Asuhan keperawatan keluarga pada Ny. S diagnosa medis “CVA” di rumah pasien di Dsn.
Kayen Ds. Kayangan Wilayah Kerja Puskesmas Cukir yang dilaksanakan padatanggal 25 Juli
2018 - 27 Juli 2018 telah disahkan sebagai Laporan tatanan nyata Semester VI Prodi S1
Keperawatan STIKES PEMKAB JOMBANG
Supriliyah .,S.Kep,.Ns,.M.Kep
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Tatanan Nyata dengan judul
“Laporan Hasil Pratik Tatanan Nyata Keluarga Pada Ny. S Dengan Cva Di Dusun Kayen
Desa Kayangan Di Wilayah Pukesmas Cukir” dalam bentuk makalah. Dengan selesainya
masalah ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ketua STIKES PEMKAB JOMBANG, drg. Budi Nugroho, MPPM
2. Ketua program studi S1 Keperawatan STIKES PEMKAB JOMBANG, Dr. Sestu
Retno D.A.,S.Kp,M.Kes
3. Dosen pembimbing Ratna Puji. P. S.Kep, Ns, M.s
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih ada kekurangan maupun
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi ............................................................................................................. 3
2.2 Etiologi ............................................................................................................. 3
2.3 Faktor Resiko.................................................................................................... 4
2.4 Klasifikasi ......................................................................................................... 4
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 5
2.6 Patofisiologi ...................................................................................................... 6
2.7 WOC ................................................................................................................. 7
2.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 8
2.9 Penatalaksanaan ................................................................................................ 9
2.10 Komplikasi .................................................................................................... 9
2.11 Pencegahan ..................................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 10
3.2 Diagnosa ........................................................................................................ 20
3.3 Masalah keperawatan ..................................................................................... 21
3.4 Intervensi ....................................................................................................... 23
3.5 Implementasi dan Evaluasi ............................................................................ 24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 26
4.2 Saran .............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit
stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi
penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker (Goldstein dkk :
2006; Kollen dkk : 2006; Lyoyd-Jones dkk : 2009). Jumlah penderita stroke di Indonesia
kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Disamping menyebabkan kematian, stroke juga
dapat menyebabkan kecacatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan
200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi
terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan
kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein dkk : 2006; Kollen
dkk : 2006; Lyoyd-Jones dkk : 2009).
Sehingga keadaan tersebut menempatkan stroke sebagai masalah kesehatan yang
serius. Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan
kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian
stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari CVA ?
2. Apa etiologi dari CVA ?
3. Apa saja faktor resiko dari CVA ?
4. Bagaimana klasifikasi dari CVA ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari CVA ?
6. Bagaimana patofisiologi dari CVA ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang CVA ?
8. Bagaimana penatalaksanaan CVA ?
9. Apa saja komplikasi dari CVA ?
10. Bagaimana pencegahan CVA ?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari CVA
2. Untuk mengetahui etiologi dari CVA
3. Untuk mengetahui faktor resiko CVA
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari CVA
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis CVA
6. Untuk mengetahui Patofisiologi CVA
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjaang CVA
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan CVA
9. Untuk mengetahui komplikasi dari CVA
10. Untuk mengetahui pencegahan dari CVA
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
iritasi meningeal (kekakuan nukhal, kernig’s, Brudzinski’s positif, Fotofobia,
penglihatan ganda, peka rangsang, kegelisahan, peningkatan suhu tubuh)
c. Perdarahan Serebral
2.3 Faktor Resiko
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas
pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh
darah mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1) Faktor resiko yang dapat diobati / dicegah :
a) Perokok.
b) Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
c) Tekanan darah tinggi.
d) Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
e) Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2) Faktor resiko yang tak dapat di rubah :
a) Usia di atas 65.
b) Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang
meningkatkan resiko serangan stroke).
c) DM.
d) Keturunan ( Keluarga ada stroke).
e) Pernah terserang stroke.
f) Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
g) Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).
2.4 Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
a. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
b. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan
intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan
4
kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil
mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata
serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral.
Pada stroke akut gejala klinis meliputi :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul secara
mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
e. Disatria (bicara cadel atau pelo)
f. Gangguan penglihatan, diplopia
g. Ataksia
h. Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala (Tarwoto, 2007)
5
2.6 Patofisiologi
Gangguan pasokan darah aliran otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi seperti arteri karotis interna dan system
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke
jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di
daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah mungkin terdapat
sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari
mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa keadaan penyakit pada pembuluh itu
sendiri, seperti pada atrosklerosis atau trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau
peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok
atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atauy embolus infeksi
yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium, atau rupture vascular di dalm
jaringan otak atau ruang subarakhnoid.
Dalam kehidupan sehari-hari otak memerlukan suplai darah konstan yang
diperankan oleh kontraksi otott polos arteri dan arteriol sesuai dengan tekanan
luminalnya. Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedra pada otak melalui 4 mekanisme, yaitu satyanegara, (2010):
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke otak menjadi tidak
adekuat, serta selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan ischemia
otak, bila hal ini terus terjadimaka akan terjadi infark.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke jaringan
(hemoragik).
3. Pembesaran sebuah/sekelompok pembuluh darah yang menekan jarinagn otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumppulan cairan diruang intertitial jaringan
otak.
Pada CVA Infark iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabakan
hipoksia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi-reaksi berantai yang berakhir
dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur pendukungnya (Misbach, 2007).
6
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
emboli. Thrombus terjadi karna berkembangnya aterosklorosis pada dinding pembuluh
darah, sehingga arteri menjadi tersumbat aliran darah ke trombus menjadi berkurang,
akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkann oleh embolus yang
berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis, terjadi blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat terjadi gangguan neorologis
foksil, perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah olek
emboli. Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti dengan
tingkat iskemia terberat dan berlokasi disentral. Daerah ini akan mengalami nekrotik
dalam waktu yang singkat jika tidak ada perfusi.
WOC/Pathway
7
2.7 Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
1. Hitung darah lengkap.
2. Kimia klinik.
3. Masa protombin.
4. Urinalisis.
B. Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler
2. CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti
3. Lumbal pungsi
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik
5. USG Doppler
Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis)
6. EEG
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
7. Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral,
kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid. (Batticaca,
2008)
8
2.8 Penatalaksanaan
1. Konservatif.
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b. Mencegah peningkatan TIK.
Antihipertensi.
Deuritika.
Vasodilator perifer.
Antikoagulan.
Diazepam bila kejang.
Anti tukak misal cimetidine.
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien
akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress
ulcer/perdarahan lambung.
Manitol : mengurangi edema otak.
2. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan klien.
Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :
a) Terapi wicara.
b) Terapi fisik.
c) Stoking anti embolisme.
2.9 Komplikasi
a. Aspirasi.
b. Paralitic illeus.
c. Atrial fibrilasi.
d. Diabetus insipidus.
e. Peningkatan TIK.
f. Hidrochepalus.
2.10 Pencegahan
a. Kontrol teratur tekanan darah.
b. Menghentikan merokok.
c. Menurunkan konsumsi kolesterol dan kontrol kolesterol rutin
9
d. Mempertahankan kadar gula normal.
e. Mencegah minum alkohol.
f. Latihan fisik teratur.
g. Cegah obesitas.
h. Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3.1 PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. F
b. Alamat dan Telepon : Dsn.Kayangan RT/RW 04/05 Ds Kayen Kec.
Diwek Kab. Jombang
c. Pekerjaan : Karyawan Swasta
Keluarga
11
Genogram
Ny.S Tn. D
Keterangan :
: Perempuan : Klien
: Hubungan : Cerai
2. Tipe Keluarga
Keluarga ini yaitu keluarga single parent
3. Suku Bangsa
Keluarga ini berasal dari suku jawa atau Indonesia, kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan degan masalah kesehatan sedangkan bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa jawa.
4. Agama
Seluruh anggota Ny.S beragama islam dan taat beribadah
5. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Sejak Ny.S sakit anggota
keluarga yang bekerja yaitu anaknya.
12
b. Penghasilan : 2.000.000,00
c. Harta benda yang dimiliki : Rumah, motor, TV, perabot Rumah
Tangga, dll
d. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan :-
6. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga jika ada waktu senggang nonton tv dan
mendengarkan radio , kadang-kadang kumpul dengan sanak saudara/ tetangga
dekatnya.
13
III. DATA LINGKUNGAN
1. Karakterisrik rumah
Status rumah yang dimiliki adalah milik sendiri
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Dibagian depan rumah terdapat teras. dan bagian belakang rumah dan dibagian
samping terdapat kamar mandi
Denah rumah
MUS
KAMAR HOLA
MANDI
KAMAR TIDUR 2
KAMAR TIDUR 1
RUANG TV /
KELUARGA
RUANG TAMU
TERAS
14
5. Sistem pendukung keluarga
Saat sekarang anak dari Ny.S dalam keadaan sehat begitupun juga dengan
menantunya yang tinggal bersama dengan Ny.S
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Struktur peran
a. Ny. S
Peran informal : Mencari nafkah ( sebelum sakit ) sebagai pengambil
keputusan (sebelum sakit)
Peran formal : Menjadi kepala keluarga, ibu
b. Tn.J
Peran informal : Mencari nafkah, sebagai pengambil keputusan
(saat Ny.S sakit)
Peran formal : Sebagai anak
c. Ny. W
Peran informal : Sebagai penyemangat dan penghibur
Peran formal : Sebagai menantu Ny.S
2. Nilai atau norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam
agama Islam yang dianutnya seperti : mengaji, shalat, dll. Serta norma keluarga yang
berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada keluarga yang sakit periksa ke sarana
kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang dipakai sehari-hari
adalah bahasa jawa.
4. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keputusan, keluarga Ny.S selalu mengedepankan musyawarah yang
dilakukan dengan anak dan menantunya
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
2. Fungsi mendapatkan status sosial
15
Keluarga mengatakan saling berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat sekitar
dengan baik
3. Fungsi pendidikan
Keluarga cukup mengerti penyakit yang diderita keluarganya.
4. Fungsi sosialisasi
Interaksi dalam keluarga baik dan keluarga mendidik anaknya dengan disiplin
5. Fungsi pemenuhan (perawat/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah keluarga
Keluarga mengetahui penyakit yang diderita oleh Ny.S sejak Ny.S jatuh di
kamar mandi kemudian dilakukan pemeriksaan di RSUD Jombang. Ny.S dan
Tn.J cukup mengerti tentang penyakitnya. Keluarga juga mengetahui cara
mencegah penyakitnya.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga Ny.S saat ada anggota keluarga yang sakit hal yang dilakukan adalah
membeli obat di toko terdekat dan istirahat,setelah beberapa hari sakit tidak
kunjung sembuh kemudian membawanya ke tempat pelayanan kesehatan.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Pada saat Ny. S sakit, Tn. J dan Ny. W yang merupakan anak dan juga
menantu dari Ny.S selalu merawat Ny. S dengan baik, mengingatkan dalam
waktu minum obat, mendampingi Ny.S pada saat di rumah maupun di rumah
sakit. Tn J juga memenuhi semua kebutuhan yang dibutuhkan Ny. S selama di
rumah
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Rumah Ny. S bersih meskipun terkadang terdapat kotoran ayam di depan
rumah
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas /pelayanan kesehatan yang ada yaitu puskesmas, rumah bidan, dan juga
dokter yang masih mudah di jangkau dengan kendaraan. Keluarga Ny. S
membawa Ny.S ke tempat pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas dan jika
dari puskesmas tidak mengatasinya keluarga Ny. S membawa Ny. S ke Rumah
Sakit terdekat.
6. Fungsi religious
Keluarga menganut agama islam.
7. Fungsi rekreasi
16
8. Kegiatan yang dilakukan keluarga jika ada waktu senggang nonton tv, kadang-
kadang kumpul dengan sanak saudara
9. Fungsi reproduksi
Ny. S mempunyai anak 3
10. Fungsi afeksi
Anggota keluarga sangat peduli apabila ada anggota keluarga yang sakit
VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stress jangka pendek dan panjang
Stress jangka pendek : Ny. S mengeluh mengalami penurunan berat badan
Stress jangka panjang : Ny. S mengatakan mengharapkan kesembuhan untuk
penyakitnya
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor
Keluarga sudah mulai bisa beradaptasi dengan sakit yang di derita oleh Ny S, anak
dan menantu dari Ny. S juga sangat baik dalam merawat Ny. S terutama dalam
kepatuhan minum obat yang rutin dan kebutuhan sehari - hari
3. Strategi koping yang digunakan
Anggota selalu musyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
4. Strategi adaptasi fungsional
Pada saat awal mula sakit Ny. S mulai diketahui, keluarga kemudian langsung
membawa Ny. S ke rumah sakit, dan juga sekarang Ny. S tidak melakukan kegiatan
yang berat karena mengalami kelemahan otot
VII. PEMERIKSAAN KESEHATAN TIAP INDIVIDU ANGGOTA KELUARGA
1. Pola fungsional gordon
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Ny. S tinggal di daerah pedesaan, pada area depan rumah Ny. S cahaya yang
masuk cukup, tetapi pada ruang tengah kurang mendapatkan cahaya dan juga
pada bagian samping terdapat kamar mandi
Pola nutrisi dan metabolik
Pada saat awal Ny. S sakit, mengatakan tidak nafsu makan, Ny S juga mengeluh
mengalami penurunan berat badan. Untuk makanan biasanya Ny.S makan dengan
tahu yang dikukus dan juga sambal tanpa garam.
Pola cairan dan metabolik
Ny. S minum air putih hangat dan terkadang minum sari kedelai
17
Pola aktifitas latihan
Sebelum sakit Ny.S sangat aktif bekerja, tetapi setelah sakit Ny.S banyak
menghabiskan waktu di rumah untuk istirahat, pada pagi hari Ny.S biasanya
jalan-jalan pagi di sekitar rumahnya dengan menggunakan kruk.
Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit Ny. S bisa tidur hanya dengan menggunakan 2 bantal, kemudian
pada saat awal Ny.S sakit Ny.S mengeluh tidak dapat tidur dengan nyenyak dan
harus menggunakan 4 bantal agar dapat tidur
Pola hubungan dan peran
Ny. S mengatakan tidak percaya bahwa dirinya akan mengalami sakit seperti ini,
yang berakibat Ny.S tidak bisa bekerja seperti biasanya, yang biasanya Ny. S
bekerja menjaga warung, dan sekarang hanya dapat di rumah saja beristirahat.
Pola sensori kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
tidak ada gangguan.
Pola persepsi dan konsep diri
Setelah mengetahui penyakitnya Ny.S dan keluarga awalnya tidak menyangka
tetapi sekarang Ny.S dan keluarga bisa menerima atas penyakit yang di derita
Ny.S dan sekarang keluarga dan Ny.S bersemangat untuk pengobatan yang
dijalani Ny.S
Pola penanggulangan stress
Semangat untuk sembuh membuat tingkat stress pada Ny. S berkurang
Pola tata nilai dan kepercayaan
Meskipun sakit, Ny. S tetap menjalankan ibadah sholat dan mengaji
18
2. TTV : Tidak terkaji Tidak terkaji
a. TD 190/100 mmHg
b. Suhu 35,4˚C
c. Nadi 96 kali/menit
d. Pernafasan 16 kali/menit
14. Kulit dan kuku Turgor kulit < 3 detik, CRT < 2 _
detik, kuku bersih dan tidak -
panjang
19
15 Ekstremitas keadaan kuku bersih, tidak ada _
oedema, -
Kekuatan otot :
5 4
5 4
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara
DEFINITION: mandiri
20
Nyeri
Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
Kejcemasan
Gangguan kognitif
Keenganan melakukan pergerakan
Gangguan persepsi sensori
Stroke
Cidera medulla spinalis
Trauma
RELATED
Fraktur
FACTORS:
Osteoatritis
Osteomalasia
Keganasan
Subjective data entry Objective data entry
21
Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Gangguan mobilitas fisik dengan keterbatasan gerak pada keluarga Tn. F khususnya Ny.
S berhubungan dengan ketidakmampuan melatih motoric pada anggota keluarga dengan
CVA.
Kriteria Bobot Skor Total Pembenaran/
alasan
Sifat masalah 1 2x1/3 = 0.6 Ny. S mengalami
Kurang/tdk sehat Actual : 3 stroke bagian
Ancaman Risiko : 2 ekstermitas kiri dan
Krisis Potensial : 1 penurunan nafsu
makan.
Kemungkinan masalah untuk 2 2x1/2 = 1 Butuh waktu cukup
dipecahkan lama untuk dapat
mudah Mudah : 2 memaksimalkan
sebagian Sebagian : 1 fungsi otot kembali
tidak dapat Tidak dapat : 0 normal.
Kurang pengetahuan
keluarga tentang
pemberian makan.
Potensi masalah untuk 1 3x2/3 = 2 Keluarga mengatahui
dicegah ketika hipertensi Ny.
tinggi Tinggi : 3 S kambuh keluarga
cukup Cukup : 2 memberikan obat
rendah Rendah : 1 amplodipin dan
menyuruh Ny. S
istirahat.
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi : 2 1x2/3 = Begitu keluarga
segera diatasi Tidak segera diatasi : 0,67 mengetahui Ny. S
tidak segera diatasi 1 stroke keluarga
masalah tidak dirasakan Masalah tidak langsung membawa
dirasakan: 0 Ny. S ke pusat
pelanan kesehatan
(RSUD).
22
TOTAL SKORING 4,27
1. Gangguan mobilitas fisik dengan keterbatasan gerak pada keluarga Tn. F khususnya Ny.
S berhubungan dengan ketidakmampuan melatih motoric pada anggota keluarga dengan
CVA.
3.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
23
duduk dari keluarga
tidur melakukan
gerakan
ringan ROM
24
ROM tangan dengan
bola empuk.
- TTV :
TD :160/110
N : 80 x/ menit
RR :20 x/menit
S : 36 0C
- Keluarga
mampu
menerapkan HE
yang telah di
berikan.
- Ny. S mampu
menerapkan
gerakan ROM
ringan sendiri,
jalan-jalan pagi
dengan kruk.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Secara garis besar,
stroke dibagi menjadi 2 yaitu Stroke karena pendarahan (Haemorragic) dan Stroke
bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik). Penyebab utama dari stroke
adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan
intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.
4.2 Saran
Diharapkan keluarga mampu mengenal masalah yang terjadi di dalam keluarga
dan diharapkan keluarga mampu melakukan tindakan promotif dan preventif.
Diharapkan kelurga dapat berperan aktif dalam pelaksanaan Asuhan keperawatan
meliputi 5 fungsi keluarga, yaitu: mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, memelihara dan memodifikasi
lingkungan yang sehat dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, (Edisi 8), (Volume 3), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Muttaqin, Arif, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta: Salemba Medika
Price S.A. and Wilson L.M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6, Buku II, Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, (Edisi 8), Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Purwanti, Okti S dan Maliya, A. 2008.Rehabilitasi Pasca Stroke, Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan.Vol. 1, No. 1, Maret 2008: 43
WHO. 2014. Insidensi stroke tahun 2013. Diakses: 21 Juli 2018.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs37/en/index.html
Esther, Chang. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktek Keperawatan.Jakarta : EGC
27