Latar Belakang
Di Indonesia yang merupakan negara yang mempunyai penduduk yang
banyak serta pengangguran yang tak terkira. Itulah Indonesia dengan segala
macam rupa masalah yang ada di dalam nya terutama masalah yang terjadi pada
kehidupan masyarakatnya baik dari perilaku sampai kehidupan seksual nya.
Manusia diciptakan oleh sang PENCIPTA ada yang berjenis laki-laki dan wanita.
Mereka hidup di dunia ini untuk mencari pasangan tetapi banyak di antar mereka
yang mencari pasangan hidupnya tidak lawan jenis melainkan sesama jenis. Itu
lah yang dinamakan penyimpangan seksual, penyimpangan seksual merupakan
penyimapangan yang terjadi pada seseorang yang di sebabkan oleh beberapa
factor baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungan sekitar, nah kami selaku
penulis dalam makalah ini akan membahas tentang penyimpangan seksual yang
terjadi di Indonesia. Mulai dari apa penyebab seseorang melakukan hal tersebut
hingga sampa dampak apa yang terjadi jika seseorang terlibat dalam kasus
penyimpangan seksual. Tetapi makalah ini kami buat tidak hanya semata mata
memberikan sedikit informasi melainkan akan memberikan solusi dari
permasalahan ini.
Rumusan Masalah
1. Apa itu penyimpangan seksual
2. Faktor penyebab dari penyimpangan seksual
3. Macam-macam penyimpangan seksual
4. Bagaimana usaha-usaha pencegahan penyimpangan seksual
Tujuan Makalah
Makalah yang kami buat ini agar memberi pengetahuan yang lebih jelas
dari penyimpangan seksual, kita memang sering mendengar kata itu, namun kita
tidak pernah tahu lebih jelasnya tentang penyimpangan seksual itu, yang kita tahu
tentang penyimpangan seksual ini homo dan lesbian, padahal penyimpangan
seksual ini sangat beragam, oleh sebab itu makalah ini kami buat untuk
menjelaskan lebih detailnya tentang pemyimpangan seksual.
Tujuan kami menulis makalah ini buat teman-teman adalah
Agar teman-temam mengetahui apa sieh penyimpangan seksual itu?
Agar teman-teman mengetahui dampak apa yang terjadi jika sesorang
termasuk kedalam orang yang melakukan tindakan penyimpangan seksual?
Agar teman-teman mengetahui bagaimana caranya agar seseorang yang
sudah terjerumus kedalam perilaku tersebut bisa kembali normal, dan tidak
menjauhi orang yang seperti tersebut.
A. Penyimpangan Seksual
2. Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual
diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu
menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan
kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya
disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
3. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan
memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan
kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin
terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya
yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.
4. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri
seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok.
· Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah
menjadi mayat / orang mati.
5. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni
vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan
seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang,
mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan
mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban
yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya
dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat
korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan
rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang
jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan
bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang
terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.
6. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas
seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana
dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan
seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan
kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk
mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual
yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
8. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang
seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain
sebagainya.
9. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan
hubungan seks dengan hewan.
10. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks
baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
11. Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan
kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat
kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta,
pesawat, bis, dan lain-lainya.
12. Gerontopilia
Gerontopilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku
jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut
(nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu
diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual seperti
voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia,
homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan awalnya
adalah merasa impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya,
karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia
semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada
pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan
idamannya (kakek/nenek). Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk
sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain
beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat
jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku
menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak.
Manusia walaupun diciptakanNya sempurna namun ada keterbatasan,
misalnya manusia itu satu-satunya makhluk yang mulut dan hidungnya tidak
mampu menyentuh genetalianya; seandainya dapat dilakukan mungkin manusia
sangat mencintai dirinya secara menyimpang pula. Hal itu sangat berbeda dengan
hewan, hampir semua hewan mampu mencium dan menjilat genetalianya, kecuali
Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-
satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama
dengan manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku
seksual seperti pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit,
misalnya ada hewan yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya.
Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena
umumnya si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka
adalah anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak &
istri/suami) serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan
kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang yang berhasil/sukses dalam
karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus tersebut tidak ada
dalam masyarakat Indonesia.
b) Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja
pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses
yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan
sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-
pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana
dan informatif.
Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih
bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai
bidangnya.
Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika
sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap
seks.
c) Pengobatan
Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter,
kecuali kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan
hanya apabila sudah ada gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak
tepat dari orang tua yang telah banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan,
ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa yang
mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun psikosa.
1) Farmakoterapi
1. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak
terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah.
Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
2. Pengobatan dengan neuroleptik
a. Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan peroral.
b. Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan sexual lebih
dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25
mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan.
3. Pengobatan dengan transquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan kecemasan
dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat
menghambat fungsi sexual secara menyeluruh. Pada umumnya obat-obat
neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan
psikologik.
2) Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan
yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap yang
penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana dimana
penderita dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan
tujuan awal psikoterapi.
Pada penderita yang datang hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit
kecemasan, tindakan yang diperlukan hanyalah meyakinkan penederita pada
kenyataan yag sebenarnya dari masturbasi.
Pad kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan
memungkinkan dilakukan semacam interview sex education.
Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan
penderita
3) Hypnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi
kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar penderita dengan
anjuran-anjuran mencegah masturbasi.
4) Genital Mutilation (Sunnat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara
medis.Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan
mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang, dilakukan mutilasi
genital dengan model yang beraneka macam.
5) Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah dianjurkan
untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan
masturbasi.
E. Kesimpulan
PENDAHULUAN
Arti seks sebenarnya dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah jenis
kelamin, maksudnya disini adalah jenis kelamin yang membedakan pria dan
wanita secara biologis. Namun karena kurangnya pengetahuan para orang tua
yang menjadikan pendidikan seks belum diajarkan kepada anak bahkan
sebagian besar remaja pun tidak memperoleh pengajaran tentang pendidikan
seks dari keluarga terutama dari orang tuanya sehingga mereka mendapatkan
informasi yang tidak tepat bahkan cenderung menjerumuskannya untuk
melakukan apa yang mereka temukan dari informasi yang tidak bertanggung
jawab.
Para ahli di bidang kejahatan seksual terhadap anak menyatakan bahwa
aktivitas seksual pada anak yang belum dewasa selalu memunculkan dua
kemungkinan pemicu: pengalaman dan melihat. Hal ini berarti anak-anak yang
menyimpang secara seksual sering melihat adegan seks tanpa penjelasan ilmiah
yang selalu membangkitkan birahinya dan menimbulkan kecanduan.
Bentuk – Bentuk Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah
aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan
seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang
tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab
terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman
sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Pada umumnya orang-orang yang mengalami penyimpangan seksual
menyembunyikan perilaku mereka dan tidak mau mengakuinya. Mereka
menolak mengakui perilaku seksual yang menyimpang dari norma sosial,
moral dan agama karena kekhawatiran akan munculnya penolakan dan
diskriminasi dari lingkungan. Masalah seksual sangat sensitif, baik secara
moral maupun normative, akan berpengaruh terhadap nama baik seseorang.
Penyimpangan seks merupakan bagian dari etika yang mempelajari baik buruk,
sikap, pikiran, perkataan dan perbuatan manusia. Bagaimanakah seks dilihat dari
Etika Kristen? Pengetahuan mengenai penyimpangan seks dapat dilihat melalui
Alkitab yang diyakini sebagai firman Allah. Dalam pembahasan berikut akan
ditinjau penyimpangan seks di dalam Perjanjian Lama.
Dalam narasi penciptaan ada dua cerita tentang seksualitas manusia.[1] Pertama,
dalam narasi Kejadian 1:26-27, yang merupakan karya sumber sesudah
pembuangan. Cerita ini pada hakikatnya mau menekankan bahwa seks itu baik.
Seks itu baik karena merupakan bagian integral dari seluruh ciptaan yang
diciptakan sungguh amat baik (Kej. 1:31). Narasi ini mau menekankan bahwa
manusia diciptakan sebagai makhluk seksual. Manusia diciptakan sebagai laki-
laki, berasal dari kata ish dan perempuan, yang berasal dari kata ishshah. Melalui
perbedaan seks itu (ish dan ishah) mereka mencerminkan Allah. Kedua, dalam
narasi Kejadian 2:18-25 dari sekitar abad 9 SM. Cerita ini menekankan alasan
mengapa dan untuk apa seksualitas diciptakan. Perempuan diciptakan supaya laki-
laki yang membutuhkan teman hidup tidak kesepian (Kej. 2:18), serta terjadi
komunitas manusia yang dinyatakan dalam kesatuan daging (Kej. 2:22-24). Jadi
dapat disimpulkan bahwa seksualitas dari terminologinya memiliki makna yang
dalam bagi kehidupan setiap insan manusia. Namun sangat disayangkan bahwa
manusia menyalahgunakan seksualitas yang diberikan Allah begitu mulia,
sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan.