Anda di halaman 1dari 13

GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL

1.1. Defenisi Parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus dan desakan dan praktek seksual yang kuat yang biasanya berulang kali dan menakutkan bagi seseorang. Parafilia adalah perilaku menyimpang yang disembunyikan oleh pelakunya , tampak mengabaikan atau menyakiti orang lain dan merusak kemungkinan ikatan antara orang-orang.

1.2. Klasifikasi 1. Parafilia : Menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorder Edisi Revisi IV (DSMIV-TR) Ekshibisionisme Fetishisme Froteurisme Pedofilia Masokisme Seksual Sadisme Seksual Voyeurisme Fetishisme Transvestik Parafilia Lain yang Tidak Ditentukan (NOS : Not Oherwise Specified) contoh: Zoofilia

2. F65 Gangguan Preferensi Seksual Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi III (PPDGJ III) F65.0 Fetihisme F65.1 Tranvetisme Fetihistik F65.2 Ekshibisionisme F65.3 Voyeurisme F65.4 Pedofilia F65.5 Sadomasokisme F65.6 Gangguan Preeferensi Seksual Multipel F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainya

F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT

1.3. Epidemiologi Parafilia dipratekkan oleh sejumlah kecil populasi. Tetapi, sifat gangguan yang berulang menyebabkan tingginya frekuensi kerusakan akibat tindakan parafilia. Di antara kasus parafilia yang dikenali secara hukum, pedofilia adalah jauh lebih sering dibandingkan yang lainnya. Voyeurisme memiliki resiko yang tidak besar. 20% wanita dewasa telah menjadi sasaran orang dengan ekshibisionisme dan voyeurisme. Masokisme seksual dan sadisme seksual kurang terwakili dalam perkiraan prevalensi yang ada. Zoofilia merupakan kasus yang jarang. Menurut definisinya, parafilia adalah kondisi yang terjadi pada laki-laki. Lebih dari 80% penderita parafilia memiliki onset sebelum usia 18 tahun. Pasien parafilia umunya memiliki 3 sampai 5 parafilia baik yang bersamaan atau pada saat terpisah. Kejadian perilaku parafilia memuncak pada usia antara 15 dan 25 tahun, dan selanjutnya menurun. Parafilia jarang terjadi pada pria umur 50 tahun, kecuali mereka tinggal dalam isolasi atau teman yang senasib. Kategori Diagnostik Pedofilia Eksibisionisme Veyorisme Frotteurisme Masokisme seksual Transvestik Fetishisme Sadisme seksual Fetishisme Zoofilia Pasien Parafilia dalam

Terapi Rawat Jalan (%) 45 25 12 6 3 3 3 2 1

1.4. Etiologi

1. Faktor Psikososial Dalam model psikoanalitik klasik, seseorang dengan parafilia adalah orang yang gagal untuk menyelesaikan proses perkembangan normal ke arah penyesuaian heteroseksual.

Apa yang membedakan satu parafilia dengan parafilia lainnya adalah metode yang dipilih seseorang (biasanya laki-laki) untuk mengatasi kecemasan yang disebabkan oleh ancaman kastrasi oleh aya dan perpisahan dengan ibu. Bagaimanapun kacau manifestasinya , perilaku yang dihasilkan memberikan jalan keluar untuk dorongan seksual dan agresif yang seharusnya telah disalurkan ke dalam perilaku seksual yang tepat. Teori psikoanalitik klasik menyatakan bahwa transeksualisme dan fetihisme ransvestik keduanya adalah gangguan karena masing-masing melibatkan identifikasi dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin bukannya orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Sebagai contoh , seorang laki-laki berpakaian dengan pakaian wanita adalah dipercaya untuk beridentifikasi dengan ibunya. Ekshibisionisme dan veyourisme juga dilihat sebagai ekspresi identifikasi kewanitaan karena orang dengan parafilia harus terus menerus memeriksa genetalianya atau genetalia orang lain untuk menenangkan kecemasannya. Fetishisme adalah suatu usaha untuk menghindari kecemasan dengan mengalihkan impuls libido kepada objek yang tidak sesuai. Orang dengan pedofilia dan sadisme seksual memiliki kebutuhan untuk mendominasi dan mengendalikan korbannya. Beberapa ahli teori percaya bahwa pemilihan seorang anak sebagai objek cinta adalah suatu pilihan narsistik. Teori lain menyebutkan perkembangan parafilia sebagai pengalaman awal yang membiasakan anak dalam melakukan tindakan parafilia. Penganiayaan sebagai anak dapat mempresdiposisikan seseorang sehingga menjadi penerima penyiksaan terus menerus semasa dewasanya atau sebaliknya menjadi penyiksa bagi orang lain. Teori belajar menyatakan bahwa karena mengkhayalkan minat parafilia yang dimulai pada usia yang awal dan karena khayalan dan pikiran seseorang tidak sama-sama dirasakan oleh orang lain, penggunaan dan penyalahgunaan khayalan dan desakan parafilia terus tidak terhambat sampai kehidupan kemudian. Selanjutnya hanya akan terhambat jika sesorang mulai menyadari bahwa minat dan desakan parafilia adalah tidak sesuai dengan norma masyarakat.

2. Faktor Organik Beberapa studi mengidentifikasi temuan organik abnormal pada orang dengan parafilia. Di antara pasien yang dirujuk ke pusat medis besar, yang memiliki temuan organik positif mencakup 74 % pasien dengan kadar hormone abnormal, 27 % dengan tanda neurologi yang ringan atau berat, 24 % dengan kelainan kromosom, 9 % dengan kejang, 9 % dengan disleksia, 4 % dengan EEG abnormal, 4 % dengan gangguan jiwa berat, 4 % dengan

cacat mental. Tes psikofisiologis telah dikembangkan untuk mengukur ukuran volumemetrik penis sebagai repon stimulasi parafilia dan nonparafilia. Prosedur dapat digunakan dalam diagnosis dan pengobatan, tetapi memiliki keabsahan diagnostik yang diragukan karena beberapa laki-laki dapat menekan respon erektilnya.

1.5. Diagnosis

1. Ekshibisionisme Eksibisionisme adalah dorongan berulang untuk menunjukkan alat kelamin pada orang asing atau pada orang yang tidak menyangkanya. Kegairahan seksual terjadi pada saat antisipasi terhadap pertunjukan tersebut, dan orgasme didapatkan melalui masturbasi selama atau setelah peristiwa. Dinamika laki-laki dengan eksibisonisme adalah untuk menegaskan maskulinitas mereka dengan menunjukkan penis dan dengan melihat reaksi korbanketakutan, kaget, jijik.

Pedoman diagnostik eksibisionisme menurut DSM-IV :

kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada orang lain (biasanya lawan jenis kelamin) atau kepada orang banyak di tempat umum, tanpa ada ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab.

Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki heteroseksual yang memamerkan pada wanita, remaja atau dewasa, biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat umum. Apabila yang menyaksikan itu terkejut, takut, atau terpesona, kegairahan penderita menjadi meningkat.

Pada beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-satunya penyaluran seksual, tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini dilanjutkan bersamaan (simultaneously) dengan kehidupan seksual yang aktif dalam suatu jalinan hubungan yang berlangsung lama, walaupun demikian dorongan menjadi lebih kuat pada saat menghadapi konflik dalam hubungan tersebut.

Kriteria diagnostik eksibisionisme menurut DSM-IV : a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual , dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa memamerkan alat kelaminnya senditi kepada orang yang tidak dikenal dan tidak menduga.

b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. . 2. Fetihisme Fokus seksual adalah pada benda-benda seperti sepatu, sarung tangan, pakaian dalam yang berhubungan erat dengan tubuh manusia. Aktivitas seksual mungkin diarahkan kepada pemujaan itu sendiri (sebagai contoh masturbasi dengan atau ke dalam sepatu) atau pemujaan yang dapat digabungkan ke dalam hubungan seksual (sebagai contoh mengharuskan menggunakan sepatu berhak tinggi).

Pedoman diagnostik fetihisme menurut PPDGJ-III :

Mengandalkan

pada

beberapa

benda

mati

(non-living

object)

sebagai

rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikan kepuasan seksual . Kebanyakan benda tersebut (objek fetish) adalah ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu.

Diagnosis ditegakkan apabila objek fetish benar-benar merupakan sumber yang utama dari rangsangan seksual atau penting sekali untuk respons seksual yang memuaskan.

Fantasi fetishistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali apabila menjurus kepada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan seksual dan menyebabkan penderitaan bagi individu.

Fetishisme terbatas hampir hanya pada pria saja.

Kriteria diagnostik fetihisme menurut DSM-IV : a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual , dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa pemakaian benda-benda mati (misalnya pakaian dalam wanita) b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. c. Objek fetish bukan perlengkapan pakaian wanita yang digunakan pada cross dressing (berpakaian lawan jenis) seperti pada fetihisme transvestik atau alat-alat yang dirancang untuk tujuan stimulasi taktil pada genital misalnya sebuah vibrator.

3. Frotteurisme Frotteurisme biasanya ditandai oleh seorang laki-laki yang menggosokkan penisnya kepada bokong atau bagian tubuh seorang wanita yang berpakaian lengkap untuk mencapai orgasme. Pada saat yang lain, ia mungkin menggunakan tangannya untuk meraba korban yang tidak menaruh curiga. Tindakan ini biasanya terjadi pada tempat ramai, khususnya dalam kereta dan bus. Orang dengan frotteurisme adalah sangat pasif dan terisolasi, dan cara tersebut seringkali merupakan satu-satunya sumber kepuasan seksualnya.

Kriteria diagnostik frotteurisme menurut DSM-IV : a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa menyentuh atau bersenggolan dengan orang yang tidak menyetujuinya. b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku yang menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya

4. Pedofilia Adalah selama periode sekurangnya enam bulan, dorongan seksual yang kuat terhadap atau kepada anak yang berusia 13 tahun atau lebih muda. Orang yang pedofilia sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya lima tahun lebih tua dari korbannya.

Pedoman diagnostik pedofilia menurut PPDGJ-III :

Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas, baik laki-laki maupun perempuan.

Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan. Preferensi tersebut harus berulang dan menetap. Termasuk : laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang kronis untuk mencapai hubungan seksual yang diharapkan, maka kebiasaannya beralih kepada anak-anak sebagai pengganti.

Kriteria Diagnostik Pedofilia menurut DSM-IV :

a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual , dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas seksual dengan anak prapubertas atau anak-anak (biasanya berusia 13 tahun atau kurang) b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. c. Orang sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya berusia 5 tahun lebih tua dari anak, atau anak-anak dalam kriteria A

5. Masokisme seksual Menurut DSM IV , orang dengan masokisme seksual memiliki preokupasi yang rekuren dengan desakan dan fantasi seksual karena dihina, dipukul, diikat atau hal yang lain yang menyebabkan penderitaan dan lebih sering dilakukan diantara lakilaki dibandingkan wanita. Freud percaya bahwa masokisme dihasilkan oleh khayalan destruktif yang dikembalikan pada diri sendiri. Orang dengan masokisme seksual mungkin memliki pengalaman masa anak-anak yang mengesankan bagi mereka bahwa rasa sakit adalah diperlukan untuk kenikmatan seksual. Kriteria diagnostik untuk masokisme seksual menurut DSM IV : a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual , dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau disimulasi) sedang dihina, dipukuli, diikat atau hal lain yang membuat menderita. b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

6. Sadisme seksual Sadisme adalah suatu pertahanan terhadap ketakutan akan kastrasi orang dengan sadisme seksual melakukan kepada orang lain apa yang mereka takuti akan terjadi pada mereka. Onset biasanya sebelum usia 18 tahun dan sebagian besar adalah laki-laki.

Kriteria diagnostik untuk masokisme seksual menurut DSM IV : a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual , dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau disimulasi) dimana penderitaan korban secara fisik atau psikologis (termasuk penghinaan) adalah menggembirakan pelaku secara seksual. b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Pedoman diagnostik sadomasokisme menurut PPDGJ-III :

Preferensi terhadap aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan; (individu yang lebih suka untuk menjadi resipien dari perangsangan demikian disebut masochism, sebagai perilaku = sadism)

Seringkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari aktivitas sadistik maupun masokistik.

Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas sadomasokistik merupakan sumber rangsangan yang penting untuk pemuasan seks.

harus didbedakan dari kebrutalan dalam hubungan seksual atau kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisme.

7. Veyourisme Adalah preokupasi rekuren dengan khayalan dan tindakan yang berupa mengamati orang lain yang telanjang atau sedang berdandan atau melakukan aktivitas seksual. Masturbasi sampai orgasme biasanya terjadi selama atau setelah peristiwa. Tindakan ini biasanya terjadi pada masa anak-anak dan paling sering pada laki-laki. Kriteria diagnostik untuk veyourisme menurut DSM IV : a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual , dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa mengamati orang telanjang yang tidak menaruh curiga , sedang membuka pakaian, atau melakukan hubungan seksual. b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Pedoman diagnostik veyourisme menurut PPDGJ-III :

kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang sedang berhubungan seksual atau berprilaku intim seperti sedang menanggalkan pakaian.

Hal ini biasanya menjurus kepada rangsangan seksual dan masturbasi, yang dilakukan tanpa orang yang diintip menyadarinya.

8. Fetihisme transvestik Ditandai oleh khayalan dan desakan seksual pada laki-laki heteroseksual untuk berpakaian dengan pakaian wanita untuk tujuan mendapatkan rangsangan dan sebagai pelengkap masturbasi atau koitus. Biasanya dimulai pada masa anak-anak atau remaja awal. Dengan berjalannya waktu, beberapa lelaki dengan fetihisme transvestik ingin berpakaian dan hidup secara permanen sebagai wanita. Jika seseorang dengan fetihisme transvestik berpakaian wanita, penampilan feminim dapat mengejutkan. Jika tidak berpakaian dengan pakaian wanita, laki-laki mungkin hipermaskulin dalam penampilan dan pekerjaannya. Kriteria diagnostik untuk fetihisme transvestik menurut DSM IV : a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, pada seorang laki-laki heteroseksual, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa cross dressing. b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Pedoman diagnostik fetihisme transvestik menurut PPDGJ-III :

Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan pokok untuk mencapai kepuasan seksual.

Gangguan ini harus dibedakan dari fetishisme . Di mana pakaian sebagai objek fetish bukan hanya sekedar dipakai, tetapi juga untuk menciptakan penampilan seorang dari lawan jenis kelaminnya. Biasanya lebih dari satu jenis barang yang dipakai dan seringkali suatu perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tata rias wajah.

Transvestisme fetishistik dibedakan dari transvestisme transsexual oleh adanya hubungan yang jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan keinginan /hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan rangsangan seksual menurun.

Adanya riwayat transvestisme fetishistik biasanya dilaporkan sebagai suatu fase awal oleh para penderita transseksualisme dan kemungkinan merupakan suatu stadium dalam perkembangan transseksualisme.

9. Parafilia yang tidak ditentukan a) Skatologia telepon Ditandai oleh panggilan telepon yang cabul , ketegangan dan perangsangan yang dimulai saat akan menelepon, melibatkan pasangan yang tidak menaruh curiga, penerima telepon mendengarkan saat penelepon (biasanya laki-laki) secara verbal membuka preokupasinya atau mengajak wanita untuk membicarakan aktivitas seksualnya dan percakapan tersebut biasanya disertai dengan masturbasi. Orang dapat juga mengggunakan jaringan computer interaktif untuk mengirimkan pesan cabul melalui surat elektronik. Di samping itu, orang menggunakan jaringan computer untuk mengirimkan pesan dan gambar-gambar video yang seksual. Beberapa orang secara kompulsif menggunakan jasa tersebut. b) Nekrofilia Adalah obsesi untuk mendapatkan kepuasan seksual dari mayat. Sebagian besar orang dengan nekrofilia mendapatkan mayat untuk eksploitasinya dari kamar mayat. Pada beberapa kasus yang dipelajari, orang dengan nekrofilia percaya bahwa mereka membebankan penghinaan terbesar pada korban mereka yang telah mati. c) Parsialisme Dalam parsialisme seseorang mengfokuskan pada satu bagian tubuh dan menyingkirkan bagian lain. Kontak genital mulut seperti kunilingus (kontak oral dengan genital eksternal wanita), felasio (kontak oral dengan penis) dan analingus (kontak oral dengan anus) adalah suatu aktivitas yang normalnya berhubungan dengan pemanasan seksual. Tetapi jika seseorang menggunakan aktivitas tersebut sebagai sumber satu-satunya kepuasan seksual dan tidak dapat melakukan koitus atau menolak melakukan koitus, terdapat suatu parafilia. Keadaan ini juga dikenal sebagai oralisme. d) Zoofilia

Pada zoofilia, binatang yang mungkin dilatih untuk berperan serta adalah disukai untuk khayalan perangsangan atau aktivitas seksual, termasuk hubungan seksual, masturbasi, dan kontak oral-genital. Zoofilia sebagai suatu parafilia yang terorganisasi adalah jarang. Bagi sejumlah orang, binatang adalah sumber utama hubungan, sehingga tidak mengejutkan bahwa binatang rumah tangga digunakan secara sensual atau seksual. Hubungan seksual dengan binatang kadang-kadang merupakan suatu hasil pertumbuhan dari tersedianya atau kesenangan, khususnya pada bagian dunia dimana kaidah yang ketat melarang seksualitas pramarital atau dalam situasi isolasi yang berlebihan. Tetapi, karena masturbasi juga tersedia dalam situasi tersebut, suatu predileksi untuk kontak dengan binatang kemungkinan ditemukan pada zoofilia oportunistik. e) Koprofilia Koprofilia adalah kesenangan seksual yang berhubungan dengan keinginan untuk defekasi pada tubuh pasangan, didefekasi oleh pasangan, atau makan feses (koprofagia). Suatu varian adalah pemakaian kompulsif kata-kata cabul (koprolalia). Parafilia tersebut adalah berhubungan dengan fiksasi pada stadium anal dari perkembangan psikoseksual. Demikian juga, penggunaan enema sebagai bagian dari stimulasi seksual, klismafilia, adalah berhubungan dengan fiksasi anal. f) Urofilia Urofilia adalah minat dalam kenikmatan seksual yang berhubungan dengan keinginan untuk kencing pada tubuh pasangan atau dikencingi oleh pasangan; ini adalah suatu bentuk erotikisme uretral. Keadaan ini mungkin disertai dengan teknik masturbasi yang melibatkan insersi benda asing ke dalam uretra untuk mendapatkan stimulasi seksual baik pada laki-laki maupun wanita. g) Masturbasi Masturbasi adalah aktivitas normal yang sering ditemukan pada semua stadium kehidupan dari masa bayi sampai usia lanjut. Hal ini tidak selalu dianggap demikian. Freud percaya neurastenia adalah disebabkan oleh masturbasi yang berlebihan. Pada awal tahun 1990-an, kegilaan masturbasi (masturbatory insanity) adalah suatu diagnosis yang sering ditemukan pada rumah sakit untuk kegilaan criminal di AS. Masturbasi dapat didefinisikan sebagai pencapaian kenikmatan seksual biasanya menyebabkan orgasme oleh diri sendiri (autoerotikisme). Alfred Kinsley menemukan bahwa masturbasi adalah lebih menonjol pada laki-laki daripada wanita, tetapi perbedaan tersebut tidak lagi benar. Frekuensi masturbasi bervariasi dari tiga

sampai empat kali dalam seminggu pada masa remaja sampai satu sampai dua kali seminggu pada masa dewasa. Masturbasi sering ditemukan pada orang yang telah menikah; Kinsey melaporkan bahwa keadaan ini terjadi rata-rata satu kali sebulan pada pasangan yang menikah. Masturbasi adalah abnormal jika ia menjadi satusatunya jenis aktivitas seksual yang dilakukan, jika dilakukan sedemikian seringnya sehingga menyatakan suatu kompulsi atau disfungsi seksual, atau jika secara terus menerus disukai untuk berhubungan seks dengan pasangan. h) Hipoksifilia Hipoksifilia adalah keinginan untuk mencapai perubahan kesadaran sekunder karena hipoksia saat mengalami orgasme. Dalam gangguan ini orang mungkin menggunakan obat (seperti nitrit volatil atau nitrogen oksida) yang menghasilkan hipoksia. Asfiksiasi autoerotik juga berhubungan dengan keadaan hipoksik tetapi harus diklasifikasikan sebagai suatu bentuk masokisme seksual.

1.6. Terapi 1. Psikoterapi berorientasi tilikan Merupakan pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengobati parafilia. Pasien memiliki kesempatan untuk mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwaperistiwa yang menyebabkan perkembangan parafilia. Secara khusus, mereka menjadi menyadari peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya (sebagai contohnya, penolakan yang nyata atau dikhayalkan). Psikoterapi juga memungkinkan pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal dan menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksual. Terapi kelompok juga berguna.

2. Terapi seks Adalah pelengkap yang tepat untuk pengobatan pasien yang menderita disfungsi seksual tertentu dimana mereka mencoba melakukan aktivitas seksual yang tidak menyimpang dengan pasangannya.

3. Terapi perilaku Digunakan untuk memutuskan pola parafilia yang dipelajari. Stimuli yang menakutkan, seperti kejutan listrik atau bau yang menyengat, telah dipasangkan dengan impuls tersebut, yang selanjutnya menghilang. Stimuli dapat diberikan oleh

diri sendiri dan digunakan oleh pasien bilamana mereka merasa bahwa mereka akan bertindak atas dasar impulsnya.

4. Terapi obat Termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan, adalah diindikasikan sebagai pengobatan skizofrenia atau gangguan depresif jika parafilia disertai dengan gangguan-gangguan tersebut. Antiandrogen, seperti ciproterone acetate di Eropa dan medroxiprogesterone

acetate (Depo-Provera) di Amerika Serikat, telah digunakan secara eksperimental pada parafilia hiperseksual. Medroxiprogesterone acetate bermanfaat bagi pasien yang dorongan hiperseksualnya diluar kendali atau berbahaya (sebagai contoh masturbasi yang hampir terus-menerus, kontak seksual setiap kesempatan, seksualitas menyerang yang kompulsif). Obat serotonorgik seperti Fluoxetin (prozac) telah digunakan pada beberapa kasus parafilia dengan keberhasilan yang terbatas.

1.7. Prognosis Prognosis buruk untuk parafilia adalah berhubungan dengan onset usia awal, tingginya frekuensi tindakan, tidak ada perasaan bersalah atau malu terhadap tindakan tersebut, dan penyalahgunaan zat. Perjalanan penyakit dan prognosis adalah baik jika pasien memiliki riwayat koitus disamping parafilia, jika pasien memiliki motivasi tinggi untuk berubah, dan jika pasien datang berobat sendiri.

DAFTAR PUSTAKA 1). Kaplan, H.I., B.J. Sadock, J.A. Grebb. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis Of Psychiatry 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2). Maslim, R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJIII. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai