Anda di halaman 1dari 11

PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL DEVIATION

Dr. Suparyanto, M.Kes


PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL DEVIATION
Pengertian Seksual Menyimpang

Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas
seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan
seksual (sexual harassment).

Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan


kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar.

Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku


atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar
hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner
yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam
masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi, 2010)

Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk


mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.
(Abdullah, 2008)

Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan
bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan, 2002)

Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual


yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin
heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa,
dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa
diterima secara umum.

Faktor-faktor Penyebab:
a.. Masalah seksualitas remaja timbul karena faktor-faktor berikut:
1). Meningkatnya libido seksualitas

Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas)


remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah
laku seksual tertentu.

2). Penundaan usia perkawinan

Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan,
baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang
menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk
pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang
makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang
dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya
berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti ciuman dan
masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan
untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.

3). Tabu-larangan

Ditinjau dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai seks tentunya


disebabkan karena seks dianggap sebagai bersumber pada dorongan-dorongan naluri di
dalam id.

Dorongan-dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan dorongan moral yang ada
dalam super ego, sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain
dalam bentuk tingkah laku terbuka.

Karena remaja (dan juga banyak orang dewasa) pada umumnya tidak mau mengakui
aktivitas seksualnya dan sulit diajak berdiskusi tentang seks, terutama sebelum ia
bersenggama untuk yang pertama kalinya.

Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya komunikasi, khususnya dengan


orang tua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.

4). Kurangnya informasi tentang seks

Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai
tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak
bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal
yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan
hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber
lain yang tidak akurat, khususnya teman.

5). Pergaulan yang makin bebas

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain,
tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita
sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2002).

b. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai faktor yaitu:
1. Waktu /saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa
yang akan dialaminya.
2. Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
3. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk
melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan
akan makin mendalam.
4. Hubungan antar mereka makin romantis.
5. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki
masa remaja dengan baik.
6. Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap
anak kurang baik.
7. Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah
melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan
melakukan hubungan seksual. Sebaliknya yang ekonomin lemah tetapi banyak
kebutuhan/tuntunan, mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya
demi mendapatkan sesuatu.
8. Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering
menggunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-tempat sepi.
9. Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ngin menunjukkan
penampilan diri yang salah untuk menunjukkan kemantapannya, misal mereka ingin
menunjkkan bahwa mereka sudah mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan
seksnya.
10. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang
dan alkohol makin lama makin meningkat.

11. Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya mana yang boleh dan mana
tidak boleh.
12. Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah merasa
matang secara fisik.
13. Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
14. Penerimaan aktifitas seksual pacarnya.
15. Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.
16. Terjadi peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon
reproduksi/seksual (Soetjiningsih, 2007).
Macam-macam penyimpangan seksual

Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus
remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar yang masingmasing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut:

a). Gangguan identitas jenis

Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan
identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin lakilaki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini
dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun
objek seksualnya:

1. Transeksualisme

Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan transeksualisme. Minat
seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual,
walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan
pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan
aseksual (tidak berminat pada seks).

2. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak

Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan tetapi
ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.

3. Gangguan identitas jenis tidak khas

Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada


perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak
mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau
merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria).

b). Parafilia

Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan perbuatan


seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong
penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.

Dapat dilihat dari tiga kategori :


1. Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:

Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul atau


penderitaan lainnya

Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan penderitaan psikologik


atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada pasangan seksnya.

Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat kelaminnya


kepada orang lain.

Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual.

Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang.

Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari lawan


jenisnya.

Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan hubungan seksual melalui anus

Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada genitilia


partnernya

2. Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang

Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari hubungan dengan anakanak.

Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang

Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari binatang

Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus dengan mayat.

Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno lebih terpenuhi
dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal.

Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan jenis.

g.Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi dan
biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya.

Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu darah.

Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran, faeces dan urine.

Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya sendiri.

3. Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksual :

Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar biasa atau
yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya.

Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki.

Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang.

Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.

c). Disfungsi Psikoseksual

Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada perubahan
psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.

1. Hambatan selera seksual

Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap.

2. Hambatan gairah seksual:

Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan
ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia).

Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan
pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah seksual wanita)
sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas).

3. Hambatan orgasme wanita

Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi gairah
seksual yang lazim selama aktivitas seksual.

4. Hambatan orgasme pria

Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah
terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.

5. Ejakulasi prematur

Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak
adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.

6. Dispareunia fungsional

Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pada
pria maupun wanita.

7. Vagina fungsional

Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama.

d). Ganguan seksual pada remaja

Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini atau
impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hambatan gairah
seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks seperti
vaginismus.

Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen melainkan bersifat
situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan
dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa menghambat dorongan seksual
karena status yang belum membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.

Akibat dari perilaku seksual menyimpang

Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat
kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga banyak remaja
yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum
ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara
bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara
tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu.
Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa
pertumbuhannya (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN,
2001).

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah penyakit
menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu
Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya
seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga
karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumyan telah terjangkit
salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap
jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan (Dianawati,
2006).

Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai
penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan seksual
(sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di
dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata
venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan AIDS.

Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak
diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti homoseks,
seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi,
2010).

1). Gonorea

Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah
kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan
menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri
yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.

2). Sifilis

Sifilis dikenal juga dengan sebutan Raja Singa. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit
ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang
yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini
adalah adanya kuman Treponema pallidum.

3. Herpes

Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh bangsa
yunani, romawi, dan louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh
virus harpes simpleks.

4). Klamidia

Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat
menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing.
Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari
vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing.

5). Candida

Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat
berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang
terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.

6). Chancroid

Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka
kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin.

7). Granuloma inguinale

Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang
terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah
membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.

8). Lymphogranuloma venereum

Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh
organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotik tidak dapat
menanggulanginya.

9). AIDS

AIDS adalah sebuah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Artinya,
suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.

10). HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis virus yang
menyebabkan AIDS.

11). ARC

ARC merupakan singkatan dari AIDS Related Complex, menyebabkan timbulnya


pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal paha dan daerah lainnya.

12). Scabies

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut mite. Serangga tersebut
dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat berkembangbiak secara cepat.

13). PID

Merupakan singkatan dari Pelvis Inflammatory Disease, yaitu suatu penyakit infeksi
sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea atau clamydia.

14). Trichomonas infection

Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan
menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa
gatal dan panas pada vagina tersebut.

15). Venereal warts

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada lakilaki, virus ni menyerang bagian kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya
menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah.
2008.
Penyimpangan
Seksual.
http://www.diffy.com/cmm/artikel
definisi.penyimpangan1.html. Diakses tanggal: 11-07-2010. Jam: 13.32 WIB
2. Arief, Kushartati. 2001. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depdiknas.
3. Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
4. Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.
5. Mahmud, Farhan. 2002. Penyimpangan Seksual. www.google.com /seksmenyimpang.
Diakses tanggal: 09-07-2010. Jam: 19.13 WIB
6. Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Yogyakarta: Tugu Publisher.
7. Rahmad, S. 2010. Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN. http://bkkbn.go.id.
diaksers tanggal: 24-06-2010. Jam: 08.28 WIB

8. Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


9. Singgih, Gunarsa. 2004. Psikologi Untuk Muda-Mudi. Jakarta: IKAPI
10. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung
Seto.
11. Willis, Sofyan. 2005. Remaja Dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai