Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan kehidupan anak terdapat berbagai macam proses

perkembangan, diantaranya perkembangan psikoseksual. Sigmund Freud

mengatakan bahwa adanya kemampuan pada bayi sejak lahir dalam

merasakan kenikmatan yang terjadi melalui kontak kulit, kenikmatan

tersebut merupakan rangsangan seksual, namun rangsangan seksual ini

berbeda dengan yang dialami orang dewasa sebab yang dialami bayi

tersebut bersifat umum dan terjadi pada semua anak dimana saja (Salkind,

2009).

Fase falik merupakan salah satu bagian dari tahap-tahap

perkembangan psikoseksual, fase falik adalah fase dimana alat kelamin

merupakan daerah organ terpenting. Fase falik berlangsung pada tahun

keempat atau kelima, yaitu suatu fase ketika libido (gairah seksual)

dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Anak mulai tertarik

untuk memainkan alat kelaminnya dengan maksud untuk memperoleh

suatu kepuasan. Pada fase ini anak sudah mengetahui tentang hubungan

seks karena mereka pernah menyaksikan orang tuanya melakukan

hubungan seks atau mendengar cerita mengenai hubungan seks dari anak-

anak lain.

Perbedaan seksual antara anak laki-laki dan anak perempuan terjadi

dimasa falik pada usia 3-5 tahun dimana zona erogen pada fase ini adalah

organ genital, diwujudkan dengan perilaku anak memainkan alat

kelaminnya. Perilaku tersebut sering dianggap tabu oleh orang tua

FASE FALIK/PHALLLIC 1
terutama ibu sebagai pengasuh utama dan pertama, sehingga banyak anak

yang mengalami kegagalan pada fase falik. Kegagalan fase ini dapat

berakibat terhadap berbagai penyimpangan seperti gangguan kepribadian,

psikopatologi neurosis, dan histeria (Nurdin, 2011).

2. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk dapat lebih mengetahui

dan memahami tentang fase-fase perkembangan psikoseksual pada seorang

anak. Selain itu juga bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam

kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Dr.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

FASE FALIK/PHALLLIC 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah

satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling

kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui

serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-

energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi

psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di

belakang perilaku.

Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk

oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar

dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di

kemudian hari.

Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya

adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan

pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih

pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu

akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku

pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat

mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.

Tahap Oral

Ini adalah tahap pertama yang dimulai sejak anak dilahirkan

hingga sekitar usia 1 tahun. Anak pada usia ini berfokus pada mulut untuk

mendapatkan rasa nikmat. Freud menyebutnya sebagai kenikmatan seksual

FASE FALIK/PHALLLIC 3
(Freud mengartikan seksual secara luas). Ketika anak memasukkan benda

kedalam mulut, maka seluruh organ oral terlibat dalam mewujudkan rasa

nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh anak. Ia merasakan kenyamanan.

Tahap Anal

Tahap anal berlangsung kurang lebih antara umur 1-3 tahun. Fase

ini bersamaan dengan latihan penggunaan toilet (taoilet training). Latihan

ini secara lebih luas, bisa diartikan latihan untuk mengendalikan

pengeluaran dari kandung kemih dan isi perut. Pada fase ini, orientasi

kenikmatan (seksual) berada pada area anal (anus). Mengeluarkan feses

dari anus adalah hal yang membanggakan. Anak merasakan sedang

berproduksi, menghasilkan sesuatu dari dalam dirinya. Bahkan prosesnya

adalah sebuah kenikmatan, yaitu ketika feses bergerak melalui saluran.

Ketika orang dewasa menghendaki anak mengeluarkan kotoran pada saat

dan tempat yang tepat (toilet training), menahannya juga menjadi

kenikmatan bagi anak, karena memenuhi harapan orang dewasa di

sekitarnya.

Tahap Phallic

Tahap Pahllic berlangsung antara usia 3-5 tahun. Di tahap ini,

anak mulai menggeser area kenikmatan seksualnya pada alat kelamin.

Anak mulai bisa menikmati sentuhan (rangsangan) pada alat kelaminnya.

Yang khas dari tahap ini adalah terjadinya oedipus complex, yaitu fase

dimana anak laki-laki begitu mencintai ibunya dan merasa bahwa ayahnya

adalah saingan. Pada tahap ini pula Freud menjelaskan konsepnya tentang

penis envy, yaitu rasa iri anak perempuan atas kepemilikan penis anak

lelaki. Memang terdengar sarkastik dalam menggambarkan dominasi laki-

FASE FALIK/PHALLLIC 4
laki secara kultural, atau kepemimpinan laki-laki secara historis. Apapun

itu, memang terdengar sangat sarkastik.

Tahap Latensi

Tahap latent terjadi saat hasrat oedipal ditekan dan mereda. Ini

terjadi sampai masa pubertas. Sebenarnya, penelitian membuktikan bahwa

hasrat seksual justru meningkat sampai puncaknya pada masa pubertas.

Represi seksualitas karena dianggap tabu pada masa hidup Freud,

membuat hasrat seksual harus dikendalikan dan ditekan.

Tahap Genital

Tahap terakhir dari perkembangan psikoseksual adalah fase

genital, yang terjadi sejak pubertas. Fase Oedipus tidak lagi ditekan, tetapi

sudah selesai pada fase ini. Bentuk penyelesaiannya adalah

penyempurnaan objek pemuas dorongan seksual, yaitu melalui

persenggemaan dengan lawan jenis.

Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud dan Erikson

1. Teori Kepribadian Sigmund Freud

Sigmund freud disebut juga sebagai Bapak Psikoanalisa yang

lahir di Moravia , 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23

September 1939. Freud menganggap bahwa kesadaran hanya merupakan

sebahagian kecil saja dari seluruh kehidupan psikis. Ia beranggapan untuk

memahami kepribadian manusia , psikologi kesadaran tidaklah

mencukupi, orang harus menjelajah secara mendalam ke daerah

ketidaksadaran. Pokok-pokok teori Freud mengenai kepribadian, Ada 3

struktur kepribadian menurut Freud, yaitu :

FASE FALIK/PHALLLIC 5
• Das Es (Id)

Das Es atau disebut juga dengan Id adalah aspek biologis dan

merupakan sistem original di dalam kepribadian, dari aspek inilah kedua

aspek yang lain akan tumbuh. Das Es berisikan hal-hal yang dibawah sejak

lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink. Id lebih berorientasi pada

kesenangan (pleasure principle). Id merupakan sumber energi psikis,

maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink kehidupan atau

dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll) dan instink

kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku.

Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak

menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh 2

proses, yaitu: refleks dan proses primer (the primary process). Refleks

merupakan reaksi mekanis/otomatis yang bersifat bawaan, contoh: bersin

dan berkedip. Sedangkan proses primer merupakan reaksi psikologis yang

lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi tegangan dengan

melakukan fantasi atau khayalan. Misalnya pada saat lapar menghayalkan

makan, pada saat dendam menghayalkan balas dendam, dsb. Namun rasa

lapar tidak akan segera hilang hanya dengan kita menghayalkan makanan.

Oleh karena dengan proses primer tidak dapat mereduksi ketegangan atau

memenuhi keinginan atau dorongan maka cara atau proses baru perlu di

kembangkan. Atas dasar inilah komponen kepribadian kedua terbentuk,

yaitu Ego (Das Ich).

• Das Ich (Ego)

Ego merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang

membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instink mana yang

FASE FALIK/PHALLLIC 6
akan dipuaskan dan bagaimana caranya atau sebagai sistem kepribadian

yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas

(reality principle) . Peran utama ego adalah sebagai moderator (perantara)

atau yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat untuk mencapai

kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (eksternal social

world) yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertugas

untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang

cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.

• Das Uber Ich (Super ego)

Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang

berkaitan dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan

buruk, benar dan salah. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5

tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan

menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah

lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya.

Apabila tingkah lakunya ternyata salah atau tidak sesuai dengan ketentuan

orang tuanya kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa itu

membentuk kata hati (conscience) anak, sedangkan apabila tingkah

lakunya baik maka peristiwa itu membentuk ego-ideal anak.

2. Terori Kepribadian Erik Erikson

Erik Erikson lahir di kota Frankfurt, Jerman tanggal 15 Juni 1902.

Erikson adalah seorang Freudian dan penulis utama psikologi ego. Artinya

erikson pada dasarnya menerima gagasan Freud termasuk gagasan yang

belum pasti seperti oedipal complex, dan menerima gagasan tentang ego

yang didukung oleh para pendukung setia Freudian. Erikson memandang

FASE FALIK/PHALLLIC 7
identitas ego sebagai polarisasi dari seseorang itu menurut perasaan

dirinya sendiri dan apa seseorang itu menurut anggapan orang lain.

• Ego Kreatif

Erikson memandang ego sebagai kemampuan seseorang untuk

menyesuaikan diri secara kreatif dan otonom. Ia menjelaskan bahwa ego

ini mempunyai kreativitas dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, tidak hanya di tentukan oleh faktor internal yang berasal

dari dalam diri individu tetapi juga ditentukan oleh faktor sosial dan

budaya tempat individu itu berada. Erikson menggambarkan adanya

sejumlah kualitas yang dimiliki ego yang tidak ada pada psikoanalisis

Freud, yakni kepercayaan, penghargaan otonomi, kemauan ,kerajinan,

kompetensi, identitas, kesetiaan, dll.

• Teori Perkembangan Psikososial

Erikson mengatakan bahwa perkembangan itu memiliki prinsip

epigenetik , maksudnya adalah prinsip ini menjelaskan bahwa kehidupan

organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki identitas

yang tidak berbeda dengan organisme yang baru dan bagaimana pun

perkembangannya itu bertahap. Perkembangan individu meliputi

perkembangan psikososial dan psikoseksual . Ada 8 tahap perkembangan

menurut erikson, yaitu:

1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada

umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini

FASE FALIK/PHALLLIC 8
adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus

menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.

2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu

Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular

stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai

dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan

pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat

memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.

3. Inisiatif vs Kesalahan

Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-

locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada

suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6

tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah

untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan

kesalahan.

4. Kerajinan vs Inferioritas

Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia

sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang

diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan kemampuan bekerja

keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.

5. Identitas vs Kekacauan Identitas

Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang

dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.

melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam

FASE FALIK/PHALLLIC 9
pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan

bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.

6. Keintiman vs Isolasi

yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30

tahun. Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan

berusaha menghindar dari sikap menyendiri.

7. Generativitas vs Stagnasi

Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan

ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.

salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna

keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan

tidak berbuat apa-apa (stagnasi).

8. Integritas vs Keputusasaan

Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja

yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas.

Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya

menghilangkan putus asa dan kekecewaan.

FASE FALIK/PHALLLIC 10
FASE FALIK/PHALLIC

PEMBAHASAN

Tahap Phallic berlangsung antara usia 3-5 tahun. Di tahap ini,

anak mulai menggeser area kenikmatan seksualnya pada alat kelamin yang

sebelumnya terdapat pada fase anal. Anak mulai bisa menikmati sentuhan

(rangsangan) pada alat kelaminnya. Yang khas dari tahap ini adalah

terjadinya oedipus complex, yaitu fase dimana anak laki-laki begitu

mencintai ibunya dan merasa bahwa ayahnya adalah saingan. Pada tahap

ini pula Freud menjelaskan konsepnya tentang penis envy, yaitu rasa iri

anak perempuan atas kepemilikan penis anak lelaki. Memang terdengar

sarkastik dalam menggambarkan dominasi laki-laki secara kultural, atau

kepemimpinan laki-laki secara historis. Apapun itu, memang terdengar

sangat sarkastik.

Sedangkan pada anak perempuan, terjadinya elektra complex,

electra complex adalah istilah psikoanalisis yang digunakan untuk

menggambarkan perasaan romantis seorang gadis terhadap ayahnya dan

marah terhadap ibunya. Perkembangan tersebut berbeda antara anak laki-

laki dan perempuan. Berikut adalah perkembangan sosiopsikologi yang

terjadi di tahap Phallik:

 Anak laki-laki

– Oedipus Complex

Oedipus Complex adalah munculnya rasa cinta (ketertarikan

seksual) anak laki-laki terhadap ibunya dan sekaligus sikap permusuhan

kepada ayahnya yang dianggap sebagai pesaing dalam memperebutkan

cinta dari sang ibu. Pada tahap ini, anak laki-laki mengalami konflik

FASE FALIK/PHALLLIC 11
internal antara membenci sang ayah karena dianggap sebagai pesaing

sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan ayahnya sebagai figur

otoritas di dalam keluarga. Oedipus Complex dapat terjadi karena sikap

ibu yang terlalu mengasihi anak laki-lakinya dan sikap ayah yang

terlalu keras dan otoriter dalam keluarga. Sehingga anak laki-laki akan

mencari perlindungan kepada ibunya. Sikap tegas dari ibu dan kasih

sayang ayah dapat membantu anak melewati tahap ini dengan baik.

– Castration Anxiety

Ini adalah kecemasan yang muncul sebagai akibat dari Oedipus

Complex, di mana anak laki-laki merasakan ketakutan bahwa sang ayah

akan memotong penisnya karena sikap permusuhannya. Untuk

mengatasi hal ini, anak laki-laki akan melakukan identifikasi terhadap

ayahnya.

 Anak perempuan

– Penis Envy

Pada tahap ini, anak perempuan merasa cemburu pada anak laki-

laki karena ia tidak memiliki penis. Rasa iri ini muncul disertai dengan

perasaan tidak puas dan tidak menyukai diri sendiri karena menganggap

bahwa ada kekurangan di dalam dirinya. Pada tahap ini, anak

perempuan juga seringkali menyalahkan ibunya karena menganggap

bahwa ibunya yang membuat ia tidak memiliki penis. Sikap ramah dan

kasih sayang dari seorang ibu akam membantu anak perempuan untuk

melewati tahap ini dengan baik. Namun jika tidak, maka anak akan

mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya sebagai seorang

FASE FALIK/PHALLLIC 12
perempuan dan bahkan bisa saja memprotes atau menolak

kewaanitaannya.

– Masculine Protest

Pada tahap ini anak perempuan melakukan protes terhadap

kewanitaannya dan mulai mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki.

Biasanya pada tahap ini anak perempuan tampil lebih agresif, bersifat

keras, dan senang mempermainkan laki-laki. Kondisi ini biasanya

terjadi pada lingkungan yang merendahkan wanita. Atau bisa juga

karena sikap dari ibu yang kurang menonjolkan sifat-sifat feminin.

– Electra Complex

Sikap di mana anak perempuan menjadi lebih dekat, simpati dan

menyayangi ayahnya lebih dari kepada ibunya. Hal ini berdasarkan

kenyataan bahwa dirinya tidak memiliki penis (Penis Envy). Electra

Complex dapat terjadi bila sang ibu bersikap terlalu keras terhadap anak

perempuan, sedangkan sang ayah bersikap lembut.

FASE FALIK/PHALLLIC 13
PENYEBAB

Stressor pada anak usia awal (TODDLER & PRA SEKOLAH)

Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan

berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena

hospitalisasi. Hospitalisasi adalah keadaan kritis pada anak saat anak

sakit dan dirawat di rumah sakit karena stress akibat perubahan keadaan

sehat biasa dam rutinitas lingkungan.

 Pengertian anak tentang sakit:

-Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku

buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan

tentang dunia di sekitar mereka.

-Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit,

tidak bias bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan

nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus

mengalami hospitalisasi.

-Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive,

cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua,

anak menjadi marah.

 Separation /perpisahan

-anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua

-anak sering mimpi buruk

 Kehilangan fungsi dan control

Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan

terganggunya fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya

FASE FALIK/PHALLLIC 14
percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan yang sudah

dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi;

ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.

 Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi

cemas

-Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi

-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

FASE FALIK/PHALLLIC 15
PENCEGAHAN

Perlu diingat bahwa sikap orangtua sangat mempengaruhi

bagaimana anak melewati tahap ini. Ada beberapa hal yang dapat

dilakukan orangtua untuk membantu anak melewati fase ini dengan sehat:

a. Orangtua senantiasa mempertahankan keharmonisan keluarga

b. Ibu menjalankan perannya dengan baik sebagai sosok yang feminin,

penuh kasih sayang, gembira, bersikap ramah, namun juga memiliki

ketegasan.

c. Ayah mampu menjalankan peran dengan baik sebagai kepala ruamh

tangga yang senantiasa memenuhi kebutuhan keluarga, melindungi,

bersikap adil, dan mampu menunjukkan sikap kasih sayang.

FASE FALIK/PHALLLIC 16
INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM MENGATASI DAMPAK

HOSPITALISASI

 Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan

asuhan keperawatan

 Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga

 Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak

 Beri dukungan pada anak dan keluarga

 Beri informasi yang adekuat.

FASE FALIK/PHALLLIC 17
BAB III

KESIMPULAN

A. Makna Perkembangan

Makna perkembangan kepribadian menurut Freud adalah

belajarnya individu dalam setiap tahap perkembangannya dalam mengatasi

kematangan dan ketegangan yang dialaminya. Adapun tahapan

perkembangan menurut Freud disebut tahapan-tahapan perkembangan

psikoseksual Freud.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Psikoseksual

Tahap-tahap perkembangan psikoseksual Freud adalah tahap oral, anal, phallik,

laten dan genital.

Tahapan Usia Pusat Erotis Pengalaman atau Tugas


Kunci
Oral 0-1 tahun Mulut Penyapihan dari
menyusu
Anal 1-3 tahun Anus Toilet Training
Phallik 3-5 tahun Penis Identifikasi kepada
model-model peranan
orang dewasa dan
mengatasi krisis oedipal
Latensi 6-12 tahun Tidak Ada Memperluas kontak
sosial
Genital 12 tahun ke Genital Membangun hubungan
atas yang lebih intim (akrab)
dan memberikan
kontribusi kepada
masyarakat melalui
bekerja

C. Fase Falik/Phallic

Tahap Phallic berlangsung antara usia 3-5 tahun. Di tahap

ini, anak mulai menggeser area kenikmatan seksualnya pada alat kelamin

yang sebelumnya terdapat pada fase anal. Anak mulai bisa menikmati

FASE FALIK/PHALLLIC 18
sentuhan (rangsangan) pada alat kelaminnya. Yang khas dari tahap ini

adalah terjadinya oedipus complex, yaitu fase dimana anak laki-laki begitu

mencintai ibunya dan merasa bahwa ayahnya adalah saingan. Pada tahap

ini pula Freud menjelaskan konsepnya tentang penis envy, yaitu rasa iri

anak perempuan atas kepemilikan penis anak lelaki. Memang terdengar

sarkastik dalam menggambarkan dominasi laki-laki secara kultural, atau

kepemimpinan laki-laki secara historis. Apapun itu, memang terdengar

sangat sarkastik.

FASE FALIK/PHALLLIC 19
DAFTAR PUSTAKA

1. Freud, S. (1920), The psychogenesis of a case of homosexuality in a


woman. Standard Edition, 18:145-172. London: Hogarth Press,
1955

2. Freud, S. (1935), Anonymous (Letter to an American mother). In:


The Letters of Sigmund Freud, ed. E. Freud, 1960. New York: Basic
Books, pp. 423-424.

3. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

4. Hambali, Adang dan Ujam Jaenudin. 2013. Psikologi Kepribadian


(Studi atas Teori dan Tokoh Psikologi Kepribadian). Bandung:
Pustaka Setia.

5. Bieber, I., Dain, H.J., Dince, P.R., Drellich, M.G., Grand, H.G.,
Gundlach, R.H., Kremer, M.W., Rifkin, A.H., Wilbur, C.B. &
Bieber T.B. (1962), Homosexuality: A Psychoanalytic Study. New
York: Basic Books.

6. Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

7. Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta:


Rajawali Press.

8. Yusuf, Syamsu dan Achmad Juntika Nurihsan. 2011. Teori


Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

9. Syamsu Yusuf dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian,


(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 57.

10. Just the Facts About Sexual Orientation & Youth: A Primer for
Principals, Educators and School Personnel, Just the Facts
Coalition, 1999, retrieved 201208-30

11. Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2012), hlm. 39.

12. Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian, (Bandung: Pustaka Setia,


2012), hlm. 23.

13. Drescher, J. (1998), Psychoanalytic Therapy and the Gay Man.


Hillsdale, NJ: The Analytic Press.

14. Adang Hambali dan Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian (Studi


atas Teori dan Tokoh Psikologi Kepribadian), (Bandung: Pustaka
Setia, 2013), hlm. 61-62.

FASE FALIK/PHALLLIC 20
15. Syamsu Yusuf dan Achmad Juntika Nurihsan, 2011, Op.Cit., hlm.
58.

16. Sumardi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali


Press, 2008), hlm. 50

17. Syamsu Yusuf dan Achmad Juntika Nurihsan, 2011, Op.Cit., hlm.
58-59.

18. Nicolosi, J. (1991), Reparative Therapy of Male Homosexuality: A


New Clinical Approach. Northvale, NJ: Aronson.

19. Syamsu Yusuf dan Achmad Juntika Nurihsan, 2011, Op.Cit., hlm.
63.

20. Rado, S. (1940), A critical examination of the concept of


bisexuality. Psychosomatic Medicine, 2:459-467.

FASE FALIK/PHALLLIC 21

Anda mungkin juga menyukai