Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL PERKEMBANGAN PERILAKU

ABSTRAK
Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan
tentang hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang
diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika
terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada
umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini. Psikoanalisis memiliki banyak
hal untuk ditawarkan kepada pendidikan. Hubungan di antara mereka seperti
sebuah perkawinan di mana kedua pasangan sadar akan kebutuhan bersama
mereka, tapi tidak terlalu mengerti satu sama lain dan karena juga tidak
mengerti akan namanya menyatu. Jadi tujuan-tujuan pendidikan yang
dinyatakan berdasarkan analisis psikoanalisis adalah memberi tuntunan bagi
pendidik dan anak didik tentang apa yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan
yang mereka lakukan, dan tentang kemajuan yang dicapai oleh anak didik.
1. Menurut Sigmund Freud
Teori perkembangan psikoseksual sigmund freud adalah salah satu teori
yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling
kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui
serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi
dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual,
atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.

Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima
tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan
keperibadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.

Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah


kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap
yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap
awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap
“terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral
mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan
oral melalui merokok, minum, atau makan.

1. Fase Oral

Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting
untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui
kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya
tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan
anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui
stimulasi oral.

Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi
kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini,
Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau
agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok
makan, atau menggigit kuku.

2. Fase Anal

Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendaliankandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini
adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan
tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan
kemandirian.

Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di
mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan
pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat
mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan
produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat
sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif
dan kreatif.

Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa
anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum,
mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon
orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua
mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg
mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki,
boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau
mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-
analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.

3. Fase Phalic

Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-
anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya
bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu
kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin
memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga
kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut
Freud disebut pengebirian kecemasan.

Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama
perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya
bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.

Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-


seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak
perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya
terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini.
Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak
akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa
laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan
anak-anak.

4. Fase Latent

Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi
diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial.
Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan
komunikasi dan kepercayaan diri.

Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak
ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak
perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam
deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.

5. Fase Genital

Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat


seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus
hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh
selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu
sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
2. Menurut Erik Erikson
Erikson berusaha menggambarkan perkembangan kepribadian individu
dari masa kanak-kanak sampai tahapan dewasa melalui pendekatan sosial.
Erikson memperhitungkan aspek psikologis dan sosial individu dan
menghubungkannya dengan perilaku setiap orang dengan usia mereka.

Teori perkembangan psikososial Erikson dikembangkan dari


reintepretasi tahap psikoseksual Sigmund Freud lalu membuatnya menjadi
lebih eksplisit dan terintegrasi dengan aspek sosial dan psikologis. Erikson
mempertimbangkan perkembangan individu dari kecil sampai tua dengan
mengeksplorasi aspek budaya, masyarakat dan sejarah pada perkembangan
individu.

Dalam penelitiannya, Erikson membuktikan bahwa masyarakat atau


budaya mempengaruhi cara dalam mengasuh anak, struktur keluarga dan
kelompok sosial tertentu yang lalu berpengaruh dalam perkembangan anak
dalam berbagai macam ego yang diperlukan dalam menjalankan perannya
dalam kehidupan bersosialisasi.

8 Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson

Erikson membagi tahap perkembangan psikososial individu menjadi 8 tahapan


dan meyakinkan bahwa konflik dapat terjadi dalam tahap perkembangan dan
dapat membawa pengaruh positif dan negatif pada individu.

Erikson juga yakin apabila tahapan psikososial tertentu dapat terlewati dengan
baik maka kekuatan ego akan meningkat dan apabila sebaliknya tahapan
tertentu tidak terlewati dengan baik maka akan timbul rasa kurang yang bisa
terbawa sampai dewasa.
Trust vs Mistrust - Tahap 1 (0-2 tahun); pada masa bayi atau tahun pertama
adalah tahap perkembangan awal. Pada tahapan ini muncul rasa kepercayaan
pada orang yang mengasuh atau kepada ibu. Apabila anak mendapatkan
makan dan kasih sayang yang cukup maka akan timbul rasa aman dan percaya,
tetapi sebaliknya, apabila kebutuhan tidak terpenuhi pada masa ini,maka anak
akan merasa tidak aman dan tidak puas secara emosional.

Autonomy vs Shame and Doubt - Tahap 2 (2-3 tahun); pada masa tahapan ini
anak sudah mulai berkembang dan mulai melakukan hal sederhana sendiri,
seperti makan sendiri, berjalan dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan
orangtua dapat mendorong anak untuk bereksplorasi dibawah bimbingan
orang tua sehingga anak menjadi pribadi yang percaya diri dan mandiri.
Sebaliknya, apabila mereka tidak diberi kesempatan bereksplorasi, maka anak
akan cenderung menjadi pribadi yang bergantung pada orang lain dan kurang
percaya diri.

Initiative vs Guilt - Tahap 3 (3-6 tahun); pada tahapan ini anak sudah mulai
berkembang secara fisik dan intelektual. Pada tahap ini anak-anak mulai
menimbulkan sikap inisiatif untuk berinteraksi, bermain, menciptakan
permainan dan melakukan aktifitas. Penting agar anak anak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan rasa inisiatif dan kapan ingin bekerja
sama dengan orang lain. Apabila tahap ini tidak terpenuhi, maka dapat
menimbulkan rasa frustasi dan rasa bersalah dalam mengambil tindakan atau
bahkan ketidakpedulian.

Industry vs Inferiority - Tahap 4 (6-12 tahun); pada tahapan ini anak-anak


sudah mulai bersekolah dan mulai tertarik akan sesuatu disekitar mereka dan
mulai terlibat aktif pada interaksi sosial. Dukungan orang tua akan membangun
rasa percaya diri dan berkompetensi untuk memperoleh prestasi disekolah,
sebaliknya jika tidak mendapat dukungan, maka anak akan menjadi rendah
diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
Identity vs Role Confusion - Tahap 5 (12 - 20 tahun); pada tahapan ini,
seseorang mulai beranjak remaja dan mulai timbul rasa ingin tahu. Mereka
mulai mencoba untuk mencari identitas jati diri dan biasanya akan
berkelompok dengan teman-teman yang memiliki kesamaan dan pelan-pelan
mulai memikirkan masa depan. Jika anak menjalani tahapan ini dengan
mendapatkan dukungan orangtua yang cukup maka identitas positif pun akan
tercapai, sebaliknya bila banyak mendapat penolakan dari orang tua maka
akan menimbulkan kebingungan identitas dan menurunkan rasa percaya
dirinya.

Intimacy vs Isolation - Tahap 6 (20-40 tahun); ini adalah tahapan pertama


kedewasaan, yaitu merupakan tahapan saat seseorang sudah merasa siap
untuk menjalin hubungan yang lebih intim dengan orang lain dan memiliki
komitmen timbal balik. Kegagalan dalam berhubungan dapat menyebabkan
sesorang merasa depresi atau terasing dari orang lain.

Generativity vs Stagnation - Tahap 7 (40-65 tahun); ini adalah tahapan


kedewasaan. Kebanyakan orang sudah mapan, sudah berkeluarga dan memiliki
karir. Pada masa ini, seseorang berusaha menyeimbangkan kehidupan mereka.
Pada tahapan ini juga seseorang akan mempertanyakan dirinya sendiri apakah
apa yang sudah mereka lakukan, apakah mereka merasa puas atau justru
merasa stagnan.

Integrity vs Despair - Tahap 8 (usia 65 tahun - kematian); pada tahapan ini,


seseorang akan mendapatkan flashback mengenai alur kehidupan yang sudah
dijalani dan berusaha untuk mengatasi permasalahan yang sebelumnya tidak
terlaksana dengan baik, apabila berhasil maka seseorang akan meraih
kebijaksanaan apabila tidak tercapai mungkin akan mengalami putus asa.
2. Menurut Sullivan

Teori interpersonal Sullivan menekankan pentingnya semua tahap


perkembangan mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa
anak muda, masa praremaja, masa remaja awal, masa remaja
akhir dan masa dewasa. Perkembangan manusia yang sehat
terletak di atas kemampuan sebuah pribadi dalam membangun
keintiman dengan pribadi lain, namun sayangnya kecemasan
dapat lahir dari hubungan-hubungan antarpribadi yang tidak
memuaskan di usia berapapun. Menurut Sullivan tahap
perkembangan yang paling krusial tidak terletak pada masa kanak-
kanak melainkan pada masa praremaja dimana pada masa itu
anak pertama kali memiliki kemampuan untuk menjalin
persahabatan yang intim, yang belum sepenuhnya terganggu oleh
ketertarikan-ketertarikan hawa nafsu.

Struktur Kepribadian

Meskipun Sullivan memandang tegas sifat dinamis kepribadian,


namun menurutnya ada beberapa aspek kepribadian yang nyata-
nyata stabil dalam waktu yang lama: dinamisme, personifikasi,
sistem self, dan proses kognitif.

a.Dinamisme (The Dynamism)

Dinamisme adalah pola khas tingkahlaku (transformasi


energi, baik terbuka maupun tersembunyi) yang menetap dan
berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Dinamisme
yang melayani kebutuhan kepuasan organisme melibatkan bagian
tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem syaraf. Misalnya,
dinamisme makan melibatkan otot mulut dan leher.

b.Personifikasi (Personification)

Personifikasi adalah suatu gambaran─mengenai diri atau


orang lain─yang dibangun berdasarkan pengalaman yang
menimbulkan kepuasan atau kecemasan. Hubungan yang
memberi kepuasan akan membangkitkan image positif, sebaliknya
jika melibatkan kecemasan akan membangkitkan image negatif.
Misalnya, personifikasi yang dikembangkan oleh bayi mengenai
ibunya adalah gambaran ibu baik (good mother) yang diperoleh
dari pengalaman ibu menyusui dan merawatnya sehingga
menimbulkan kepuasan atau gambaran ibu buruk (bad mother)
yang diperoleh dari pendekatan ibu yang menimbulkan
kecemasan dan takut).

Ketika bayi mulai membedakan diri dengan lingkungannya, mulai


terbentuk personifikasi diri dan orang lain. Gambaran tentang diri
sendiri yang berkembang adalah saya baik (good-me) yang
dikembangkan dari pengalaman dihadiahi, dimulai dengan hadiah
kepuasan makan. Personifikasi saya buruk (bad-me)
dikembangkan dari pengalaman kecemasan akibat perlakuan ibu
atau pengalaman ditolak atau dihukum. Baik good-me maupun
bad-me bergabung ke dalam gambaran diri.

Personifikasi diri yang ketiga, bukan saya (not me) dikembangkan


dari pengalaman kecemasan yang sangat, seperti kekerasan fisik
atau mental. Not me menggambarkan aspek yang dipisahkan dari
self dan disertai dengan emosi unkani (uncanny) atau emosi yang
mengerikan dan berbahaya. Not me tidak pernah diintegrasikan
ke dalam kepribadian, dan tetap dipertahankan sebagai sistem
terpisah, yang bagi orang normal kadang muncul dan dianggap
“mimpi buruk.” Sedang orang yang menderita gangguan mental
yang serius, mungkin berhadapan dengan bukan saya sebagai
sesuatu yang sangat nyata.

c.Sistem Self (Self-System)

Sistem self merupakan bagian dinamisme yang paling


kompleks. Suatu pola tingkah laku yang konsisten yang
mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari
kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12 – 18 bulan,
usia ketika anak mulai belajar tingkah laku mana yang
berhubungan –
meningkatkan atau menurunkan kecemasan.
4) Proses Kognitif (cognitive prosess)
Menurut Sullivan proses kognitif atau pengalaman kognitif
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu prototaksis,
parataksis, dan sintaksis.

a) Prototaksis
Ialah rangkaian pengalaman yang terpisah pisah yang
dialami pada masa bayi dimana arus kesadaran (pengindraan,
bayangan, dan perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian
sebelum atau sesuadah.

b) Parataksis
Ialah pada awal tahun kedua bayi mulai mengenali
persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa-peristiwa. Hal
seperti ini disebut pengalaman parataksis.

c) Sintaksis
Ialah anak mulai berpikir sisntaksi ketika anak mulai belajar
bicara, mempelajari “kata” yang secara umum diterima sebagai
wakil dari suatu peristiwa. Sintaksis mulai mendominasi manusia
mulai umur 4 – 10 tahun.

Dinamika kepribadian menurut Sullivan sama seperti


pemikiran Freud yaitu kehidupan manusia sebagai system energy.
Konsep Sullivan terdiri dari tegangan (tension) yaitu potensi untuk
bertingkah laku yang disadari atau tidak disadari.

Anda mungkin juga menyukai