Sesuatu yang hidup di alam semesta ini pasti akan mati. Sesuatu yang mati,
sudah pasti telah mengalami perkembangan sesuai dengan tahap dan fasenya.
Misalnya perkembangan manusia dari bayi hingga tua. Begitupun dengan hewan dan
tumbuh-tumbuhan, yang juga memiliki perkembangannya masing-masing.
A. Sigmund Freud
Cabang ilmu psikologi mengenal Sigmund Freud sebagai tokoh yang ahli
di bidang psikoanalisis. Di samping itu, ia juga tokoh yang mengembangkan teori
energy sexual dan libido di usia orang-orang dewasa. Sedangkan proses
perkembangan dari bayi lahir disebut fase pragenital atau stadium pragenital.
Ketika anak masuk ke usia lima tahun, anak memasuki fase oral, anal, dan
falik, di mana ketika berada di tiga titik fase tersebut, biasanya anak akan
mengalami perkembangan secara dinamis antara ketiganya. Setelah anak
menginjak usia sekitar enam tahunan, kepribadian anak mulai terbentuk.
Fase oral terhitung sejak bayi lahir pertama kali hingga men“capai usia
1 tahun. Fase oral ini ditandai dengan beberapa aktivitas fisik bayi lewat
mulutnya. Mulut menjadi barometer kea puasan-ketidakpuasan, kenikmatan
dan tidak nikmatnya yang bayi rasakan. Mulut di fase oral ini menjadi fungsi
penting bayi melakukan eksplorasi dan belajar.
Dengan meminum ASI, bayi akan belajar lewat mulut meres ka. Di
mana di dalam mulut terdapat lidah, sebagai perasa dan menelan. Ada juga
rongga mulut. Sama halnya ketika bayi memuntahkan sesuatu dari mulutnya,
orang jawa menyebutnya "gumoh", juga adalah bagian dari mekanismenya.
Setelah bayi berusia beberapa bulan biasanya akan tumbuh gigi. Saat
gigi susu tumbuh inilah, balita akan mengeksplorasi dengan cara lain.
Misalnya suka memasukan makanan apapun ke dalam mulutnya, menggigit
barang apapun yang ada di depannya, dan masih banyak lagi.
Fase kedua, yaitu fase balita menginjak usia 1 tahun sampai 3 tahunan.
Pada fase anal ini anak mulai bisa merasakan kepuasan (kateksis) dan tidak
kepuasan (antikateksis) lewat BAB. Bentuk kepuasan ketika mengeluarkan
BAB misalnya, yaitu rasa lega dan nyaman setelah mengeluarkannya. Di
sinilah secara tidak langsung anak dilatih keegoannya, Karena BAB murni
dikendalikan oleh anak itu sendiri. Di sinilahanak mulai belajar berbicara.
Pusat kegiatan pada fase ini berada pada analyang berkaitan ' dengan
fungsi eliminasi. Kemampuan mengeluarkan feses memberikan kepuasan
tersendiri kepada anak. Kepuasan tersebut bersifat egosentris, artinya anak
mampu mengendalikan fungsi tubuhnya.
d. Tugas perkembangan lain pada fase ini adalah bicara dan bahasa.
Usia di atas 3 tahun sampai 5 tahun adalah usia memasuki fase falik.
Di usia ini, fungsi organ yang berkembang adalah alat kelamin, seksualitas,
dan agresivitas. Misalnya, anak mulai merasakan kenikmatan saat melakukan
rangsangan terhadap anggota tubuh miliknya sendiri. Di tahap ini pulalah,
orangtua baik disadari atau tidak disadari memperkenalkan gender kepada
anak anak. Baik itu gender anak sebagai laki-laki maupun perempuan.
Dalam fase falik, alat kelamin menjadi pusat perhatian. Sehingga pusat
perkembangan adalah perasaan seksual dan agresif karena berfungsinya alat
kelamin. Hal-hal yang perlu dipahami pada fase ini antara lain:
Pada fase laten, anak mulai mengenal dan berhadapan langf sung
dengan dunia sosial. Fase laten adalah fase anak usia 5 taz hun sampai 12-13
tahun. Karena perkembangan motorik, dan 'kognisinya terbentuk, di fase laten
inilah anak mudah untuk di» didik. Anak juga mulai bisa diatur, dinasihati dan
dibentuk pea rilaku dan karakternya. Karena fungsi kognitif dan penalarannya
perlahan sudah mulai bekerja.
Pada fase ini anak lebih mudah dididik, dibandingkan fase ' hregenital
maupun fase pubertas atau genital. .Fase laten sering pula dinamakan sebagai
fase integritas, kar na anak mulai dia ,hadapkan pada berbagai tuntutan social.
b. Fase genital
6. Fase Genital
Banyak peneliti psikologi lahir setelah Sigmund Freud, salah satunya yaitu
Erik Erikson. Erikson adalah salah seorang tokoh psikososial. Ia mengembangkan
hasil penelitian Freud tentang perkembangan.
Teori Erikson yang masih bertahan sampai saat ini yaitu, tentang teori
perkembangan emosional seseorang sejajar dengan pertumbuhan fisiknya. Di
mana, selama terjadinya perkembangan, ada interaksi secara fisik dan psikologis.
Terjadinya proses perkembangan dari kecil hingga dewasa, dan yang dinamis
menjadi lebih tenang. Erikson juga memaparkan, setidaknya terdapat delapan
tahap fase perkembangan. Berikut adalah delapan fase tersebut.
1. Kepercayaan Dasar
Misalnya bayi yang sangat pulas ketika tidur. Bisa juga hubungan
antara anak dan ibu, yang mencerminkan rasa aman satu sama lain,
Munculnya rasa aman merupakan salah satu rasa kepercayaan. dasar pada bayi
terhadap ibunya.
2. Kemandirian
4. Berkarya
8. Integritas vs Keputusasaan
C. Sullivan
SULLIVA
N F. Bayi
F. kanak kanak
Fase F. juvenil
perkembangan F. Praremaja
F. Remaja awal
F. Remaja awal
F. Remaja
akhir
F. Dewasa
Berbioara tentang proses fisik yang melibatkan panca indra, ada beberapa
elemen yang juga akan memengaruhi hasil pengamatan. Misalnya mata, terjadinya
proses sensoris lewat mata diawali dengan adanya stimulus. Stimulus yang melewati
mata adalah somber cahaya. Cahaya yang masuk akan ditangkap oleh kornea. Di
dalam kornea terdapat aquos humor pada kamera okuli anterior. Kemudian baru
masuk ke bagian pupil. Di dalam pupil terdapat aquos humor pada kamera okuli
posterior. Barulah masuk lagi ke lensa kristalina, diteruskan ke korpus Vitreun, lanjut
lagi masuk ke retina, baru masuk ke bagian otak. Dari otak, akan menghasilkan kesan,
persepsi, dan asumsi.
Pengamatan ruang
Bagian dalam
Bagian dalam
A. Pengertian
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah lepas dari interaksi dengan
orang lain. Baik itu interaksi secara fisik maupun nonfisik. Prinsip interaksi sosial
adalah menerima stimulus respons dari pihak luar. Dalam bergaul dan berinteraksi
dengan orang lain, setiap orang mengalami proses pengamatan dan evaluasi terhadap
diri sendiri dan perilaku orang lain.
Evaluasi dan pengamatan yang diperoleh dari orang lain lewat panca indra
akhirnya menimbulkan persepsi. Persepsi membantu seseorang mampu memahami
keadaan lingkungan sekitar dan di‘ rinya sendiri. Persepsi ada yang bersifat positif,
dan ada juga yang bersifat negatif.
Persepsi tidak memiliki bentuk yang sama. Antara orang satu dengan orang
lain memiliki bentuk persepsi yang berbeda-beda. Menurut Bimo Walgito (2001),
persepsi dapat diartikan sebagai proses pengorganisasian terhadap stimulus respons
yang terintegrasi terhadap diri individu itu sendiri. Berbeda menurut Maramis (1999),
ia mengartikan persepsi sebagai daya untuk mengidentifikasi barang, hubungan,
kualitas dengan cara pengamatan.
B. Bentuk Persepsi
Persepsi mencakup dua proses yaitu bottom-up atau data driven processing
(aspek stimulus], dan top-down atau conceptually driven processing (aspek
pengetahuan seseorang). Hasil persepsi seseorang mengenai suatu objek, di samping
dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai
objek itu. Ada tiga aspek dalam persepsi yang dianggap sangat relevan dengan kognisi
manusia, yaitu pencatatan indra, pengenalan pola, dan perhatian. Sering kita
mendengar persepsi. Namun tidak banyak orang tahu bahwa persepsi memiliki dua
bentuk, yaitu external perception dan self-perception. External perception merupakan
persepsi yang terbentuk karena rangsangan dari luar individu. Sebaliknya, self
perception terbentuk dari dalam individu.
C. Dispersepsi
Segala bentuk perilaku yang normal dan wajar selalu bersandingan dengan
ketidaknormalan. Begitupun dengan individu dalam mempersepsikan sesuatu.
Gangguan ini disebut dispersepsi. Dampak dari gangguan persepsi bermacam-macam,
di antaranya adalah gangguan kejiwaan.
a. Halusinasi
b. Ilusi
c. Depersonalisasi
d. Derealisasi
e. Somatosensorik
f. Psikofisiologik
g. Agnosia