BAB 1
PENDAHULUAN
paling baik bahkan sampai yang paling buruk, yang dipengaruhi karena orang lain
di sekitarnya. Adapun uraian-uraiannya seputar tahap-tahap perkembangan
psikoseksual menurut Freud seperti oral, anal, phallik, Latensi dan Genital.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana teori perkembangan psikologi berdasarkan teori psikoseksual
Sigmund Freud ?
1.2.2 Apa saja masalah psikologis yang terjadi jika tahapan psikoseksual tidak
berjalan dengan baik ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.3.1 Untuk mengidentifikasi teori perkembangan psikologi berdasarkan teori
psikoseksual Sigmund Freud
1.3.2 Untuk mengindentifikasi masalah psikologis yang terjadi jika tahapan
psikoseksual tidak berjalan dengan baik.
3
BAB 2
DASAR TEORI
pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex (hasrat anak secara seksual
memiliki orang tua dengan jenis kelamin berbeda), yang diikuti
fenomena castration anxiey (pada laki-laki) dan penis envy (pada
perempuan).
Pada mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai
ibunya yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah
sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu. Pada anak laki-laki,
persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalau-kalau ayah memakai
kekuasaannya untuk memenangkan persaingan merebut ibunya. Gejala ini
disebut cemas dikebiri atau castrationanxiety. Kecemasan inilah yang
kemudian mendorong laki-laki mengidentifikasikan diri dengan ayahnya.
Perlu diingat bahwa sikap orangtua sangat mempengaruhi bagaimana
anak melewati tahap ini. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua
untuk membantu anak melewati fase ini dengan sehat:
a. Orangtua senantiasa mempertahankan keharmonisan keluarga
b. Ibu menjalankan perannya dengan baik sebagai sosok yang feminin,
penuh kasih sayang, gembira, bersikap ramah, namun juga memiliki
ketegasan.
c. Ayah mampu menjalankan peran dengan baik sebagai kepala ruamh
tangga yang senantiasa memenuhi kebutuhan keluarga, melindungi,
bersikap adil, dan mampu menunjukkan sikap kasih sayang.
2. Tahap Anal
Masalah pada tahap ini jika Ibu yang membiarkan anak tanpa toilet training,
akan membuat anak bebas melampiaskan tegangannya dengan mengelurkan
kotoran di tempat dan waktu yang tidak tepat, yang di masa mendatang
muncul sebagai sifat ketidakteraturan/jorok, deskruktif, semaunya sendiri,
atau kekerasan/kekejaman (anal exspulsiveness personality).
3. Tahap Falis
Pada anak perempuan:
a. Penis Envy
Pada tahap ini, anak perempuan merasa cemburu pada anak laki-laki
karena ia tidak memiliki penis. Rasa iri ini muncul disertai dengan
perasaan tidak puas dan tidak menyukai diri sendiri karena menganggap
bahwa ada kekurangan di dalam dirinya. Pada tahap ini, anak perempuan
juga seringkali menyalahkan ibunya karena menganggap bahwa ibunya
yang membuat ia tidak memiliki penis.
Sikap ramah dan kasih sayang dari seorang ibu akam membantu anak
perempuan untuk melewati tahap ini dengan baik. Namun jika tidak,
maka anak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya
sebagai seorang perempuan dan bahkan bisa saja memprotes atau
menolak kewaanitaannya.
b. Masculine Protest
Pada tahap ini anak perempuan melakukan protes terhadap kewanitaannya
dan mulai mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki. Biasanya pada tahap
ini anak perempuan tampil lebih agresif, bersifat keras, dan senang
10
4. Fase Laten
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif
stabil. Adapun jika fase ini mengalami gangguan akan berakibat pada
perilaku anak saat dewasa nanti akan terjadi perilaku seperti:
11
5. Fase Genital
Konflik yang terjadi pada periode ini lebih jarang dibandingkan dengan
tahap lain. Sanksi sosial ada untuk mengontrol ekspresi seksual yang harus
ditaati oleh para remaja, tetapi konflik dorongan seksual dapat ditekan para
remaja setidaknya melalui substitusi ke perilaku yang dapat diterima oleh
masyarakat dan selanjutnya berhubungan dan berkomitmen dengan orang yang
berlawanan jenis. Konflik yang biasanya terjadi karena pada fase-fase
sebelumnya tidak berjalan dengan baik. Karena jika tahap lainnya telah selesai
dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara
berbagai bidang kehidupan. Kegagalan fase ini mengakibatkan beberapa
masalah psikologi seperti:
a. Kekacauan identitas seperti:
1) Transvestite
Adalah istilah yang diberikan kepada lelaki heteroseksual yang menginginkan
memakai pakaian perempuan.
2) Transeksualisme.
Transeksualisme adalah penyimpangan psikoseksual berupa merasa lebih
nyaman hidup sebagai lawan jenisnya. Seorang laki-laki dewasa yang
kewanita-wanitaan dan lebih nyaman memakai pakaian wanita lama-lama dia
12
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA