Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajamen adalah suatu upacara kegiatan untuk mengarahkan,
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengawasi dalam mencapai tujuan bersama
dalam sebuah organisasi. Manajemen keperawatan adalah upaya staf
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, serta masyarakat. Manajemen sangat penting
diterapkan di dalam ruangan agar semua kegiatan tertata rapi dan terarah,
sehingga tujuan dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan suasana yang aman
dan nyaman baik kepada sesama staf keperawatan maupun pasien.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan
professional yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde
keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat primer dan perawat asosiet
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah klien, dan klien dilibatkan secara
langsung dalam proses penyelesaian masalah tersebut.
Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi dengan
baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Perawat
professional harus dapat menerapkan ronde keperawatan, sehingga role play
tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar perawat paham
mengenai ronde keperawatan dan dapat mengaplikasikannya saat bekerja.
Adapun kriteria klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan sebagai
berikut : mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan : pasien dengan kasus baru atau langka dan
metode yang dipakai adalah diskusi
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok melakukan pelaksanaan
ronde keperawatan pada pasien Ny. W dengan PPOK dan TB paru yang telah
mengalami perawatan ±10 hari di ruang jamrud C2 RSUD dr. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2017
B. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatami dan Fisiologi
1. Anatomi

2. Fisiologis
a. Organ-organ pernafasan
1) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Mutaqqin,
2009).

2) Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan (Mutaqqin, 2009).

3) Laring (pangkal tenggorok)


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Mutaqqin,
2009).

4) Trakea (batang tenggorok)


Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2009).

5) Bronkus (cabang tenggorokan)


Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2009).

6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya  90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara
(Mutaqqin, 2009).

b. Fisiologis pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran
udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan
membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang
berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga
pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara
masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau
bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi
membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan
pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan
sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal
(Mutaqqin, 2009).

Proses pernafasan :

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas.


Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.
Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum
penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus
diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu
mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor
dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari


udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan
ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi
yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus
dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik
dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar
dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-
alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida
dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit
dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan
oleh paru-paru (Mutaqqin, 2009).

B. Konsep Penyakit
1. Konsep PPOK
a. Pengertian
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekresi mukoid bronchial yang
bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya
insfeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk produktif
selama 3 bulan bahkan dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut
(Ovedoff, 2002).
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price and Wilson,2005).
PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaiatan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru-paru (Bruner and Suddarth, 2005).

b. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD
adalah :
1) Kebiasaan merokok

2) Polusi udara
3) Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4) Riwayat infeksi saluran nafas.
5) Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama bagi
penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan
penderita penyakit PPOK, yaitu:
1) Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi.
2) Jenis kelamin pria lebih beresiko dibanding wanita
3) Merokok
4) Berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit
tidak dirasakan.
5) Keterbukaan terhadap berbagai polusi, seperti asap rokok dan
debu
6) Polusi udara
7) Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia dan bronkitus
8) Asma episodik, orang dengan kondisi ini beresiko mendapat
penyakit paru obstuksi kronik.
9) Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu
enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan
peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena
empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak merokok.

c. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah sebagai berikut:
1) Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
2) Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu
suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis,
yang disertai kerusakan dinding alveolus.
3) Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai
jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan
saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat
bronkospasme.
4) Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilastasi bronkus dan bronkiolus kronik
yan mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi
paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau
benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap
tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus
limfe.

d. Tanda dan Gejala


Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
1) Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
2) Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah
yang sangat banyak
3) Dispnea
4) Nafas pendek dan cepat (Takipnea)
5) Anoreksia
6) Penurunan berat badan dan kelemahan
7) Takikardia, berkeringat
8) Hipoksia, sesak dalam dada.
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan
respirasi ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali
dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan.
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang
tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Kadang- kadang
pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai
batuk. Selain itu, Sesak napas merupakan gejala yang sering
dikeluhkan pasien terutama pada saat melakukan aktivitas.
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak napas
yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak
dikeluhkan. Untuk menilai kuantitas sesak napas terhadap kualitas
hidup digunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak menurut
British Medical Research Council (MRC) (GOLD, 2009).

Tabel 1-2 : Skala nyeri


Skala Sesak Keluhan Sesak Berkaitan dengan Aktivitas
1 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat
2 Sesak mulai timbul jika berjalan cepat atau naik
tangga 1 tingkat
3 Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
4 Sesak timbul jika berjalan 100 meter atau setelah
beberapa menit
5 Sesak bila mandi atau berpakaian

e. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Brashers (2007), adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas
dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-
kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi
batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut.
Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit, berkelok-kelok dan
berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan
berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkhiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan
fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan
partikel asing termasuk bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena
infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat
menyumbat bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen
akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut
menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps. Pada
waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan penurunan
kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume
residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan
campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara.
Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau
menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara
ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap
sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau
bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi akan
tetap sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara
menyebabkan perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis
yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-
paru untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida.
Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat.
Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan
patologis ini adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori.
Hiperkapnia dan hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular
pulmonari, peningkatan resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan
hipertensi pembuluh pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular
ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel kanan.
f. Manajemen Medik

1) Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara


2) Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi, Infeksi
ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka
digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari
Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang
memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti
kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan
membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam
7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau
tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
3) Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
4) Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat
diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV
secara perlahan.
6) Terapi jangka panjang di lakukan :
a) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin
4x0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru
c) Fisioterapi
d) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e) Mukolitik dan ekspektoran
f) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa
sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi.
g. Komplikasi
1) Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55
mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada
tahap lanjut timbul cyanosis.
2) Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda
yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines,
tachipnea.
3) Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa.Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi
ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5) Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
6) Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan
seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
a) Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke
apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
b) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi
dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan
kedistal.
c) Pada asma bronkhial, foto thoraks menunjukkan kesan
emphysematous, pembesaran jantung serta diafragma mendatar atau
menurun.
2) Test fungsi paru :
a) Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau
VEP1/KVP (%). Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80%
VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % - VEP1 merupakan parameter yang
paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau
perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak
mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20% • Uji bronkodilator - Dilakukan
dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 –
20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE,
perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml – Uji
bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
b) Pemeriksaan gas darah.
c) Pemeriksaan EKG
d) Pemeriksaan Laboratorium darah
e) Uji provokasi bronkus
f) Pemeriksaan sputum
g) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

2. Konsep TB Paru
a. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis paru (Mutaqqin, 2011).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan
asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia
Anderson, 2011).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas
bawah yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu
bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan
terutama menyerang parenkim paru.

b.Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-
0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam
alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup
pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis
menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain
kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui
saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi
primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat
dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan
tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah
peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana
di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain
(Elizabeth J powh 2001)
a) Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
b) Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu
dalam terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
c) Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
d) Individu tanpa perawatan yang adekuat
e) Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan
gizi
f) Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika
Latin Karibia)
g) Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
h) Individu yang tinggal di daerah kumuh
i) Petugas kesehatan

c. Tanda dan gejala


Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai
(Asril Bahar. 2001):
a) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.
b) Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada
tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi
pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c) Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.
e) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan),
badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri
otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

d. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2013)
:
a) Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c) Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
d) Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
f) Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

e. Phatofisiologi
1) Narasi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang
terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan
limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif
padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon
lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan
terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang
kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga
kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar
melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke
organ-organ tubuh.

f. Penatalaksanaan
1) Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.
2) Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip
sebagai berikut:
a) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT
– KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
c) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan.
3) Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
4) Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
5) Jenis, sifat dan dosis OAT
6) Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
a) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
c) Kategori Anak: 2HRZ/4HR
d) Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan
kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT
kombipak.
e) Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat
dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
f) Paket Kombipak, Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam
satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT
KDT.Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan
tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1)
paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
g) KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
(1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
(2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan
resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi
kesalahan penulisan resep
(3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga
pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan
kepatuhan pasien.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajan
a. Pengkajian Primer
A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
disertai kontrol servikal.
B:Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan
agar oksigenasi adekuat, Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi
jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur,
suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/
ngorok, ekspansi dinding dada.
C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
D: Disability, mengecek status neurologis
E:Exposure, enviromental control, buka baju penderita
tapi cegah hipotermia.
b. Pengkajian Skunder
1) Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain.
2) Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini.Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru
antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.
4) Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.
5) Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis paru yang lain
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi
udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia,
nafsu makan menurun.
c) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan
dalam miksi maupun defekasi
d) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan
menganggu aktivitas
e) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB
paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan
istirahat.
f) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.
g) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan,
dan pendengaran) tidak ada gangguan.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan
emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
i) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
j) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
7) Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit
menurun
b) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
(1) inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
(2) Palpasi : Fremitus suara meningkat.
(3) Perkusi : Suara ketok redup.
(4) Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar dan yang nyaring.
c) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
e) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
f) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur
dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
g) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
c. Pemerikaan Laboratorium

1) Kultur sputum : positif untuk mycrobacterium tuberculosis


2) Ziehl-Neelsen : positif untuk basil-basil asam cepat
3) Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi
masa lalu dan adanya anti bodi, tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan upaya batuk buruk
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efekparu, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengankelemahan, anoreksia, ketidakcukupan nutrisi

3. Intervensi dan Rasional


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental,kelemahan upaya batuk buruk
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
Intervensi
1) Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu.
Rasional : Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis,
ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan
untuk membersihkan jalannnafas yang dapat menimbulkan
penggunaan otot akseseri pernafasan dan peningkatan kerja
pernafasan.
2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum berdarah
kental/darah cerah (misal efek infeksi, atautidak kuatnya hidrasi).
3) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan
sesuaikeperluan
Rasional : Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat
diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkansekret.
5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m/hari kecualikontra
indikasi
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untukmengencerkan
sekret, membantu untuk mudah dikeluarkan.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan


kekurangan upaya batuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali
aktif
KH : dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman
danpernafasan normal
Intervensi:
1) Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot
aksesoris,catat setiap perubahan
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea terjadi
peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan dan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas.
2) Kaji kualitas sputum, warna, bau dan konsistensi
Rasional : Adanya sputum yang tebal, kental, berdarah dan purulent
diduga terjadi sebagai masalah sekunder.
3) Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (semi fowler)
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru
maksimalupaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan


efek paru, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal
Tujuan : tidak ada tanda-tanda dyspnea
KH : melaporkan tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan
perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam
rentang normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.

Intervensi:
1) Kaji dispnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi
nafas,peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding
dadadan kelemahan.
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian
kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis effure
pleural untuk fibrosis luas.
2) Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan
padawarna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku
Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu O2 organ vital dan jaringan.
3) Tunjukkan/dorong bernafas dengan bibir selama endikasi,
khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar untuk
mencegahkolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga
membantu menyebarkan udara melalui paru danmenghilangkan
atau menurunkan nafas pendek.
4) Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien
sesuai keperluan
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama
periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
5) Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan pemberianoksigen
Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu
pengenceran sekret.

d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan


Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal (36,50 C - 370C)
Intervensi dan rasional :
1) Pantau suhu tubuh
Rasional : Sebagai indikator untk mengetahui status hipertermi
2) Anjurkan untuk mempertahanan masukan cairan adekuat untuk
mencegah dehidrasi
Rasional : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi
yang memicu timbulnya dehidrasi
3) Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
Rasional : Menghambat pusat simpatis dan hipotalamus
sehinggaterjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar
keringatuntuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4) Anjurkan pasin untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
Rasional : Kondisi kulityang mengalami lembab memicu
timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mngurangi kenyamanan
pasien
5) Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Mengurangi panas dengan farmakologis

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelemahan, anoreksia, ketidakcukupan nutrisi
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi (tidak terjadi perubahan nutrisi)
Kriteria hasil : pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan
melakukan perilaku atau perubahan pola hidup.
Intervensi dan rasional:
1) Catat status nutrisi pasien dari penerimaan, catat turgor kulit,
beratbadan dan derajat kekurangannya berat badan, riwayat mual
ataumuntah, diare.
Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah
dan pilihan intervensi yang tepat
2) Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
3) Selidiki anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan
hubungan dengan obat, awasi frekuensi, volume konsistensi feces.
Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
mengidentifikasiarea pemecahan masalah untuk meningkatkan
pemasukan atau penggunaan nutrien.
4) Dorong dan berikan periode istirahat sering.
Rasional : Membantu menghemat energi khususnyabila kebutuhan
meningkat saat demam.
5) Berikan perawatan rnulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
Rasional : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau
obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
6) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein.
Rasional : Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau
kebutuhan energi dari makan makanan banyak dari menurunkan
iritasi
7) Kolaborasi, rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
Rasional : bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat
untuk kebutuhan metabolik dan diet.

4. Evaluasi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan upaya batuk buruk
- pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen
dan kekurangan upaya batuan
- Dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman
danpernafasan normal
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efekparu, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret
kental dan tebal
- Tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan
ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam rentang
normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
Suhu tubuh dalam rentang normal (36,50 C - 370C)
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengankelemahan, anoreksia, ketidakcukupan nutrisi
- Menunjukkan peningkatan berat badan dan melakukan perilaku
atau perubahan pola hidup.
BAB III
LAPORAN KASUS RONDE KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. W
b. Umur : 37 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Agama : Islam
g. Suku / bangsa : Banjar / Indonesia
h. Alamat : Jln. Flamboyan kota baru
i. Ruangan dirawat : Jamrud kamar C2
j. Tanggal masuk RS : 3 Juli 2017
k. No. register : 3513xx
l. Diagnose medis : TB Paru dan PPOK
m. Dokter yang merawat: dr. P

2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan “ sasak napas “

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengatakan sering sesak dan mudah lelah
namun masih bisa beraktivitas, terkadang merasa bergetar, pada tanggal 3 Juli
2017 dibawa ke IGD oleh keluarga dan disarankan masuk rumah sakit ruang paru.
Sampai dengan tanggal 10 Juli 2017 Pasien masuk rumah sakit dan kumat-
kumatan semakin sesak saat berbaring maupun beraktivitas, sesak semakin parah
dan tidak ada kurang-kurangnya, batuk berdahak tetapi dahak tidak dapat
dikeluarkan, hasil rontgen menunjukan pada tenggorokan pasien terdapat seperti
cairan, nafsu makan menurun makan hanya 4-5 sendok, badan lemah. Pada tanggal
8 juli keadaan pasien membaik, sesak berkurang namun badan masih bergetar, cek
sputum hasil negative dan pada tanggal 11 dokter menyarankan untuk boleh pulang
namun pada tanggal 12 juli 2017 pasien mengeluh badan masih bergetar dan sesak
lagi, sehingga pasien masih dirawat inap, pasien juga ada BAB 4x dari pagi tadi
cair, pada ekstremitas bawah terdapat pitting edema > 3 detik dan pasien
mengatakan perutnya juga terasa membesar.

4. Riwayat Penyakit dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit baru dalam 1 bulan terakhir
ini hanya terasa terkadang sesak namun masih bisa beraktivitas, tidak ada riwayat
sakit jantung.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesedaran compos
mentis, GCS E4 V5 M6, TTV : T : 36,5 0C, P : 68 x/menit, R : 28 x/menit,
BP : 110/80 mmHg, spO2 : 97 %, infus RL 10 tetes per menit terpasang
di vena radialis dextra dan O2 terpasang 8 liter per menit per
menggunakan NRM.

b. Pemeriksaan sistemik
No Pengkajian Hasil
1. Kepala - Inspeksi :
 Bentuk kepala simetris
 Rambut rata hitam dan tipis
 Kulit kepala tampak bersih
 Tidak ada ketombe
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
 Krepitasi (-)
2. Mata - Inspeksi :
 Bentuk mata simetris
 Konjungtiva anemis (+)
 Sclera ikterik (-)
 Edema palpebral (-)
 Tanda perdarahan (-)
 Popil isokor sinistra 2 dextra 2
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)

3. Hidung - Inspeksi :
 Bentuk hidung simetris
 Perdarahan (-)
 Polip (-)
 Secret (-)
 Cuping idung (+)
 NRM terpasang
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Krepitasi (-)

- Inspeksi :
4. Mulut
 Warna bibir coklat pucat
 Mukosa bibir lembab
 Mukosa mulut merah muda
 Gusi normal/perdarahan (-)
 Lidah merah muda
 Pembengkakan tonsil (-)
 Gangguan bicara (-)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)

5. Telinga - Inspeksi :
 Bentuk telinga simetris
 Sejajar dengan sudut mata
 Pendarahan (-)
 Kemerahan (-)
 Serumen (+) berwarna kuning dan
tidak berbau
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)

6. Leher - Inspeksi :
 Bentuk leher simetris
 Kaku kudauk (-)
 Deviasi trakea (-)
 Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Pembesaran kelenjar limfa (-)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Pembesaran/pembengkakan (-)

- Paru-paru
7. Thorak/dada
Inspeksi Anterior :
 Bentuk dada barrel chest
 Ekspansi dinding dada simetris
 Bantuan otot bantu nafas (+)
retraksi intercostal
 Pola nafas (cepat pendek dan
dangkal)
 Retraksi dinding dada (+)
 Terpasang alat bantu nafas NRM 8
liter/menit
 RR : 35x/menit
 Perdarahan (-)
 Batuk (+)
 Sputum kental dan berwarna
kekuningan kadang sulit
dikeluarkan.
Inspeksi Posterior :
 Tidak ada benjolan masa
 Nyeri tekan (-)
 Bentuk tulang belakang Kifosis
 Adanya pelebaran pembulu darah
 Badan tanpak bersih
Lateral Dextra kanan :
 Adanya bentuk cembung pada
lateral dextra kanan atas.
Lateral Dextra Kiri :
 Simetris

Palpasi :
 Massa (-)
 Krepitasi (-)
 Nyeri tekan (-)
 Fremitus vocal : teraba di dua
lapang paru
 Pokal premitus lobus kanan atas
dan lobus tengah kaanan menurun
dan lobus bawah kanan pokal
premitus teraba.
 Pokal premitus teraba pada seluruh
lapang paru sinistra.
Perkusi :
 Pasa saat dilakukan perkusi suara
menurun pada lobus atas dan lobus
tengah.
 Seluruh lapang paru sinistra
terdengar sonor.

Sonor

Sonor

Sonor

Auskultasi :
 Bunyi nafas tambahan Ronci

- Jantung
Inspeksi :
 Bentuk dada simetris
 Pembesaran/benjolan (+)
 Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Krepitasi (-)
 Ictus cordis teraba
Perkusi :
 Pekak
Auskultasi :
 Bunyi jantung S1 S2 LUP DUP
tunggal teratur
 Aorta : LUP
 Pulmo : LUP
 Tricuspit : DUP
 Mitral : DUP

- Inspeksi :
8. Payudara  Ukuran dan bentuk payudara
simetris
 Putting susu menonjol
 Kondisi kulit lembab
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
 Edema (-)

- Inspeksi :
9. Abdomen
 Bentuk abdomen normal
 Asites (-)
 Kondisi kulit lembab
- Auskultasi :
 Bising usus (+) 10x/menit
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Distensi abdomen (-)
- Perkusi :
 Timpani

- Tidak dikaji

- Tidak dikaji
10. Genetalia

11. Rectum
- Inspeksi :
 Kontraktur (-)
 Eformitas (-)
 Edema
12. Ekstremitas - -
+ +
 Kekuatan otot
5 5
5 5
 Skala aktivitas 0 (mandiri)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Piting edema (+) derajat 1
 Akral teraba dingin
 Nyeri sendi
- -
- -

- Inspeksi :
 Warna kulit normal
 Mukosa kulit kering
 Warna kuku sianosis
13. Kulit/kuku
 CRT < 3 detik
 Bentuk kuku clubbing finger (-)
 Jari tabung (-)
- Palpasi
 Teraba dingin

c. Pengkajian B6
1) Sistem Pernafasan (B1 : Breath)
Pasien sesak, batuk ada dan dahak sulit untuk dikeluarkan,
pasien menggunakan otot bantu pernapasan, taktil premitus terasa
bergetar pada kedua lapang paru, RR : 26 x/mnt, pasien orthopnea,
SPO2 95 % dengan nasal kanul 4 lpm
2) Sistem kardiovaskular (B2 : Bleed)
Pasien mengatakan terasa nyeri dada sebelah kiri menyebar
kebelakang seperti ditindih, CTR 93 %, irama jantung reguler, bunyi
jantung lub dub, CRT < 2 detik, akral dingin, tidak terdapat sianosis.
3) Sistem Persarafan (B3 : brain)
Kesadaran pasien composmentis, pusing tidak ada hanya saja
badan terasa bergetar
4) Sistem Perkemihan (B4 : Bladder)
Pasien mengatakan BAK sebelum sakit sering biasanya 4-5 x
tergantung banyak minum dan setelah sakit BAK tidak mengalami
perubahan 4-5 x sehari. Dan untuk BAB sebelum sakit pasien mengatakan
BAB biasanya 1 x dipagi hari dan setelah makan, dan pada saat sakit pasien
mengatakan hari ini BAB 4x dan cair.
5) Sistem pecernaan (B5 : Bowel)
Pasien tidak nafsu makan, pasien hanya makan 4-5 sendok, jika
makan kadang sesak, bising usus (+) 10x/mnt, turgor kulit sedang,
konjungtiva anemis.pasien mendapatkan diet nasi lembek + 1100 Kkal dan
DC DM 2 (300Kkal), TKTP bertahap. Pasien minum ± 3 gelas/hari air
putih
6) Sistem Muskuloskeletal dan integument (B6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, pasien merasa lemah, kekuatan% 5 5
otot Warna kulit tidak anemis, turgor kulit sedang, pitting edema > 3 detik, 5 5
pasien menggunakan infuse RL 10 tpm pada vena radialis dekstra
7) Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid tidak membesar
8) Personal Hygiene
Pasien mampu mandi seka ditempat tidur, tidak ada gosok gigi , ganti
pakaian 1x sehari , rambut pasien tampak terikat, tidak ada keramas
9) Psikososial Spiritual
Pasien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah dan sesak,
pasien mempunyai motivasi yang tinggi untuk sembuh, tetapi pasien juga
berkeluh kesah dengan keadaannya tidak segera membaik dan selalu
menenyakan bagaimana agar tidak sesak dan meminta obat paten.
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboraturium
11 Juli 2017
Ny. Warasiah
Pemeriksaan Hasil Normal
WBC 4,8 X 10”3/UL 4,0 - 10,0
Lymph# 0,5 X 10”3/UL 0,8 - 4,0
Mid# 0,3 X 10”3/UL 0,1 – 0,9
Grand# 4,0 X 10”3/UL 2,0 – 7,0
Lymph% 10,3 % 20,0 – 40,0
Mid% 7,0 % 3,0 – 9,0
Grand% 82,7 % 50,0 – 70,0
HGB 10,9 g/dl 12,0 – 16,0
RBC 4,29 X 10”6/UL 3,50 – 5,50
HCT 37,4 % 37,0 – 50,0
MCV 87,2 Fl 82,0 – 95,0
MCH 25,4 Pg 27,0 – 31,0
MCHC 29,1 g/dl 32,0 – 36,0
RDW-CV 17,7 % 11,5 – 14,5
RDW-SD 54,8 fl 35,0 – 56,0
PLT 254 X 10”3/UL 150 – 450
MPV 7,7 Fl 7,0 – 11,0
PDW 15,3 15,0 – 17,0
PCT 0,195% 0,108 – 0,282l
GOT 26 U/L Lk: .10 - 37/pr : .8 -
GPT 43 U/l 31 U/I
Bilirubin Total 0,63 mg/dl Lk: .12 - 40/pr : .10 -
Bilirubin Direct 0,14 mg/dl 42U/I
Bilirubin indirec 0,49 mg/dl Up to 1,00 mg/dl
Up to 0,25 mg/dl
Up to 0,75 mg/dl
7. Medikasi

NO OBAT DAN DOSIS INDIKASI KONTRAINDIKASI FEK SAMPING PERAN PERAWAT


1. Ceftriaxone Membantu mengobati - Memiliki hipersensitif Tempat bekas suntikan Memantau adanya
2 x 1 gr meningitis. Mengatasi atau alergi terhadap membengkak. Mual, muntah, diare, melakukan skin
pneumonia. Membantu Ceftriaxone dan obat dan sakit perut. Pusing dan test, memantau adanya
mengatasi keracunan antibiotik cephalosporin sakit kepala. Lidah bengkak. nyeri, sakit kepala,
darah. Mengobati gonore lainnya, seperti cefadroxil Berkeringat. Vagina terasa mual muntah dan
(kencing nanah). Infeksi dan cefalexin. gatal atau mengeluarkan meberikan obat sesuai
kulit dan jaringan lunak. - Memiliki hipersensitif cairan. dengan 12 benar
Infeksi pada pasien atau alergi terhadap
neutropenia (kelainan Penicilin dan obat Diare berdarah atau berair.
darah). Mengatasi sepsis. antibakteri beta laktam Demam, menggigil, dan
Peradangan pelvis. lainnya. kelenjar bengkak. Terasa
Infeksi saluran kemih. gatal pada kulit, kemudian
infeksi saluran pernafasan ruam merah atau ungu yang
bawah. Infeksi intra- menyebar (terutama ke wajah
abdomen. Mengatasi flu atau tubuh bagian atas)
dan pilek. Otitis media sehingga kulit melepuh dan
bakterial akut (infeksi mengelupas. Nyeri otot.
telinga bagian tengah). Sariawan. Pendarahan pada
Profilaksis bedah. hidung, mulut, vagina, atau
rektum. Terdapat bintik ungu
atau merah di bawah kulit.
Kulit terlihat pucat atau
kuning, Air seni berwarna
lebih gelap dari biasanya.
Kebingungan atau tubuh
menjadi lemah. Jarang buang
air kecil atau tidak sama
sekali. Kejang-kejang.Terjadi
iritasi di tempat suntikan.
Feses berwarna pucat, seperti
kapur. Bengkak pada wajah
atau lidah Mata terasa panas.
2. H/R/Z/E
- Isoniazid: 300 mg Mengobati tuberkulosis penyakit hati yang akut; - Otot terasa lemas. - Memantau adanya
atau TBC yang hipersensitivitas terhadap - Tubuh terasa seperti mual muntah,
disebabkan oleh isoniazid; epilepsi; gangguan kesemutan. kesemutan dan
- Mual dan muntah.
Mycobacterium fungsi ginjal dan gangguan efek samping lain
tuberculosis. psikis. yang dapat timbul

- Repampisine:450 mg - Untuk pengobatan - Penderita yang - Gangguan saluran - Memantau adanya


tuberkulosis atau hipersensitif terhadap obat pencernaan seperti mual mual muntah,
TBC dalam ini, dan muntah. adanya perdarahan
kombinasi obat - Penderita jaundice, - Gangguan fungsi hati. pada kulit
tuberkulosis lainnya. - Penderita porfiria. - Pernah dilaporkan
- Untuk pengobatan timbulnya ikterus,
lepra, digunakan purpura, reaksi
dalam kombinasi hipersensitivitas atau
dengan senyawa alergi.
leprotik lain. - Trombositopenia,
leukopenia.
- Dapat terjadi abdominal
distress
(ketidaknyamanan pada
perut) dan pernah
dilaporkan terjadinya
kolitis pseudo membran
- Juga pernah dijumpai
keluhan-keluhan seperti
influenza (flu syndrome),
demam, nyeri otot dan
sendi.
- Pirazinamid: 750 mg Tuberkulosis, dalam - Hipersensitif atau alergi - Hepatotoksisitas, gout, - Memantau adanya
kombinasi dengan obat terhadap Pirazinamid anemia skleroblastik, demam, gangguan
lain - Gangguan fungsi hati atau intoleransi saluran pencernaan
gangguan fungsi ginjal pencernaan, ulkus
- Hiperurisemia dan atau peptikum yang
gout / asam urat bertambah parah,
- Hipoglikemia (kadar gula disuria, perasaan tidak
darah rendah) enak badan yang tidak
- Penderita diabetes jelas, demam, urtikaria
- Wanita hamil
Etambutol: 750 mg - Mengobati penyakit - Jangan digunakan untuk - Efek samping yang sering - Memantau adanya
tuberculosis (TBC), penderita yang mengalami dilaporkan akibat gangguan
terutama TB paru reaksi hipersensitivitas pemakaian obat ini adalah penglihatan
yang resisten. terhadap ethambutol. terjadinya gangguan
Penggunaan obat ini penglihatan (neuritis
sebaiknya tidak secara - Tidak boleh diberikan retrobulbar) yang disertai
tunggal namun kepada pasien yang penurunan visus, skotoma
dikombinasikan menderita neuritis optik, sentral, buta warna hijau-
dengan obat-obat anti kecuali ada penilaian klinis merah, serta penyempitan
tuberculosis yang lain. yang menyatakan obat ini pandangan. Efek samping
- Obat ini juga bisa diberikan. ini lebih rentan dialami
digunakan untuk - Jangan menggunakan obat jika obat digunakan
mengobati infeksi ini kepada pasien yang dengan dosis berlebihan
oleh Mycobacterium tidak bisa mendeteksi dan atau penderita gangguan
avium complex, dan melaporkan terjadinya ginjal.
Mycobacterium gangguan penglihatan, - efek samping yang juga
kansaii. misalnya anak-anak < 13 sering adalah reaksi
tahun. alergi, dan gangguan pada
saluran pencernaan.
- Efek samping yang jarang
adalah terjadinya masalah
pada organ hati (penyakit
kuning), neuritis perifer,
efek samping pada sistem
saraf pusat, serta
hiperurisemia.
3. Lansoprazole Ulkus duodenum, ulkus Pasien yang hipersensitif - Tidak digunakan selama - Memberikan obat
2x1 gaster jinak, esofagitis terhadap lansoprazole. hamil kecuali jika benar- sesuai 12 benar dan
refluks. benar diperlukan. memantau adanya
- Pada ibu yang sedang mual muntah, diare
menyusui harus
dipertimbangkan, apakah
pemakaian obat yang
dihentikan atau berhenti
menyusui, tergantung
pada pentingnya obat bagi
si ibu.
- Mual, muntah, diare
4. Codein - batuk Asma bronkial, emfisema - Kantuk - Memantau adanya
3 x 10 mg - relief ringan sampai paru-paru, trauma kepala, - Ringan kantuk, pusing,
cukup parah nyeri tekanan intrakranial yang - Pusing sesak napas, mual,
meninggi, alkoholisme akut, - Sedasi muntah
setelah operasi saluran - Sesak napas
empedu. - Mual
5. Levofloxasin - Sinusitis - Pasien yang hipersensitif Diare dan Insomnia. Memantau adanya
1 x 750 mg - Infeksi kandung atau alergi terhadap demam,
kemih terkomplikasi levofloxacin dan Efek samping yang jarang pembengkakan pada
- Infeksi kulit dan antimikroba golongan terjadi : betis, kaki bahu atau
jaringan lunak kuinolon lainnya. Kram perut atau nyeri (berat) tangan
- Pneumonia yang - Seseorang yang Agitasi Kebingungan Diare
didapat dari mempunyai penyakit (berair dan berat) dan
masyarakat epilepsi. mungkin juga berdarah
(community-acquired - Pasien dengan riwayat Demam Nyeri, peradangan,
pneumonia) gangguan tendon terkait atau pembengkakan di betis
- Eksaserbasi akut pada pemberian fluorokuinolon. kaki, bahu, atau tangan,
bronkitis kronik - Anak atau remaja. termasuk tendon pecah atau
Penyakit Antraks. - Wanita hamil dan pembengkakan tendon
menyusui. (tendinitis) Kemerahan dan
pembengkakan kulit Merasa
melihat, mendengar, atau
merasakan hal-hal yang tidak
ada (Halusinasi) Sensasi
terbakar pada kulit Suasana
hati yang parah atau
perubahan mental Ruam
kulit, gatal-gatal, atau
kemerahan Gemetaran
6. Methyl prednisolon Abnormalitas fungsi Infeksi jamur sistemik pada gangguan elektrolit dan Memantau adanya
2x1 adrenokortikal, penyakit pasien hipersensitif. cairan tubuh, kelemahan otot, gangguan cairan,
kolagen, keadaan alergi Pemberian kortikosteroid yang retensi terhadap infeksi meningkatnya tekanan
dan peradangan pada kulit lama merupakan menurun, gangguan darah
dan saluran pernafaan kontraindikasi pada ulkus penyembuhan luka,
tertentu, penyakit duodenum dan peptikum, meningkatnya tekanan darah,
hematologik, osteoporosis berat, penderita katarak, gangguan
hiperkalsemia dengan riwayat penyakit jiwa, pertumbuhan pada anak –
sehubungan denga kanker. herpes. anak, insufisiensi adrenal,
Pasien sedang diimunisasi. Cushing’s Syndrome,
osteoporosis, tukak lambung.
7. Salbutamol meredakan gejala asma tidak boleh digunakan untuk tremor (getaran pada jari – Memantau adanyan
2 x 2 mg ringan, sedang atau berat penderita gangguan jantung jari yang tidak dapat demam, mual muntah
dan digunakan untuk dengan nadi cepat. Selain itu, dikendalikan), rasa gugup,
pencegahan serangan salbutamol tidak boleh dan kesulitan tidur. Efek
asma. digunakan pada penderita samping yang lebih jarang
abortus yang mengancam antara lain mual, demam,
selama kehamilan trimester 1 muntah, sakit kepala, pusing,
dan 2 serta penanganan batuk, keram otot, reaksi
persalinan prematur. alergi, mimisan, peningkatan
napsu makan, mulut kering,
dan berkeringat.
8. Combiven Pengobatan Kardiomiopati obstruktif Sakit kepala, pusing, gugup, Memantau adanya
3x1 bronkhospasme yang hipertrofik, takhiaritmia takikardia, tremor ringan, Sakit kepala, pusing,
berhubungan dengan palpitasi, hipokalemia, mulut gugup, takikardia,
penyakit penyumbatan kering, disfonia, komplikasi tremor ringan,
paru kronis sedang sampai okular, alergi. palpitasi
berat pada pasien yang
memerlukan lebih dari
satu bronkhodilator.
9. Ventolin Sebagai pelega pada Pasien yang diketahui sakit kepala, pusing, Memantau adanya
3x1 keadaan bronkospasme memiliki riwayat alergi gangguan tidur (insomnia) sakit kepala, pusing,
akut. Sebagai pencegahan terhadap Ventolin inhaler atau nyeri otot hidung meler atau gangguan tidur
pada keadaan komponen obatnya Pasien tersumbat mulut kering, (insomnia) nyeri otot
bronkospasme yang yang diketahui memiliki alergi tenggorokan kering batuk, hidung meler atau
dipicu allergen atau terhadap obat yang memiliki suara serak, sakit tersumbat mulut
latihan fisik. struktur kimia menyerupai tenggorokan mual ringan, kering, tenggorokan
Ventolin Inhaler seperti muntah, diare kering batuk, suara
levalbuterol, metaproterenol, serak, sakit
terbutalin Pasien yang tenggorokan mual
memiliki kadar Kalium dalam ringan, muntah, diare
darah yang rendah Pasien yang
memiliki penyakit, penyakit
jantung, penyakit darah tinggi,
gangguan iram jantung,
diabetes, hipertiroid, dan
epilepsi
10. Channa plus - luka Riwayat alergi terhadap - diare - Memantau adanya
3x1c - rasa sakit ophiocephalus striatus Diare
- meningkatkan energi
dari sakit
B. Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS: pasien mengatakan “Sesak Penyakit Paru Ketidakefektifa
Napas ditambah ketika Obstruksi Kronik n bersihan jalan
beraktivitas, badan bergetar, napas.
dahak terasa lengket pada Rokok dan polusi
tenggorokan, batuk kadang-
kadang” Terjadinya inflamasi
DO:
 Pasien tampak sesak dan, Sputum meningkat
sputum kental dan
berwarna kekuningan. Batuk
 Pernafasan cuping
hidung Ketidakefektifan
 Ekspansi dinding dada bersihan jalan napas
simetris
 Bantuan otot bantu nafas
(+) retraksi intercosta
 Batuk (+)
 Fremitus vocal : paru
sinistra getaran teraba
lebih jauh
 T: 360C
 P: 111x/Menit
 R :22x/Menit
 BP: 90/80 mmHg
 SPO2 : 90 % (Nasal
Kanul 4 Liter)
DS : Pasien mengakatan sesak Ekspansi paru Ansietas
masih terus menerus, badan menurun
terasa lemes, kringat dingin
dan selalu menanyakan
kenapa sesaknya tidak Suplai oksigen tidak
hilang-hilang. adekuat ke seluruh
DO : tubuh
 Pasien tanpak sesak nafas
 Pasien tanpak cemas
 Pasien tanpak gelisah Hipoksia

 Pasien berkeringat dingin


 Orthopnea (+) Sesak

 Bibir pucat
Cemas

Diagnosa Prioritas
 Domain 11 keamanan / perlindungan kelas 2 cidera fisik,
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
 Domain 9 koping/ toleransi stres kelas 2 respon koping, Ansietas (00146)
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan Penyakit paru obstruksi kronik

Tujuan dan Katakteristik Intervensi Rasional


Hasil
Setelah dilakuakan tindakan 1. Kaji tanda-tanda 1. Hasil tanda-tanda vital
vital dan saturasi menentukan tindakan
keperawatan ± 3 x 24 jam
oksigen. selanjutnya dan
masalah Ketidakefektifan mengetahui frekuensi
pernafasan sebagi
bersihan jalan napas
tanda adanya dispnea
teratasi dengan kriteria dan pemantauan
saturasi oksigen untuk
hasil;
mengetahui kebutuhan
 Secara verbal pasien oksigen yang
mengatakan sesak diperlukan.
berkurang
 Menunjukkan jalan
napas yang paten
(irama nafas,
frekuensi pernafasan 2. Beberapa derajat
dalam rentang 2. Auskultasi bunyi spasme bronkus terjadi
normal, tidak ada nafas catat dengan obstruksi jalan
suara nafas tambahan. adanya bunyi nafas &
 Mendemonstrasikan nafas abnormal. dimanifestasikan
batuk efektif dan dengan adanya bunyi
suara napas yang nafas abnormal.
bersih, tidak ada
sianosis dipsnue.
 Tanda-tanda vital 3. Mempermudah
3. Atur posisi
dalam batas normal: melakukan ekspansi
pasien
T:36oC-37oC paru
P:80-100x/menit

4. Ajarkan pasien 4. Membantu


teknik batuk mengencerkan dahak
efektif dan nafas setelah di nebulisasi
dalam.

5. Anjurkan pasien
untuk minum air 5. Mengencerkan dahak
hangat dan melegakan
tenggorokan
6. Libatkan 6. Dengan keadaan sesak
keluarga dalam keluarga sangat
melakukan diperlukan untuk
intervensi memebrikan motivasi
maupun dukungan
serta membantu pasien
ketika perawat tidak
disamping pasien
7. Kolaborasi
7. Menurunkan
dalam pemberian
kekentalan secret
nebuliser
sehingga mudah untuk
evakuasi sekresi.
8. Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai 8. Untuk mencegah
indikasi terjadinya infeksi

Implemantasi Pukul Evaluasi Paraf

1. Mengkaji tanda- (09.00 S: Pasien mengatakan napas


tanda vital seperti masih sesak dan kadang
wita)
nadi, suhu, tekanan batuk tapi dahak sulit keluar
darah, dan O:
pernapasan.  Pasien tampak sesak
(orthopnea)
2. Mengauskultasi (09.00
 Pernafasan cuping hidung
bunyi napas ( tidak
wita
terdapat suara napas  Bantuan otot bantu nafas
tambahan, suara
(+)
napas vesikuler
 retraksi intercosta
 T: 360C
3. Mengajarkan pasien
teknik batuk efektif (09.30  P: 111x/Menit
dan nafas dalam, wita)  R :22x/Menit
pasien masih belum
bisa melakukan  BP: 90/80 mmHg
batuk efektif  SPO2 : 90 % (Nasal
Kanul 4 Liter)
4. Memberikan
Nebulisasi (10.30
combivent dan wita)
pumicot
5. Memberikan obat (10.30 A:Masalah ketidakefektifan
antibiotik
wita) bersihan jalan napas belum
cefoperazone
teratasi

P: Intervensi 1-8 dilanjutkan


Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan di tandai dengan pasien sering bertanya
“kenapa sesaknya tidak hilang-hilang”

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


hasil

Setelah dilakuakan 1. Kaji tingkat 1. Cemas ringan


tindakan keperawatan ± kecemasan pasien meningkatkan
3 x 24 jam masalah kemampuan pasien
ansietas dapat teratasi dalam
dengan kriteria hasil mengidentifikasi dan
mengatasi masalah .
NOC :
cemas sedang
 Kemampuan membatasi kesadaran
mengontrol cemas akan stimulus
 Koping lingkungan.
NIC : Penyelesaian masalah
akan lebih sulit
 Cemas Berkurang
sehingga pasien
 Kehadiran
mungkin
 Teknik relaksasi
membutuhkan
 Dukungan emosional
bantuan. Cemas berat
mengurangi

Expected Outcomes kemampuan pasien


menyerap informasi
 Pasien dapat dan mengurangi
mengenali tanda dan kemampuan mengatasi
gejala cemas. masalah
 Pasien 2. Tentukan 2. Pengkajian ini dapat
mendemonstrasikan bagaimana koping membantu menentukan
koping yang positif pasien dalam koping yang paling
efektif yang dapat
 Pasien mengatakan mengatasi dilakukan oleh pasien
bahwa cemasnya masalah saat ini
berkurang. 3. Yakinkan kembali 3. Kehadiran orang yang
pada pasien dipercayai mungkin
bahwa ia aman sangat membantu
dan di tangani disaat kecemasan
oleh professional. datang menyerang
Tetap temani
pasien jika
memungkinkan
4. Orientasikan
4. Orientasi dan diskusi
pasien pada
dengan pasien-pasien
lingkungan dan
lain mungkin dapat
teman-teman satu
membantu
kamarnya
meningkatkan
kenyamanan dan
mengurangi cemas

5. Meningkatkan
5. Ajarkan pasien
kemampuan pasien
teknik-teknik
mengatasi kecemasan
relaksasi seperti
dan meningkatkan
latihan napas
kepercayaan diri
dalam. Ajarkan
pasien
pasien untuk
selalu berpikir
positif

6. Kolaborasi 6. Pengobatan mungkin


pemberian anti diperlukan bila
anxietas kecemasan terus
berlanjut dan
menggangu pasien.

Implemantasi Pukul Evaluasi Paraf

1. Mengkaji tingkat (09.00 S: Pasien mengakatan sesak


kecemasan pasien wita) masih terus menerus, badan
2. Menentukan terasa lemes, kringat dingin
(09.00
bagaimana koping dan selalu menanyakan
wita)
pasien dalam kenapa sesaknya tidak hilang-
mengatasi masalah hilang.
3. Meyakinkan
(09.30 O:
kembali pada
wita)
pasien bahwa ia  Pasien tanpak sesak nafas
aman dan di tangani  Pasien tanpak cemas
oleh professional.  Pasien tanpak gelisah
Tetap temani pasien  Pasien berkeringat dingin
jika memungkinkan  Orthopnea (+)
4. Meorientasikan  Bibir pucat
(10.30
pasien pada  T: 37,6 0C
wita)
lingkungan dan
 P : 117x/Menit
teman-teman satu
 R : 23x/Menit
kamarnya
(10.30  BP : 110/70 mmHg
5. Mengajarkan
wita)  SPO2 : 95% (Dengan
pasien teknik-
NRM 8 Liter)
teknik relaksasi
seperti latihan
napas dalam. A : Masalah ansietas belum
Ajarkan pasien teratasi
untuk selalu
P : lanjutkan Intervensi 1-5
berpikir positif.
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari Tanggal Jam Perkembangan Paraf

1 10 Juli 2017 08.00 S:


(Dinas Pagi) Pasien mengatakan “Sesak nafas masih
dan kadang-kadang terasa bergetar,
pusing (-), makan dan minum mulai baik,
sesak nafas timbul ketika pasien
beraktivitas seperti ke WC dan bertanya
bagaimana kondisinya saat ini”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 Tampak bertanya dan cemas
 TTV : T :36,6 oC, P : 116 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 94%

A:

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
 Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi

I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (09.00 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 09.00 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 09.30 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 10.00 wita dan
13.00)
 Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) dan obat lainnya
seperti HRZE 1x1 (300mg/ 450mg/
750mg/ 750mg), codein 3x1 (10mg),
lesichole 2x1 ( dan salbutamol 2x1
(2mg) (pukul 10.30 wita dan 13.00
wita)

E:

S: Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,


sesak jika beraktivitas, batuk (+) dahak (+)
berwarna putih, kepala pusing bila
beraktivitas seperti ke WC dan masih
tampak bertanya-tanya tentang
kondisinya”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 Masih tampak bertanya dan cemas
 TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %

A:

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik belum teratasi
 Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan belum teratasi

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
(Dinas Sore) 14.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,
sesak jika beraktivitas, batuk (+) dahak (+)
berwarna putih, kepala pusing bila
beraktivitas seperti ke WC”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi

I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (15.00 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 15.10 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 15.15 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (18.00 wita)
 Memberikan obat seperti codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan salbutamol
2x1 (2mg) (18.00 wita)

E:
S: Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,
dan jika beraktivitas makin sesak, batuk
(+), dahak berwarna kuning, pusing (+),
masih tampak bertanya-tanya tentang
kondisinya”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 Masih tampak bertanya dan cemas
 TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %

A:

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik belum teratasi
 Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan teratasi sebagian

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
(Dinas Malam) 20.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,
dan jika beraktivitas makin sesak, batuk
(+), dahak berwarna kuning, pusing (+)”

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per NRM 8 liter per
menit
 TTV : T :36,1 oC, P : 108 x / menit, R
: 27 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 88%

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi

I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (20.30 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 20.40 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 20.45 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 21.00 wita)
 Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) (21.00 wita)

E:

S: Pasien mengatakan “Sesak nafas


berkurang, sesak timbul jika beraktivitas,
batuk (+), pusing (+)”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 Tampak tenang dan tidak cemas lagi
 TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %
A:

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
 Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan sudah teratasi

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
2 11 Juli 2017 08.00 S:
(Dinas Pagi) Pasien mengatakan “Sesak nafas
berkurang, sesak timbul jika beraktivitas,
batuk (+), pusing (+)”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 TTV : T :36 oC, P : 119 x / menit, R :
24 x / menit, BP : 110/70 mmHg, SpO2
: 93%
A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi

I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (09.00 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 09.00 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 09.30 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 10.00 wita dan
13.00)
 Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) dan obat lainnya
seperti HRZE 1x1 (300mg/ 450mg/
750mg/ 750mg), codein 3x1 (10mg),
lesichole 2x1 ( dan salbutamol 2x1
(2mg) (pukul 10.30 wita dan 13.00
wita)

E:

S : Pasien mengatakan “Sesak nafas


berkurang, sesak timbul bila beraktivitas,
batuk (+), dahak (+), pusing (+)”

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 TTV : T :36,4 oC, P : 120 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 93%
 , BP : 100/70 mmHg, SpO2 : 90 %

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
(Dinas Sore) 13.00 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas
berkurang, sesak timbul bila beraktivitas,
batuk (+), dahak (+), pusing (+)”

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 TTV : T :36,4 oC, P : 120 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 93%

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (15.00 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 15.10 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 15.15 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (18.00 wita)
 Memberikan obat seperti codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan salbutamol
2x1 (2mg) (18.00 wita)

E:

S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas sudah
berkurang tetapi apabila beraktivitas
seperti berjalan sesak bertambah, batuk
masih tetapi sudah berkurang, sputum
berwarna putih, pusing (-), makan
minum sediki-sedikit, nyeri pada lutut
dan fitting edema >3 detik di punggung
kaki”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
 TTV : T :36,7 oC, P : 125 x / menit, R
: 24 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 91%
 Pasien rencana pulang
A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
(Dinas Malam) 20.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas sudah
berkurang tetapi apabila beraktivitas
seperti berjalan sesak bertambah, batuk
masih tetapi sudah berkurang, sputum
berwarna putih, pusing (-), makan
minum sediki-sedikit, nyeri pada lutut
dan fitting edema >3 detik di punggung
kaki”.
O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
 TTV : T :36,7 oC, P : 125 x / menit, R
: 24 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 91%
 Pasien rencana pulang

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi

I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (20.30 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 20.40 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 20.45 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 21.00 wita)
 Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) (21.00 wita)

E:

S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas sudah
tidak lagi kecuali beraktivitas seperti
berjalan dan ke kamar mandi, batuk
berkurang, dahak berwarna putih, makan
minum sedikit-sedikit, sakit pada lutut
kaki dan bengkak pada kaki”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
 fitting edema >3 detik pada
ekstremitas bawah
 TTV : T :36,8 oC, P : 116 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 96%

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
3 12 Juli 2017 08.00 S:
(Dinas Pagi Pasien mengatakan “Sesak nafas sudah
tidak lagi kecuali beraktivitas seperti
berjalan dan ke kamar mandi, batuk
berkurang, dahak berwarna putih, makan
minum sedikit-sedikit, sakit pada lutut
kaki dan bengkak pada kaki”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
 fitting edema >3 detik pada
ekstremitas bawah
 TTV : T :36,8 oC, P : 116 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 96%
A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi

I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (09.00 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 09.00 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 09.30 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 10.00 wita dan
13.00)
 Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) dan obat lainnya
seperti HRZE 1x1 (300mg/ 450mg/
750mg/ 750mg), codein 3x1 (10mg),
lesichole 2x1 ( dan salbutamol 2x1
(2mg) (pukul 10.30 wita dan 13.00
wita)

E:

S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih
dan sesak jika beraktivitas, batuk (+)
dahak berwarna putih, puing (-), makan
minum sedikit, sakit pada lutut kaki,
badan lemah dan bengkak pada kedua
punggung telapak kaki”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 3 liter
per menit
 Fitting edema pada punggung telapak
kaki >3 detik
TTV : T :36,9 oC, P : 116 x / menit, R : 25
x / menit, BP : 110/80 mmHg, SpO2 :
97%

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
(Dinas Sore) 14.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih
dan sesak jika beraktivitas, batuk (+)
dahak berwarna putih, puing (-), makan
minum sedikit, sakit pada lutut kaki,
badan lemah dan bengkak pada kedua
punggung telapak kaki”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 3 liter
per menit
 Fitting edema pada punggung telapak
kaki >3 detik
 TTV : T :36,9 oC, P : 116 x / menit, R
: 25 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 97%
A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (15.00 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 15.10 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 15.15 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (18.00 wita)
 Memberikan obat seperti codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan salbutamol
2x1 (2mg) (18.00 wita)

E:

S:
Pasien mengatakan “Nafas sessk jika
beraktivitas, batu (+), dahak berwarna
putih, makan minum kurang”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 Fitting edema pada kaki >3 detik
 TTV : T :36,1 oC, P : 101 x / menit, R
: 2 x / menit, BP : 110/80 mmHg, SpO2
: 94%
A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian.

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi
(Dinas Malam) 20.30 S:
Pasien mengatakan “Nafas sessk jika
beraktivitas, batu (+), dahak berwarna
putih, makan minum kurang”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 Fitting edema pada kaki >3 detik
 TTV : T :36,1 oC, P : 101 x / menit, R
: 2 x / menit, BP : 110/80 mmHg, SpO2
: 94%
A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi

I:

 Mengkaji tanda-tanda vital seperti


nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (20.30 wita)
 Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 20.40 wita)
 Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 20.45 wita)
 Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 21.00 wita)
 Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) (21.00 wita)
E:

S:
Pasien mengatakan “Nafas sesak masih
jika beraktivitas, batu (+), dahak
berwarna putih, makan minum kurang”.

O:
 Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
 Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
 Fitting edema pada kaki >3 detik
 TTV : T :36,1 oC, P : 101 x / menit, R
: 2 x / menit, BP : 110/80 mmHg, SpO2
: 94%

A:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian

P:

 Kaji tanda-tanda vital dan saturasi


oksigen.
 Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
 Atur posisi pasien
 Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
 Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
 Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
 Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi

Anda mungkin juga menyukai