Jenis kelainan seksual parafilia sangat beragam. Berikut ini adalah beberapa kelainan seksual
yang umum terjadi:
Pedofilia
Orang dengan peodofilia memiliki fantasi, ketertarikan, ataupun perilaku seksual menyimpang
terhadap anak kecil, dengan usia kurang dari 13 tahun. Sementara pelaku pedofilia yang
memiliki ketertarikan seksual terhadap balita dengan usia kurang dari 5 tahun disebut dengan
infantofilia.
Perilaku seksual menyimpang ini meliputi mengajak anak untuk melihat si pelaku melakukan
masturbasi, mengajak anak untuk telanjang, menyentuh organ kelamin anak, atau bahkan
melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak.
Sebagian pelaku hanya menunjukkan perilaku ini kepada kerabat dekat, termasuk anaknya
sendiri. Pelaku pedofil kerap mengancam korbannya agar perilakunya tidak diketahui orang lain.
Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah perilaku ketika seseorang kerap mempertontonkan organ kelamin pada
orang asing. Orang ini punya kecenderungan ingin membuat orang asing terkejut, takut, atau
terkesan dengan perilakunya tersebut. Meski biasanya tidak diiringi dengan tindakan lebih
lanjut,seperti penyerangan terhadap orang lain, namun ada kalanya orang ini berani melakukan
masturbasi di tempat umum sambil memperlihatkan kemaluannya.
Voyeurisme
Perilaku meraih kepuasan seksual dengan mengintip atau mengamati orang yang sedang berganti
pakaian, mandi, atau melakukan aktivitas seksual. Pengintip tidak bertujuan menjalin kontak
seksual dengan korban. Umumnya penderita kondisi ini hanya melakukan masturbasi sambil
mengintip.
Froteurisme
Penderita froteurisme memiliki kecenderungan untuk menggesek organ kelaminnya pada tubuh
orang asing, termasuk di tempat umum. Kelainan seksual ini paling sering ditemui pada pria
dengan dengan rentang usia 15-25 tahun dengan perilaku yang cenderung pemalu.
Fetisisme
Penderita fetisisme memilliki gairah seksual terhadap benda mati, seperti celana dalam atau
sepatu wanita. Hasrat seksual orang dengan fetisisme ini akan bangkit dengan menyentuh atau
menggunakan benda-benda tersebut. Benda ini kadang digunakan saat berhubungan seksual
dengan orang lain atau bahkan ada kalanya menggantikan hubungan seksual yang sesungguhnya
dengan orang lain. Ada juga kelainan lain yang disebut parsialisme, yaitu ketertarikan seksual
pada bagian tubuh tertentu, seperti dada, bokong, atau kaki orang lain.
Transvestitisme
Transvestitisme adalah perilaku pria heteroseksual yang suka berpakaian dan berdandan
selayaknya wanita untuk membangkitkan fantasi atau gairah seksual. Agar tidak ketahuan,
sebagian pria yang menderita kelainan ini, mendapatkan kepuasan dengan menggunakan pakaian
dalam wanita, di balik pakaian yang digunakan sehari-hari.
Masokisme seksual
Penderita masokisme meraih kepuasan seksual ketika dia mendapat kekerasan, baik secara verbal
atau nonverbal, seperti digigit, diikat, atau dipermalukan dengan kata-kata tertentu. Penderita
masokisme dapat menyayat atau membuat luka bakar pada dirinya. Seringkali orang dengan
kelainan masokisme mencari pasangan yang meraih kepuasan seksual dengan melakukan
kekerasan (sadisme). Pasangan sadomasokisme, di mana yang satu adalah seorang masokis dan
yang lain adalah seorang sadis, biasanya melakukan aktivitas seksual meliputi jeratan atau ikatan
(bondage), pemukulan pada bokong (spanking), atau simulasi pemerkosaan.
Sadisme seksual
Penderita sadisme seksual terus-menerus memiliki fantasi dan mendapatkan kepuasan seksual
dari menyiksa pasangannya secara psikologis dan fisik, seperti memerkosa, menyiksa, atau
bahkan membunuh. Dengan melakukan perilaku ini, penderita merasa berkuasa terhadap
korbannya. Pelaku sadisme dapat dikenai hukuman pidana dan perlu mendapat perawatan
intensif dari psikiater.
Parafilia lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Sampai saat ini penyebab pasti
parafilia belum diketahui. Meski begitu, ada beberapa kondisi yang diduga bisa memicu
parafilia, antara lain:
Trauma pada masa kecil, misalnya pelaku pernah mengalami pelecehan seksual dari
orang lain.
Kesulitan mengekspresikan perasaan dan sulit memulai hubungan dengan orang lain.
Berulang kali mendapatkan aktivitas seksual yang menyenangkan terhadap situasi dan
objek tertentu, sehingga terbentuklah penyimpangan seksual pada situasi dan objek
tersebut.
Tujuan utama penanganan parafilia adalah untuk membatasi perilaku kriminal dan mengurangi
ketidaknyamanan penderita. Pada umumnya, parafilia perlu mendapat penanganan dari dokter
dan psikiater dalam jangka panjang, dengan cara:
Konseling
Psikoterapi, antara lain psikoterapi individu untuk mengubah perilaku dan terapi
keluarga.
Obat-obatan, untuk mengurangi fantasi dan kecenderungan perilaku menyimpang, seperti
antidepresan dan antiandrogen.
Terapi hormon, untuk mengurangi dorongan seksual dan perilaku berbahaya.
Terapi penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, jika penderita juga bermasalah
dalam hal tersebut.
Mengobati kelainan seksual sangat penting untuk dilakukan. Sebab jika tidak segera ditangani,
kelainan seksual dapat membahayakan diri sendiri, keluarga, hubungan sosial, pekerjaan,
maupun masyarakat umum yang berisiko menjadi korban. Pedofilia, voyeurisme, sadisme,
ekshibisionisme, dan froteurisme adalah tindakan kriminal dan dapat dijatuhi hukuman pidana.
Dalam bahan yang kami miliki tentang gangguan seksual, tak ada yang membahas
gangguan seksual yang terjadi pada anak dan remaja secara khusus. Maka dari itu, untuk
menemukan bahan tentang gangguan seksual pada anak dan remaja, kami membaca uraian pada
masing-masing gangguan dan melihat gangguan manakah yang disebutkan diperkirakan muncul
pada masa kanak-kanak atau remaja.
Definisinya adalah terjadinya konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas
gendernya. Gangguan ini dapat bermula ketika masih pada masa kanak-kanak. Anak-anak
dengan gangguan ini menemukan bahwa anatomi gender mereka merupakan sumber distress
yang terus menerus dan intensif. Diagnosis ini diterapkan pada anak-anak yang secara kuat
menolak sifat anatomi mereka (contoh: anak laki-laki yang menolak testis mereka).
Gangguan ini bisa berakhir atau berkurang pada masa remaja ketika anak lebih dapat
menerima identitas gender mereka. Atau bisa juga tetap bertahan pada masa remaja atau dewasa
dan menyebabkan identitas transeksual.
1. Untuk diagnosis apakah seorang anak mengalami gangguan identitas gender atau tidak,
perhatikan ciri berikut :
Ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lainnya (atau
kepercayaan bahwa dia adalah bagian dari gender lain)
Preferensi untuk mengenakan pakaian yang mereupakan stereotipikal dari gender lainnya
Adanya fantasi yang terus menerus mengenai menjadi anggota dari gender lain, atau
asumsi memainkan peran yang dilakukan oleh anggota gender lain dalam permainan
”pura-pura”.
Hasrat untuk berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang dan permainan yang merupakan
stereotip dari gender lainnya.
Preferensi yang kuat untuk memiliki teman bermain dari gender lainnya.
1. Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus ada dengan anatomi gendernya sendiri atau
dengan perilaku dari peran gendernya. Misal, anak mengutarakan bahwa alat genital
mereka menjijikkan.
2. Tidak ada kondisi ”interseks”, seperti anatomi seksual yang ambiguciri-ciri tersebut
menyebabkan distress yang serius atau hendaya pada area penting yang terkait dengan
pekerjaan, sosila atau fungsi lainnya.
1. Parafilia
Tipe Fetishisme
Fetishisme adalah ketergantungan kepada benda-benda mati untuk menimbulkan gairah
seksual.
Berulang, intens, dan terjdi dalam kurun waktu setidaknya 6 bulan, fantasi, dorongan,
atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual berkaitan dengan penggunaan benda-
benda mati
Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas dalam fungsi sosial dalam pekerjaan
Benda-benda yang menimbulkan gairah seksual tidak terbatas pada bagian pakaian
perempuan yang dikenakannya sebagai lawan jenis atau alat-alat yang dirancang untuk
menstimulasi alat kelamin secara fisik.
Gangguan tersebut biasanya berawal pada masa remaja meskipun fetis dapat memperoleh
keistimewaannya pada masa lebih awal, yaitu masa kanak-kanak. Fetishis sering mengidap
parafilia lain seperti sadisme, pedofilia dan masokisme.
Salah satu jenis fetishisme adalah fetishisme transvestik, yaitu seorang laki-laki mengalami
gairah seksual ketika memakai pakaian perempuan meski ia tetap merasa sebagai laki-laki.
Berulang, intens dan terjadi selama periode setidaknya 6 bulan pada laki-laki
heteroseksual, fantasi, dorongan atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang
berkaitan dengan memakai pakaian lawan jenis
Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan
Dapat berhubungan dengan distoria gender dalam kadar tertentu (merasa tidak nyaman
dengan identitas gendernya
Fetishisme transvestik biasanya diawali dengan separuh memakai pakaian lawan jenis di
masa kanak-kanak atau remaja. Para transverstik adalah heteroseksual, selalu laki-laki dan secara
umum hanya memakai pakaian lawan jenis secara episodik, bukan secara rutin.
Tipe Voyeurisme
Voyeurisme adalah kondisi di mana seseorang memiliki preferensi tinggi untuk
mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat orang lain yang sedang tanpa busana atau sedang
melakukan hubungan seksual di mana obyeknya tidak menduga bahwa dirinya sedang
diobservasi. Orang yang melakukan voyeurisme biasanya tidak menginginkan aktivitas seksual
dengan orang yang diobservasinya. Elemen resiko tampaknya penting karena voyeur merasa
bergairah dengan kemungkinan reaksi si perempuan yang diintipnya jika mengetahuinya.
Voyeurisme umumya berawal di masa remaja.
Tipe Froterisme
Tipe Ekshibisionisme
1. Penyebab
1. Parafilia
1. Penanganan
Ada dua tipe intervensi yang dapat dilakukan, yaitu mengubah tubuh agar sesuai
dengan psikologis individu, atau mengubah psikologis agar sesuai dengan tubuh orang
yang bersangkutan.
Orang yang yang mengalami GID yang mengikuti program yang mencakup perubahan
tubuh umumnya diminta untuk menjalani selama 6-12 bulan dan hidup sesuai dengan
gender yang diinginkan.
Perubahan tubuh yang dilakukan pada individu yang ingin menyesuaikan tubuhnya
dengan psikologisnya bisa berupa perubahan-perubahan kecil atau sampai pada
perubahan tubuh menyeluruh termasuk operasi perubahan kelamin.
1. Parafilia
Bukti menunjukkan bahwa sejumlah penanganan, terutama terapi perilaku dan terapi
kognitif-behavioral (CBT) dapat membantu pelaku penyerangan seksual yang ingin
mengubah perilaku mereka.
Salah satu teknik behavioral yang digunakna untuk menangani parafilia adalah aversive
conditioning. Tujuan dari penanganan ini adalah membangkitkan respon emosional
negatif pada stimulus atau fantasi yang tidak tepat. Keterbatasan mendasar dari terapi inia
adalah tidak dapat membantu individu untuk mendapatkan perilaku yang lebih adaptif
sebagai ganti dari pola respon maladaptif.
Salah satu variasi dari aversive conditioning adalah sensitisasi tertutup (covert
sensitization) yaitu pemasangan stimulus aversif dengan perilaku bermasalah terjadi
dalam imajinasi.
DAFTAR PUSTAKA