dan sikap sangat narsitik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat egoistic,
mulai mempelajari struktur tubunya.
a. Masa kanak-kanak

Masa ini dibagi dalam usia toodler, pra-sekolah dan sekolah. Perkembangan seksual pada
masa ini diawali berkembangnya secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan
psikoseksual masa ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan perkembangan sebagi
berikut : kepuasan pada anak terletaj oada rangsangan autoerotic yaitu meraba-
raba, ,arasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada jenis kelamin.
Anak laki laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya demikian sebaliknya
anak perempuan lebih suka pada ayahyan. Anak mulai dapat mengindentifikasi jenis
kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan dan belajar melalui interaksi pada
figure orang tua serta mulai mengembangkan peran gender atau pengembangan sesuai
dengan jenis kelaminnya
2. Tahap laten terjadi pada umur 5-12 tahun dengan perkembangan sebagai berikut :
kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam masa pubertas dan berhadapan
langsung pada tuntutan social, seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau
sebaya, dorongan libido mulai mereda. Pada masa ini dikenal sebagai masa sekolah
anal sudah banyak bertanya tentang seksual melalui interaksi dengan orang dewasa,
dari membaca, cerita atau fantasi.
b. Masa Pubertas

Masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi kematangan
secara psikoseksual, terjadunya peruabahan secara psikologi ini ditandai dengan perubahan
body image, perhatian yang cukup besar terhadap perubahan fungsi tubuhnya, belajar tentang
perilaku dan kondsi social dan perubahan yang lainnya. Seperti perubahan berat badan, tinggi
badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada atau menstruasi pada wanita. Pada masa
ini menurut freud sebagai tahap genetal terjadi pada umur lebih dari 12 tahun dengan
perkembangan sebagai berikut : kwpuuasan anak pada fase ini akan kembali bangkit dan
mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

c. Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur


Masa ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks sekundernya sudah
mencapai puncaknya, antara umur 18-30 tahun, kemudiapada masa pertengahan umur terjadi
perubha hormonal yakni terjadi penuruan estrogennya, pengecilan payudara, jaringan vagina
serta menurunnya cairan vagina selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi eraksi,
menurunnya ukuran penis serta menurunnya semen dan dari perkembangan psikoseksual
sudah mulai ada hubungan intim antara lawan jenis, proses menikah serta melahirkan anak
sehingga terjadi perubahan peran.

d. Masa Dewasa Tua

Perubahan yang terjadi pada masa ini diantaranya : atropi pada vagina, jaringan payudara,
menurunya cairan vagina, menrunnya intensitas orgasme, menurunnya produksi sperma,
kurangnya intensitas orgasme, terlambat pencapaian ereksi, terjadi pmbesara prostat.

2.2 Penyimpangan seksual pada orang dewasa

A. Pedofilia merupakan bentuk penyimpangan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan


seksual dengan memakai objek seorang anak, dengan ciri adanya perbuatan fantasi
hubungan seksual dengan anak pra pubertas, hal tersebut dapat dikarenakan adanya
kelainan mental seperti shizofrenia, atau gangguan kepribadian organik.
B. Exhibionisme merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan mempertontonkan
alat kelaminnya atau genitalnya didepan umum dalam mencapai rangsangan atau
kepuasannya karena tanpa menunjukkan kelamin di depan umum tidak memiliki gairah.
C. Fetishisme merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan menggunakan benda seks
seperti sepatu, pakaian dalam, kaos kaki atau lainnya untuk mencapai kepuasannya.
D. Transvestitisme/transvestisme merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan
mencari rangsangan atau kepuasan seksual dengan memakai pakaian dan berperan seks
yang berlawanan.
E. Transeksualisme merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan ciri adanya
perasaan tidak senang sesuai dengan alat kelaminnya, adanya keinginan ganti kelamin, dan
mereka tidak peduli terhadap statusnya apakah pria atau wanita.
F. Voyerisme/skopofilia merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan ciri selalu
melihat alat kelamin orang atau aktifitas seksual untuk mencapai rangsangan atau
pemuasan seksual.
G. Masokhisme seksual merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan ciri adanya
kekerasan, atau disakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologis untuk mencapai
rangsangan seksualnya.
H. Sadisme seksual merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual atau lawan dari
masokhisme seksual dengan ciri menyakiti obyeknya baik secara fisik maupun psikologis
(dengan menyiksa pasangan) hal tersebut karena adanya perkosaan, pendidikan yang
salah.
I. Homoseksual dan lesbianisme merupakan suatu keadaan seseorang dengan menunjukkan
perilaku seksual diantara orang dari seks yang sama untuk mencapai kepuasan.
J. Zoofilia merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan ciri terjadi pencapaian
kepuasan atau rangsangan seksual bila dengan binatang.
K. Sodomi/seksual analist merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual mencapai
kepuasannya melalui anus.
L. Nekropilia merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan melakukan seksual
dengan mayat atau melihat seks mayat.
M.Koprofilia merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan mencapai kepuasan
menggunakan fases.
N. Urolagnia merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan meminum urine untuk
mencapai kepuasan.
O. Oral seks/kunilingus merupakan bentuk penyimpangan seksual antara mulut dengan alat
kelamin wanita.
P. Felaxio merupakan bentuk penyimpangan seksual antara mulut dengan alat kelamin laki-
laki.
Q. Froterisme/friksionisme merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan cara
menggosokkan penis pada pantat wanita atau badan yang berpaikaina ditempat yang
penuh sesak manusia untuk mencapai kepuasannya.
R. Goronto seksual merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan lansia, dalam
mencapai titik kepuasan.
S. Frottage merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan cara meraba orang yang
disenangi tanpa diketahuai lawan jenis.
T. Pornografi merupakan suatu bentuk penyimpangan seksual dengan melihat tulisan orang
atau gambar yang dibuat secara khusus untuk mencapai rangsangan kepuasan.

2.3 Abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal


A. Prostitusi merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak
wajar dimana dorongan seks tidak terintregasi dalam kepribadian sehingga relasi seks
bersifat impersonal tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat ranpa adanya
orgasme pada wanita.
B. Perjinahan merupakan suatu bentuk relasi seksual antar laki-laki dari wanita yang bukan
secara legal hubungan antara suami atai istri.
C. Frigiditas merupakan ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau mengalalmi
orgasme selama senggama, adanya frigiditas ini atau ketiadaan nafsu dalam seks ini
ditandai dengan adanya wanita kurang sekali atau jistru tidak tertarik sama sekali pada
masalah seksual atau relasi seks atau tidak mampu menghayati orgasme dalam coitus.
D. Impontensia merupakan ketidakmampuan pria melakukan ereksi ketika melakukan
senggama.
E. Ejakulasi prematur merupakan kondisi dimana terjadinya pembuahan sperma terlalu dini
sebelum buah zakar melakukan penetrasi.
F. Vaginismus merupakan suatu peristiwa yang ditandai adanya kejang yang berupa
penegangan atau pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina yang sangat kuat
shingga penis terjepit sehingga tidak bisa keluar.
G. Disparuenia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kesulitan melakukan
senggama atau adanya sakit pada saat coitus, kejadian ini dapat terjadi pada saat sperma
keluar, karena cairan yang kurang dan lain lain.
H. Anorgasme merupakan suatu kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks disebabkan
gangguan psikis.
I. Kesukaran coitus pertama merupakan suatu keadaan dimana terjadi kesulitan dalam
melakukan coitus pertama yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan di antara
pasangan .

2.4 Siklus Respon Seksual

A. Siklus respon seksual, terdiri dari fase excitement, fase plateu, fase orgasme, dan fase
resolusi.
B. Fase excitement (kegembiraan), merupkan fase awal dalam respon seksual pada wanita
ditandai dengan adanya banyak lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami
ekspansi atau menebal, meningkatnya sesnsitfitas klitoris, kemudian putting susu tegang
dan ukuran buah dada meningkat, kemudian laki-laki ditandai dengan adanya ketegangan
atau ereksi pada penis dan penebalan atau elavasi pada scortum.
C. Fase plateu (kestabilan), fase setalah tahap excitement dilalui, pada wanita ditandai
dengan adanya terjadi retraksi dibawah clitoris, adanya lendir yang banyak dari vagina dan
labia mayora, elevasi dari cerviks dan uterus serta meningkatnya otot-otot pernafasan,
kemudian laki-laki ditanda dengan adanya pingkatan ukura gland penis dan meningkatnya
tekanan otot pernafasan.
D. Fase orgasme (puncak), merupakan fase puncak dalam siklus seksual yang mana pada
wanita ditandai dengan adanya kontraksi yang tidak sengaja dari uterus, rectal dan
spinchter, uretra dan otot lain dan terjadi hiperventilasi dn meningkatnya nadi, kemudian
pada laki-laki ditandai dengan adanya relaksasi pada spinchter kandung kencing,
hiperventilasi dan peningkatan nadi.
E. Fase resolusi (keteapan/keteguhan hati), meruoakan fase terkahir dalam respon siklus
seksual, pada wanita ditandai dengan adanya relaksasi dari dinding vagina secara
berangsur-angsur, perubahan warna pada labia mayora, pernafasan, nadi, tekanan darah,
otot-otot berangsur-angsur normal. Sedangkan pada laki-laki ditandai dengan adanya
penurunan pernafasan, denyut nadi serta adanya kehilangan ketegangan.

2.5 Faktor yang mempengaruhi masalah seksual

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gangguan dalam fungsi seksual,
diantaranya tidak adanya role model, gangguan struktur dan fungsi tubuh seperti adanya
trauma, obat, kehamilan, abnormalitas anatomi genetalia, kurang pengetahuan atau informasi
yang salah tentang seksual, penganiayaan secara fisik, adanya penyimpangan psikoseksual,
konflik terhadap nilai, dan kehilangan partner atau pasangan.

2.6 Masalah keperawatan pada seksualitas

Masalah keperwatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan perbuhan
disfungsi seksual. Pada pola seksual ini mengandung arti bahwa suatu kondisi seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan kesehatan seksual, sedang kesehatan
seksual sendiri adalah integrasi dari aspek somatik, emosional, intelektual dan sosial dari
keberadaan seksual yang dapat meningkatkan rasa cinta, komunikasi dan kepribadian.
Sedangkan disfungsi seksual adalah suatu keadaan individu mengalami atau beresiko
mengalami perbubahan fungsi seksual dinilai sebagai tidak berharganya dan tidak adequatnya
fungsi seksual.

Anda mungkin juga menyukai