Anda di halaman 1dari 25

Disfungsi Seksual, Penyebab Dan Cara Mengatasinya

Seks Nov 8, 2007 , oleh Liang 0 26.586

Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan


keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami
hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya,
mengalami gangguan seksual atau disfungsi seksual. Jika tidak segera diobati, masalah
tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga.

Disfungsi seksual itu sendiri merupakan kondisi di mana fungsi seksual dalam tubuh
seseorang sudah mulai melemah. Kondisi itu dapat terjadi ketika kita masih muda, maupun
pada usia lanjut karena kondisi fisik dan mental yang semakin berkurang.

Kondisi disfungsi seksual dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria dapat berupa
hiposeksualitas (hasrat seks yang berkurang), impotensia (kemampuan ereksi berkurang atau
tidak mampu sama sekali), ejakulasi dini, dan anorgosmia (tidak dapat orgasme). Sedangkan
pada wanita, disfungsi seksual dapat berupa hiposeksualitas (hasrat seks berkurang), frigiditas
(dingin terhadap seks atau tidak bergairah sama sekali), fobio seksualis (takut dan muak pada
hubungan seksual), vaginismus, disparuenia (nyeri saat berhubungan), dan anorgasmia (tidak
dapat organsme).

Disfungsi seksual disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik fisik maupun
mental. Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes mellitus (kencing
manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin, penyakit otak dan sumsum tulang, akibat
operasi prostat pada pria, tumor atau kanker rahim pada wanita, menurunnya hormon (pada
pria maupun wanita), akibat pembedahan indung telur, penggunaan narkoba, obat penenang,
alkohol, dan rokok. Sedangkan penyakit mental yang menyebabkan disfungsi seksual adalah
psikosis, schizoprenia, neurosis cemas, histerik, obsesif-kompulsif, depresif, fobia, gangguan
kepribadian atau psiko-seksual, serta retardasi mental dan gangguan intelegensia.

Disfungsi seksual harus dicari penanggulannya sebab dapat menimbulkan masalah yang lebih
besar jika tidak diatasi sejak dini. Impotensia, misalnya, dapat timbul karena berbagai
penyakit tubuh atau penyakit lokal di daerah alat vital pria, seperti diabetes yang biasanya
menyebabkan pria tidak mampu memiliki gairah seksual. Untuk mengatasinya, penyakit
diabetes sebaiknya harus diobati terlebih dahulu. Sedangkan untuk mengobati frigiditas pada
wanita dapat dilakukan dengan faktor biologik (masa birahi pada saat ovulasi dan
menstruasi), faktor psikologis (menghilangkan rasa takut atau jijik), dan faktor psikodinamik
(menghilangkan rasa kotor, takut ditolak pasangannya, dan sebagainya). Dengan
menanggulangi disfungsi seksual sejak dini, diharapkan dapat tercipta rumah tangga yang
sehat dan harmonis.
Gangguan Seksual

By Nung

BAB I
PENDAHULUAN

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang tidak pernah berhenti melimpahkan
berjuta-juta kenikmatan, taufik, inayah serta hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat, salam dan
berkah semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan seluruh umat Nabi Besar Rasullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sabahat dan siapa saja yang selalu berusaha
melaksanakan sunnahnya.
Dewasa ini terdapat berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sangat kompleks yang
akibatnya dapat mempengaruhi psikis ataupun fisik. Dan hubungan atau interaksi individu dengan
individu yang lain terkadang terjadi hubungan yang tidak harmonis serta menyebabkan perilaku yang
berbeda atau lazimnya disebut kelainan.
Manusia merupakan makhluk yang unik dan menarik untuk dipelajari seluk-beluknya. Hal ini
mencakup semua aspek yang membentuk pribadi individu, baik dari segi individunya sendiri,
ataupun kehidupan sosialnya. Dalam menjalani kehidupannya manusia pasti mempunyai
permasalahan dan dari permasalahan ini harus dicari penyelesaiannya.
Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini adalah permasalahannya tentang "Gangguan
Seksual". Seks merupakan energi psikhis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak
Cuma bertingkah laku di bidang seks saja, yaitu melakukan relasi seksual atau bersenggama, akan
tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan non seksual. Sebagai energi psikhis, seks merupakan
motivasi atau dorongan untuk berbuat atau bertingkah laku.

Seks itu adalah satu mekhanisme, dengan mana manusia mampu mengadakan keturunan. Sebab itu,
seks merupakan mekhanisme yang vital sekali, dengan mana manusia mengabdikan jenisnya. Di
samping hubungan social biasa, di antara wanita dan pria itu bisa terjadi hubungan khusus yang
sifatnya erotis, yang disebut sebagai relasi seksual. Dengan relasi seksual ini kedua belah pihak
menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kepuasaan seksual atau orgasme, jika dilakukan dalam
hubungan yang normal sifatnya.
Laki-laki dan wanita dewasa itu ialah mereka yang nantinya mampu melakukan relasi seksual yang
adekwat. Dengan kata-kata lain, wanita itu disebut normal dan dewasa, bila dia mampu
mengadakan relasi seksual dengan seorang pria dalam bentuk yang normal dan bertanggung jawab.
Dan sebaliknya, seorang pria disebut normal, bila mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita
yang sehat sifatnya.
Baik pria maupun wanita harus menyadari, bahwa relasi sekisual itu harus dilakukan dalam batas-
batas norma ethis atau susila, sesuai dengan norma masyarakat dan norma agama. Oleh kedua cirri
tersebut di atas, yaitu normal dan bertanggung jawab, maka hal ini mewajibkan manusia melakukan
hubungan seks dalam satu ikatan yang teratur, yaitu dalam ikatan perkawinan yang syah.
Selanjutnya, bentuk relasi seks yang abnormal dan perverse (buruk, jahat) adalah relasi seks yang
tidak bertanggung jawab, didorong oleh kompulsi-kompulsi dan dorongan-dorongan yang abnormal,
yang akan dibahas dalam makalah ini.

BAB II
GANGGUAN SEKSUAL

Gangguan seksual yang akan dibahas dalam bab ini mencakup antara lain:
1. Parafilia
2. Disfungsi Seksual
3. Gangguan Identitas Gender

1. PARAFILIA (Paraphilias)

Parafilia ("Para artinya penyimpangan dan "filia" artinya obyek atau situasi yang disukai). Parafilia
menunjuk pada obyek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun
aktivitas seksual yang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital).
Normal bila seorang pria terangsang nafsu seksnya ketika melihat celana dalam wanita (terangsang
pada benda). Baru dianggap abnormal benda atau obyek tersebut sebagai cara mendapatkan
kepuasaan seksual.
Perilaku penyimpangan seksual sering dianggap perbuatan tidak bermoral oleh masyarakat. Ada
penderita yang merasa bersalah atau depresi dengan pemilihan obyek atau aktivitas seksualnya yang
tidak normal. Namun banyak pula yang tidak merasa terganggu dengan penyimpangannya tersebut
kecuali bila ada reaksi dari masyarakat atau sanksi dari yang berwenang.
Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan seksual yang sehat (mengingat banyak penderita
Parafilia yang menikah). Misalnya gairah seks penderita Sadisme seksual baru bisa diajukan ke
pengadilan karena aktivitas seks mereka sering merenggut "korban" misalnya Voyeurisme
(mengintip orang lain), Eksibionisme (memamerkan di depan orang lain, dan Pedofilia (memilih anak
kecil sebagai obyek seks).
Parafilia digolongkan ke dalam kriteria tingkat ringan yaitu bila penderita hanya mengalami
dorongan Parafilia yang kuat tetapi tidak melakukannya. Dianggap sedang bila dilakukan kadang-
kadang dan dianggap berat bila berulang-ulang dilakukan. Parafilia lebih banyak diderita pria
daripada wanita dengan perbandingan 20:1.
Ada 10 jenis Gangguan Parafilia antara lain:
" Pedofilia
" Eksibionisme
" Voyeurisme
" Sadisme Seksual
" Masokhisme Seksual
" Fetisisme
" Transvestisme
" Zofilia
" Froteurisme
" Homoseksual
Selain 10 jenis di bawah ini, masih ada gangguan seksual yang tidak tergolongkan yaitu mencakup
necrofilia (hubungan seks dengan mayat), telephon scatologia (gairah seks bertelepon cabul)

" Pedofilia
Pedofilia merupakan jenis parafilia yang banyak mendapat sanksi keras dari masyarakat. Ciri
utamanya adalah dorongan seksual yang kuat terhadap anak-anak (biasanya usia di bawah 13
tahun). Melalui kontak dengan anak-anak, penderita berusaha untuk mendapatkan kepuasan
seksual. Rata-rata yang mengalami gangguan ini adalah para pria. Penyimpangan seksualnya
mencakup aktivitas melihat anak sambil melakukan masturbasi, menjamah bagian-bagian tubuh
anak termasuk daerah sekitar kemaluan, menyuruh anak memanipulasi penis penderita atau
melakukan hubungan seks dengan anak.
Yang menjadi korban bisa anak kandung sendiri, anak tiri, anak saudara atau orang lain. Untuk
menarik perhatian anak, penderita bertingkah laku baik misalnya sangat dermawan. Sekaligus untuk
mencegah anak agar tidak melaporkan aktivitas seksualnya. Ada juga yang berperilaku kasar dengan
cara mengancam.
Umumnya penderita pedofilia adalah orang yang takut gagal dalam berhubungan secara normal
terutama menyangkut hubungan seks dengan wanita yang berpengalaman. Akibatnya penderita
mengalihkannya pada anak-anak karena kepolosan anak tidak mengancam harga dirinya. Di samping
itu ketika kanak-kanak, penderita meniru perilaku seks dari model atau contoh yang buruk.
" Eksibionisme
Eksbionisme adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasaan seksual dengan
memperlihatkan alat genital terhadap orang yang tak dikenal. Setelah memamerkan alat genitalnya,
penderita tidak bermaksud melakukan aktivitas seksual lebih lanjut terhadap korban misalnya
memperkosa. Oleh sebab itu gangguan ini tidak berbahaya secara fisik bagi korban. Penderita
eksbionisme kebanyakan pria dan korbannya wanita (anak maupun dewasa) biasanya terjadi di
tempat-tempat umum.
Para ahli mengatakan bahwa penderita Eksibionisme biasanya mempunyai hubungan buruk dengan
pasangan seksnya. Mereka tak percaya diri dalam perannya sebagai pria.
" Voyeurisme
Voyeurisme berasa dari akta "voir" artinya melihat. Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk
memperoleh kepuasaan seks dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang
melakukan hubungan seks.
Kepuasan seksual didapatkan ketika sedang mengintip atau ketika sedang membayangkan
adegannya. Setelah mengintip, penderita tidak bermaksud untuk melakukan tindakan seksual
dengan orang yang yang telah di intipnya.
Voyeurisme meempunyai ciri (1) mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai (2) korban tidak
mengetahui (menonton tarian telanjang dalam sebuah pertunjukan tidak termasuk Voyeurisme)
" Sadisme Seksual
Sadisme ialah kelainan seksual dalam mana kepuasan seksual diasosiasikan dengan penderitaan,
kesakitan dan hukuman. Ciri utama dari Sadisme Seksual adalah keinginan untuk mendapatkan
gairah dan kepuasaan seksual dengan menyiksa partner seksnya. Siksaan bisa secara fisik
(menendang, memperkosa) maupun psikis (menghina, maki-maki). Penderitaan korban inilah yang
membuatnya merasa bergairah dan puas.
Adapun sebab-sebab Sadisme seksual antara lain:
" Oleh pendidikan yang salah, timbullah anggapan bahwa perbuatan seks itu adalah kotor, sehingga
perlu ditindak dengan kekejaman dan kekerasan dengan melakukan perbuatan sadisme.
" Di dorong oleh nafsu berkuasa yang ekstrim, sehingga seseorang perlu menampilkan perbuatan
kekejaman dan penyiksaan terhadap partner seksnya.
" Mungkin juga disebabkan oleh pengalaman traumatis dengan ibunya atau dengan seorang wanita
sehingga oleh rasa dendam yang membara, seorang pria mengembangkan pola sadistis dalam
bersenggama baik secara sadar atau tidak sadar.
" Pola kepribadian yang psikopatis.
Penyiksaan hebat sampai pada penbunuhan untuk mendapatkan kepuasan seks dan untuk
mendapatkan orgasme, adalah puncak dari sadisme, dimana korban dirusak tubuhnya dan dibunuh
secara kejam. Biasanya semua ini dilakukan dengan kondisi jiwa yang psikotis atau kondisi kejiwaan
yang abnormal.
" Masokhisme Seksual
Masokhisme seksual ialah gangguan atau penyakit seksual yang mana individu memperoleh
kepuasaan seksual lewat kesakitan pada diri sendiri. Kesakitan ini dianggap sebagai pendahuluan
atau pelengkap bagi relasi-relasi seksual dan penerapan kesakitan dianggap cukup baik untuk
mendapatkan orgasme.
Ciri utama dari Masokhisme seksual adalah mendapatkan kegairahan dan kepuasaan seks dengan
cara diperlakukan secara kejam baik disakiti secara fisik (memukul, di ikat) sedangkan psikis (dihina,
diremehkan). Perlakuan kejam bisa dilakukan sendiri (mengikat diri sendiri, menyetrum diri sendiri)
atau dilakukan oleh pasangannya.
" Fetisisme
Ciri utama dari gangguan ini adalah penderita menggunakan baenda sebagai cara untuk
menimbulkan gairah atau kepuasan seksual. Benda yang umum digunakan adalah benda aksesoris
wanita misalnya BH, celana dalam, kaus kaki, sepatu, dan lain-lain. Penderita melakukan masturbasi
sambil memegang, meremas-remas atau mencium benda-benda tersebut. Bisa juga menyuruh
pasangan seksnya untuk menggunakan benda tersebut ketika melakukan hubungan seksual.Benda-
benda ini digunakan untuk membangkitkan gairah tanpa benda tersebut penderita tidak bisa
melakukan hubungan seksual.
" Transvestisme
Transvestisme ialah nafsu yang patologis untuk memakai pakaian dari lawan jenis kelaminnya;
orangnya mendapatkan kepuasaan seks dengan memakai pakaian dari jenis kelamin lainnya. Jadi
anak atau orang laki-laki yang lebih suka memakai pakaian perempuan dan anak atau orang wanita
yang lebih suka memakai pakaian laki-laki.
" Zofilia
Ciri utama gangguan ini adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasaan seksual dengan cara
melakukan kontak seksual dengan binatang. Kontak seksual bisa berupa senggama dengan binatang
lewat anus atau vagina binatang, atau menyuruh binatang memanipulasi alat genitalnya.
" Froteurisme
Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh atau meremas-remas organ seks orang
tak dikenal. Penderita umumnya senang berada di tempat yang penuh seks dimana ia bisa melarikan
diri dengan mudah.
" Homoseksual
Homoseksualitas adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama atau rasa tertarik dan mencintai
jenis seks yang sama. Jumlah pria yang homoseksual itu diperkirakan 3-4 kali lebih banyak daripada
jumlah wanita homoseksual.
Ekpresi homoseksualitas ada tiga, yaitu:
a) Aktif, bertindak sebagai pria yang agresif
b) Pasif, bertingkah laku dan berperan pasif-feminin seperti wanita
c) Bergantian peranan; kadang-kadang memerankan fungsi wanita, kadang-kadang jadi laki-laki
Banyak teori yang menjelaskan sebab-sebab homoseksualitas antara lain:
1) Faktor herediter berupa ketidakimbangan hormon-hormon seks
2) Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan
seksual normal.
3) Seseoarang selalu mencari kepuasan relasi homoseks, karena ia pernah menghayati pengalaman
homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja.
4) Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan ibunya sehingga timbul
kebenciaan atau antipati terhadap ibunya dan semua wanita. Lalu muncul dorongan homoseks yang
jadi menetap.

2. DISFUNGSI SEKSUAL
Menurut Master dan Johnson, siklus respon seksual pada orang normal ada 4 tahap yaitu:
" Exitement atau arousal yaitu timbulnya nafsu atau gairah seksual pada pria dan wanita.
" Plateau yaitu meningkatkan gairah seksual secara intens.
" Resolutian yaitu kembali ke tahap sebelum arousal.
" Individu dapat di sebut difungsi seksual bila individu mengalami difungsi pada salah satu tahap
respon seksual yang normal. Dan diagnosa difungsi seksual di tegakkan bila difungsi tersebut di
sebabkan oleh faktor psikososial bukan faktor organis.
" Orgasme yaitu klimaks gairah seksual

Klasifikasi Disfungsi Seksual


" Gangguan keinginan seksual
Ciri gangguan ini adalah kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hubungan
seks.untuk mendiagnosanya perlu di perhatikan faktor usia, ketidak puasan seks,lingkungan,
frekuansi hubungan.
Hilangnya gairah seks bisa bersifat global maupun situasional. Penderita bisa tidak mempunyai
gairah sama sekali bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun.dan ada juga yang di iringi rasa ketakutan
biasanya hal ini sering terjadi pada wanita korban pemerkosaan. Sedangkan situasional misalnya
saorang yang timbul keinginan untuk berhubuang seks jika situasi psikologisnya aman.
" Gangguan gairah seksual
Cirinya adalah kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan arousal atau exitement dalam
berhubungan seks. Pada wanita gangguan ini di sebut frigiditas yang di tandai tidak tercapainya
lubrikasi (pelumasan)dan membukanya vagina, sering kali disertai tidak adanya perasaan erotis
bahkan reaksi amosi yang negatif.pada pria gangguan ini di sebut impotensi atau gangguan ereksi.
" Ejakulasi dini.
Ciri dari penderita ini adalah penderita tidak mampu mengontrol ejakulasi selama aktifitas seks
berlangsung.
" Orgasme terhambat.
Dalam ciri ini penderita tidak mencapai fase orgasme dan gangguan ini bisa terjadi pada pria
maupun wanita.
" Dispareunia.
Penderita mengalami kesekitan saat berhubungan seksual gangguan ini banyak terjadi pada wanita
yang di sebabkan faktor organis.
" Vaginismus.
Terjadinya spesme atau kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat hingga mengganggu senggama
spasme terjadi di luar kontrol individu dan merupakan reaksi refleks terhadap rasa ketakutan.

3. GANGGUAN IDENTITAS GENDER (Gender Identity Disorder)


Gender adalah konsep psikologis yang menunjukkan pada derajat maskulinitas dan feminitas pada
diri seseorang. Pria normal adalah maskulin dan wanita yang normal adalah feminine. Identitas
gender adalah perasaan menjadi bagian dari jenis kelamin tertentu dan bukan jenis kelamin yang lin.
Misalnya laki-laki (maskulin); seorang wanita memperspsikan dirinya wanita (feminin) ; namun ada
pula seorang wanita yang menganggap dirinya adalah laki-laki (maskulin). Peran gender (gender
role) menunjuk pada tingkah laku social sesuai dengan identitas gendernya. Jadi identitas gender
adalah pengalaman atau persepsi individu terhadap peran gendernya ; sedangkan peran gender
merupakan ekspresi dari identitas gender seseorang kepada masyarakat.
TREATMENT
Penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan kepuasan seksual atau pemuasan
dorongan seksual semata, akan tetapi sering kali merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap
perasaan-perasaan tidak senang, ketakutan-ketakutan, kecemasan-kecemasan, dan rasa depresi
yang dialami oleh seseorang. Dengan demikian diketahui bahwa penyebab gangguan seksual bukan
hanya bertitik berat pada satu faktor, akan tetapi multifaktor. Artinya dalam penyembuhannya harus
menggunakan beberapa metode (multidispliner dan elektis/ dipilih yang paling baik). Antara lain
dengan menggunakan metode psikoanalitis, medis, treatmen behavioral, pekerjaan sosial, melalui
pendekatan sosial budaya.
Treatmen-treatmen yang akan dilakukn sangat bergantung pada beberapa peristiwa di bawah ini :
" Seberapa jauh pasien menyadari akan pentingnya kesembuhan pada dirinya. Misalnya; apakah
kesembuhan pada dirinya adalah murni keinginan pasien atau hanya untuk membahagiakan orang-
orang di sekitar pasien.
" Motivasi yang dimiliki oleh pasien juga sangat berperan. Jika pasien enggan merubah perilaku
menyimpang pada dirinya, maka akan sulit dan sangat sulit penyembuhannya.
" Sikap individu yang bersangkutan terhadap tingkah laku seksual yang menyimpang. Yaitu seberapa
jauh proses ego_distonic (tidak senada atau bertentangan dengan ego sendiri) ataukah ego_syntonic
(senada, serasi dengan egonya) berlangsung pada dirinya? Sebab semakin kuat ego syntonic dan
semakin terperangkap erat struktur kepribadian dan perkembangan seksual seseorang dalam
kebiasaan seksual menyimpang, maka semakin kecil kemungkinan untuk sembuh.
" Treatmnen ini juga tergantung pada struktur kepribadian individu yang bersangkutan. Misalnya,
temramennya, kemampuan menjalin relasi interpersonal, dll.
" Usia yang masih muda. Jika usia pasien sudah memasuki usia rentan, misalnya 35 tahun. Maka
akan sedikit kemungkinan untuk merubahnya.
Sementara untuk penyimpangan seksual yang sifatnya primer, karena terjadi akibat kerusakan pada
fungsi otak, maka penyembuhan yang dilakukan dengan cara medis. Pada kondisi demikian,
terjadilah proses regresi dari seksualitas yang semula normal, dengan munculnya gejala-gejala:
o Kontrol diri semakin berkurang
o Pengembangan tingkah laku seksual yang infanti
o Semakin banyak fantasi-fantasi seksual
o Terjadi awal dementia, ditmbah dengan
o Kemunculan penyakit-penyakit cerebro-vascular (pembuluh darah otak)
o Epilepsi, alkoholisme, dan penyakit cardiovascular (pembuluh darah jantung)
o Mungkin pula disertai dengan penyakit psikiatris fungsional yang serius.

Pada orang yang sangat agresif secara seksual, misalnya; kaum pedofilia habitual, para pemerkosa,
psikopat, diberikan pengobatan dengan obat anti-libido, yaitu hormon estrogen. Namun pengobatan
ini ada efek sampingnya yaitu mmebuat individu tersebut menjadi lebih feminin, ada proses feminasi
dengan gynaccomastia (pembesaran kelenjar-kelenjar payudara pada orang laki-laki). Bisa juga
diberikan obat anti-androgen, yaitu cyproterone acetate dan chlormadinone yang bisa menekan
dorongan-dorongan seks yang paling mendasar.

BAB III
KESIMPULAN
Istilah "seksual" masih sering dianggap sebagai kata yang sifatnya tabu untuk diperbincangkan.
Akibatnya beberapa orang mencari tahu tentang apa itu seksual dengan cara yang tidak semestinya.
Yang kita sebut dengan abnormalitas seksual atau gangguan seksual.
Ada beberapa gangguan seksual yang diantaranya adalah kelompok Parafilia. Parafilia ("Para artinya
penyimpangan dan "filia" artinya obyek atau situasi yang disukai). Parafilia menunjuk pada obyek
seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas seksual yang
menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital). Ada beberapa jenis gangguan seksual
Parafilia yaitu:
" Pedofilia
" Eksibionisme
" Voyeurisme
" Sadisme Seksual
" Masokhisme Seksual
" Fetisisme
" Transvestisme
" Zofilia
" Froteurisme
" Homoseksual
Ada juga gangguan seksual yang masuk kelompok disfungsi seksual diantaranya :
" Gangguan keinginan seksual
" Gangguan gairah seksual
" Orgasme terhambat
" Ejakulasi dini.
" Dispareunia
" Vaginismus, dan juga gangguan-gangguan seksual lainnya.
Treatmen yang digunakan untuk menyembuhkan pasien bukan hanya bergantung pada pasien, akan
tetapi individu yang bersangkutan juga sangat berperan. Misalnya, seberapa besar keinginan dari
dalam diri pasien untuk merubah perilaku seksual yang menyimpang, motivasi yang dimiliki oleh
pasien, sikap individu yang bersangkutan terhadap tingkah laku seksual yang menyimpang,
treatmnen ini juga tergantung pada struktur kepribadian individu yang bersangkutan, dan usia
pasien itu sendiri (jika usia pasien sudah tua, maka akan semakin sulit untuk penyembuhannya).
Adakalanya pasien diberi obat medis. Misalnya pada pengidap gangguan seksual yang tidak mampu
mengendalikan hasrat seksualnya, maka akan diberi obat anti-estrogen yang fungsinya untuk
menurunkan libido.
Pengertian Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual adalah masalah yang menghalangi seseorang memiliki hasrat seksual atau
mendapat kepuasan dalam kegiatan seksual. Kondisi ini dapat menimpa wanita maupun pria,
dan risikonya semakin tinggi seiring pertambahan usia.

Disfungsi seksual pada wanita meliputi masalah dalam respon seksual, orgasme dan rasa
nyeri saat berhubungan seksual. Sedangkan masalah seksual pada pria menyangkut
disfungsi ereksi atau impotensi, gangguan ejakulasi, dan kehilangan gairah seksual. Disfungsi
seksual sendiri bukanlah suatu hal yang jarang terjadi, di mana 43 persen wanita dan 31
persen pria setidaknya pernah merasakan gangguan atau kesulitan dalam aktivitas seksual
mereka.

Disfungsi seksual dapat menjadi gangguan jika masalah ini terjadi terus-menerus dan
berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan seksual seseorang. Semakin lama disfungsi
seksual ini berlangsung, semakin tinggi tekanan dan tingkat kecemasan yang dimiliki
penderita. Meski begitu, sebagian besar penderita disfungsi seksual dapat dipulihkan dengan
pengobatan fisik yang dipadukan dengan terapi psikologi.

Gejala Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual menunjukkan gejala berdasarkan jenis gangguan yang diderita. Pria dan wanita
memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah gejala disfungsi seksual pada wanita:

Hasrat seksual yang rendah. Ini adalah jenis disfungsi seksual yang paling umum diderita
wanita, dan ditandai dengan hilangnya hasrat atau keinginan untuk berhubungan seksual.
Gangguan rangsangan seksual. Dalam kondisi ini, hasrat berhubungan seksual tetap ada,
tapi seorang wanita sulit untuk terangsang dan mempertahankan rangsangan selama
kegiatan seksual.
Gangguan nyeri seksual/dyspareunia. Gejalanya adalah timbul rasa nyeri saat melakukan
kontak vagina atau stimulasi seksual. Banyak hal yang dapat memicu rasa nyeri dalam
hubungan seksual, di antaranya vaginismus, pelumas yang tidak memadai, serta otot vagina
yang kaku.
Gangguan orgasme, yaitu kesulitan mencapai orgasme meski rangsangan dan stimulasi
dilakukan terus menerus.

Sedangkan gejala disfungsi seksual pada pria adalah:

Disfungsi ereksi atau dikenal dengan nama impotensi. Kondisi ini terjadi saat pria tidak
mampu untuk ereksi atau mempertahankan ereksi yang dibutuhkan selama hubungan
seksual.
Penurunan hasrat berhubungan seksual (libido). Kondisi ini seringkli dikaitkan dengan
rendahnya jumlah hormon testosteron dalam tubuh. Apabila penurunan hasrat sudah parah,
seorang pria akan sama sekali tidak bergairah untuk melakukan hubungan seksual.
Gangguan ejakulasi, Ada tiga jenis gangguan ejakulasi, yakni ejakulasi dini (ejakulasi yang
terjadi sebelum penetrasi atau sesaat setelah penetrasi), ejakulasi yang lambat, serta
ejakulasi berbalik (ejakulasi kembali ke kandung kemih dan bukan keluar di ujung penis
melalui uretra).

Penyebab Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:

Kondisi fisik atau medis yang mengganggu fungsi seksual. Kondisi tersebut termasuk
penyakit diabetes, jantung dan vaskuler, gangguan saraf, penyakit kronis, penyalahgunaan
obat, dan efek samping dari obat-obatan tertentu (salah satunya adalah antidepresan yang
dapat mengganggu hasrat dan fungsi seksual).
Kondisi hormonal, seperti penurunan kadar hormon estrogen pada wanita, terutama
setelah menopause dan hormon testosteron yang rendah pada pria sehingga mengurangi
hasrat melakukan kegiatan seksual.
Faktor psikologi, terutama stres, dapat menyebabkan disfungsi seksual. Selain itu,
kecemasan, kekhawatiran berlebihan akan performa seksualnya, masalah dalam hubungan
atau pernikahan, depresi, perasaan bersalah, serta efek trauma masa lalu juga dapat
berpengaruh.

Diagnosis Disfungsi Seksual Diagnosis disfungsi seksual dimulai dengan menanyakan gejala secara
menyeluruh dan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi kepuasan seksual, seperti elastisitas kulit dan jaringan pada alat kelamin. Untuk
menguatkan diagnosis disfungsi seksual, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes berikut ini, di
antaranya:

Tes darah untuk memeriksa kadar hormon dan faktor risiko lain, seperti diabetes dan
kolesterol.
Tes untuk memonitor ereksi saat tidur di malam hari. Tes ini akan menentukan apakah
gangguan ereksi yang dialami akibat faktor fisik atau psikologis.
Tes vaskuler pada pria untuk memeriksa aliran darah ke penis.
Tes pengujian sensori untuk memeriksa kekuatan impuls saraf pada bagian tubuh tertentu.

Dokter juga dapat merujuk pasien ke dokter lain, seperti dokter spesialis urologi, endokrinologi,
neurologi, terapis seksual dan terapis lain guna mendapatkan diagnosis dan pilihan pengobatan yang
paling tepat.

Pengobatan Disfungsi Seksual Pengobatan disfungsi seksual bertujuan mengatasi masalah


utama yang menyebabkan gangguan ini. Pengobatan tersebut meliputi:

Pengobatan medis untuk menangani masalah fisik. Bagi penderita suatu penyakit, dokter
dapat menyesuaikan atau mengganti obat yang memiliki efek seksual tertentu. Obat
flibanserin diberikan pada wanita pramenopause yang memiliki hasrat seksual rendah.
Sedangkan obat tadalafil, sildenafil, atau vardenafil dapat meningkatkan fungsi seksual pria
dengan meningkatkan aliran darah ke penis. Untuk masalah ejakulasi dini, dokter dapat
memberi obat promescent. Obat semprot topikal ini mengandung lidocaine yang bertujuan
mengurangi sensitivitas agar ejakulasi lebih terkendali.
Pengobatan yang berkaitan dengan masalah hormon. Bagi wanita dengan kadar estrogen
rendah, terapi estrogen dapat diberikan guna membantu elastisitas vagina dengan
meningkatkan aliran darah dan pelumas pada vagina. Terapi ini dapat diberikan dalam
bentuk cincin vagina, krim, atau tablet Sedangkan bagi pria dengan kadar testosteron
rendah, dokter dapat memberi suplemen hormon atau terapi pengganti testosteron.
Terapi psikologi. Terapi ini dilakukan oleh konselor terlatih untuk membantu seseorang
mengatasi kecemasan, rasa takut atau perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi
seksual. Selain itu, pemahaman tentang seks dan tingkah laku seksual juga perlu dimiliki
penderita agar kegelisahan tentang kemampuan seksualnya dapat teratasi. Salah satu
caranya adalah berbicara secara terbuka pada pasangan tentang kebutuhan dan kegelisahan
pada dirinya guna menghilangkan hambatan dalam kehidupan seks.

Selain pengobatan tersebut, beberapa alat bantu seperti alat pompa (vakum) dan vibrator dapat
membantu seseorang dalam penanganan masalah seksual. Sedangkan untuk membantu pria dengan
gangguan ereksi, pilihan operasi implan penis dapat dipertimbangkan.

Guna meningkatkan kehidupan seksual Anda, tingkatkan kepercayaan diri dan temukan cara
agar bisa nyaman dengan seksualitas Anda. Selain itu, Anda juga harus bisa menerima bentuk
fisik Anda. Itu semua bisa dicapai dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti berolahraga
guna meningkatkan kebugaran dan suasana hati, meluangkan waktu untuk bersantai guna
meredakan stres, menghindari konsumsi alkohol, serta menghentikan kebiasaan merokok.
Pengertian Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual adalah masalah yang menghalangi seseorang memiliki hasrat seksual atau
mendapat kepuasan dalam kegiatan seksual. Kondisi ini dapat menimpa wanita maupun pria,
dan risikonya semakin tinggi seiring pertambahan usia.

Disfungsi seksual pada wanita meliputi masalah dalam respon seksual, orgasme dan rasa
nyeri saat berhubungan seksual. Sedangkan masalah seksual pada pria menyangkut
disfungsi ereksi atau impotensi, gangguan ejakulasi, dan kehilangan gairah seksual. Disfungsi
seksual sendiri bukanlah suatu hal yang jarang terjadi, di mana 43 persen wanita dan 31
persen pria setidaknya pernah merasakan gangguan atau kesulitan dalam aktivitas seksual
mereka.

Disfungsi seksual dapat menjadi gangguan jika masalah ini terjadi terus-menerus dan
berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan seksual seseorang. Semakin lama disfungsi
seksual ini berlangsung, semakin tinggi tekanan dan tingkat kecemasan yang dimiliki
penderita. Meski begitu, sebagian besar penderita disfungsi seksual dapat dipulihkan dengan
pengobatan fisik yang dipadukan dengan terapi psikologi.

Gejala Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual menunjukkan gejala berdasarkan jenis gangguan yang diderita. Pria dan wanita
memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah gejala disfungsi seksual pada wanita:

Hasrat seksual yang rendah. Ini adalah jenis disfungsi seksual yang paling umum diderita
wanita, dan ditandai dengan hilangnya hasrat atau keinginan untuk berhubungan seksual.
Gangguan rangsangan seksual. Dalam kondisi ini, hasrat berhubungan seksual tetap ada,
tapi seorang wanita sulit untuk terangsang dan mempertahankan rangsangan selama
kegiatan seksual.
Gangguan nyeri seksual/dyspareunia. Gejalanya adalah timbul rasa nyeri saat melakukan
kontak vagina atau stimulasi seksual. Banyak hal yang dapat memicu rasa nyeri dalam
hubungan seksual, di antaranya vaginismus, pelumas yang tidak memadai, serta otot vagina
yang kaku.
Gangguan orgasme, yaitu kesulitan mencapai orgasme meski rangsangan dan stimulasi
dilakukan terus menerus.

Sedangkan gejala disfungsi seksual pada pria adalah:

Disfungsi ereksi atau dikenal dengan nama impotensi. Kondisi ini terjadi saat pria tidak
mampu untuk ereksi atau mempertahankan ereksi yang dibutuhkan selama hubungan
seksual.
Penurunan hasrat berhubungan seksual (libido). Kondisi ini seringkli dikaitkan dengan
rendahnya jumlah hormon testosteron dalam tubuh. Apabila penurunan hasrat sudah parah,
seorang pria akan sama sekali tidak bergairah untuk melakukan hubungan seksual.
Gangguan ejakulasi, Ada tiga jenis gangguan ejakulasi, yakni ejakulasi dini (ejakulasi yang
terjadi sebelum penetrasi atau sesaat setelah penetrasi), ejakulasi yang lambat, serta
ejakulasi berbalik (ejakulasi kembali ke kandung kemih dan bukan keluar di ujung penis
melalui uretra).

Penyebab Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:

Kondisi fisik atau medis yang mengganggu fungsi seksual. Kondisi tersebut termasuk
penyakit diabetes, jantung dan vaskuler, gangguan saraf, penyakit kronis, penyalahgunaan
obat, dan efek samping dari obat-obatan tertentu (salah satunya adalah antidepresan yang
dapat mengganggu hasrat dan fungsi seksual).
Kondisi hormonal, seperti penurunan kadar hormon estrogen pada wanita, terutama
setelah menopause dan hormon testosteron yang rendah pada pria sehingga mengurangi
hasrat melakukan kegiatan seksual.
Faktor psikologi, terutama stres, dapat menyebabkan disfungsi seksual. Selain itu,
kecemasan, kekhawatiran berlebihan akan performa seksualnya, masalah dalam hubungan
atau pernikahan, depresi, perasaan bersalah, serta efek trauma masa lalu juga dapat
berpengaruh.

Diagnosis Disfungsi Seksual Diagnosis disfungsi seksual dimulai dengan menanyakan gejala secara
menyeluruh dan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi kepuasan seksual, seperti elastisitas kulit dan jaringan pada alat kelamin. Untuk
menguatkan diagnosis disfungsi seksual, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes berikut ini, di
antaranya:

Tes darah untuk memeriksa kadar hormon dan faktor risiko lain, seperti diabetes dan
kolesterol.
Tes untuk memonitor ereksi saat tidur di malam hari. Tes ini akan menentukan apakah
gangguan ereksi yang dialami akibat faktor fisik atau psikologis.
Tes vaskuler pada pria untuk memeriksa aliran darah ke penis.
Tes pengujian sensori untuk memeriksa kekuatan impuls saraf pada bagian tubuh tertentu.

Dokter juga dapat merujuk pasien ke dokter lain, seperti dokter spesialis urologi, endokrinologi,
neurologi, terapis seksual dan terapis lain guna mendapatkan diagnosis dan pilihan pengobatan yang
paling tepat.

Pengobatan Disfungsi Seksual Pengobatan disfungsi seksual bertujuan mengatasi masalah


utama yang menyebabkan gangguan ini. Pengobatan tersebut meliputi:

Pengobatan medis untuk menangani masalah fisik. Bagi penderita suatu penyakit, dokter
dapat menyesuaikan atau mengganti obat yang memiliki efek seksual tertentu. Obat
flibanserin diberikan pada wanita pramenopause yang memiliki hasrat seksual rendah.
Sedangkan obat tadalafil, sildenafil, atau vardenafil dapat meningkatkan fungsi seksual pria
dengan meningkatkan aliran darah ke penis. Untuk masalah ejakulasi dini, dokter dapat
memberi obat promescent. Obat semprot topikal ini mengandung lidocaine yang bertujuan
mengurangi sensitivitas agar ejakulasi lebih terkendali.
Pengobatan yang berkaitan dengan masalah hormon. Bagi wanita dengan kadar estrogen
rendah, terapi estrogen dapat diberikan guna membantu elastisitas vagina dengan
meningkatkan aliran darah dan pelumas pada vagina. Terapi ini dapat diberikan dalam
bentuk cincin vagina, krim, atau tablet Sedangkan bagi pria dengan kadar testosteron
rendah, dokter dapat memberi suplemen hormon atau terapi pengganti testosteron.
Terapi psikologi. Terapi ini dilakukan oleh konselor terlatih untuk membantu seseorang
mengatasi kecemasan, rasa takut atau perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi
seksual. Selain itu, pemahaman tentang seks dan tingkah laku seksual juga perlu dimiliki
penderita agar kegelisahan tentang kemampuan seksualnya dapat teratasi. Salah satu
caranya adalah berbicara secara terbuka pada pasangan tentang kebutuhan dan kegelisahan
pada dirinya guna menghilangkan hambatan dalam kehidupan seks.

Selain pengobatan tersebut, beberapa alat bantu seperti alat pompa (vakum) dan vibrator dapat
membantu seseorang dalam penanganan masalah seksual. Sedangkan untuk membantu pria dengan
gangguan ereksi, pilihan operasi implan penis dapat dipertimbangkan.

Guna meningkatkan kehidupan seksual Anda, tingkatkan kepercayaan diri dan temukan cara
agar bisa nyaman dengan seksualitas Anda. Selain itu, Anda juga harus bisa menerima bentuk
fisik Anda. Itu semua bisa dicapai dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti berolahraga
guna meningkatkan kebugaran dan suasana hati, meluangkan waktu untuk bersantai guna
meredakan stres, menghindari konsumsi alkohol, serta menghentikan kebiasaan merokok.
Disfungsi Seksual: Impotensi seksual dan frigiditas

Impotensi seksual dan frigiditas


Impotensi seksual dan frigiditas merupakan gangguan seksual yang terkait dengan kerusakan
atau kekurangan dalam keinginan pencapaian pemuasan seksual pada laki-laki dan
perempuan. Pada laki-laki impotent, kemampuan reksi terganggu sehingga tidak
memungkinkan terjadinya insersi penis pada vagina saat terjadi hubungan seksual.
Sedangkan frigiditas adalah kekurangan dalam kemampuan memperoleh ransangan erotis
pada perempuan pada saat hubungan seksual terjadi. Di dalam banyak hal memang
nampaknya wanita-wanita frigid seakan tidak memiliki nafsu sama sekali dan juga seakan-
akan tidak merasakan kepuasan apapun yang didapatkan dari coitus yang terjadi, tetapi ini
tidak berarti bahwa golongan ini tidak menginginkan suatu kepuasan. Frigid sendiri
mempunyai sebab musababnya.

Sebab-sebab impotensi
a) Ketakutan yang terkait dengan kemungkinan melukai diri pada saat relasi seksual terjadi
b) Kurangnya kedekatan emosi dengan pasangan seksual
c) Kemungkinan terdapat kecenderungan homoseksual
d) Gangguan cacat pada alat kelamin
e) Pengumbaran nafsu yang berlebihan
f) Gangguan-gangguan hormonal

Sebab-sebab frigiditas
a) Tidak adanya rasa cinta diantara pasangan suami istri
b) Terjadinya sikap yang canggung pada salah satu pihak ataupun kedua-duanya sehingga
tidak terjadi adanya keharmonisan secara mutlak.
c) c.. Kejang pada otot-otot vagina.
d) Suasana keadaan kamar yang tidak memenuhi syarat atau bercampur dengan banyak orang
di dalam rumah.
e) Takut akan kehamilan
f) Sikap pasangan yang kasar dan kurang dapat diterima oleh penderita frigiditas
g) Kecendrungan laten lesbianisme atau memang penderita adalah seorang lesbian.

Satyriasis dan Nymphomania


Satyriasis merupakan kondisi aktivitas seksual yang eksesif pada laki-laki. Sedangkan
Nymphomania adalah aktivitas seksual yang eksesif pada perempuan. Penderita ini secara
intens mengalami keinginan dan dorongan seksual yang frekuensinya melebihi batas wajar
dalam keseharian dan menjadikan masalah seksual sebagai pusat dari aktivitasnya.

Penyebab dari kedua jenis disfungsi seksual tersebut sebagai berikut :


a. Aktivitas seksual dilakukan sebagai pelarian daripermasalahan-permasalahan yang tidak
dapat diatasi
b. Kompensasi dari berbagai keadaan frustasi
c. Upaya penderita untuk melakukan penguatan perasaan kadar maskulinitasdan fiminimitas
yang belum berkembang dalam dirinya secara optimal.
Macam-Macam Kelainan Seksual
Yang termasuk deviasi seksual antara lain pemerkosaan, incest, homoseksualitas, transvestitism,
pedophilia, bestialitas, exhibitionism, voyeurism, fetishism, nekrofilia, sadisme, machochism.

Pemerkosaan adalah prilaku seksual yang memiliki obyek seksual yang terjadi dalam pemerkosaan
berada dalam lingkup kondisi anti seksual, terjadi atas dasar paksaan yang mengandung unsur
agresivitas dari orang yang memiliki kepribadian diliputi dengan kebencian. Sedangkan penyebab
dari perilaku pemerkosaan adalah kegagalan dalam perkembangan nilai-nilai moral yang adikuat dan
rendahnya control dalam dorongan seksual dan dorongan kebencian.

Incest adalah reaksi seksual yang terjalin dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga
yang kuat. Incest ini sering terjadi pada mereka yang kurang memiliki pandangan yang luas.

Homoseksualitas dan transvestitism adalah suatu kondisi penderita memiliki ketertarikan erotik
seksual terhadap jenis kelamin yang sama, demikian pula pada penderita transvestitism. Sedangkan
penyebab keduanya antara lain, pengalaman seksual ketika penderita pernah dijadikan obyek
seksual oleh seseorang dewasa sesama jenis, pola asuh keluarga yang sangat menginginkan anak
perempuan sehingga mendandani anak laki-laki seperti perempuan, identifikasi yang dekat dengan
orang tua jenis kelamin yang berbeda, anak laki-laki terhadap ibunya.

Pedophilia reaksi seksual yang mana obyeknya adalah anak-anak dibawah umur. Mereka yang
terjangkit penyakit ini pada umumnya adalah seseorang yang pendiam dan mempunyai rasa rendah
diri untuk melakukan hubungan seks dengan golongan dewasa sebab takut dicemoh dan dihina.
Bestialitas merupakan deviasi seksual yang menjadikan binatang sebagai obyek pemuas dorongan
seksualnya. Kondidi ini bisa disebabkan oleh: penderita didominasi oleh pikiran pola relasi seksual
pada binatang, refleksi ketakutan dan ketidak ada kuatan dalam melakukan pendekatan terhadap
jenis kelamin lain, hambatan dalam kemampuan bergaul dengan lingkungan social pada umumnya
dan jenis kelamin pada khususnya.

Exhibitionism merupakan deviasi seksual yang ditandai oleh pencapaian kenikmatan seksual dengan
cara mempertontonkan alat genital diantara sekelompok orang atau pada kelompok orang yang
lebih besar. Sedangkan penyebabnya antara lain: kecenderungan penderita yang kuat terhadap
keyakinan bahwa masturbasi itu berdosa sehingga menjadikan masturbasi sebagai bagian dari
oksidasi genital yang bukan menjadi aktivitas tunggal, orang oksibisionis biasanya mengalami
perasaan rendah diri serta tidak aman dan inadekuat dalam relasi social, pada umumnya eksitasi dari
khalayak tempat penderita memamerkan alat kelaminya justru menjadi factor penguat bagi
berulang perilaku eksibi tertentu.

Voyeurism adalah perilaku mengintip sebagai cara untuk memperoleh kepuasan seksual. Penyebab
voyeurism antara lain; ketidak-adekuatan relasi dengan lawan jenis dan rasa ingin tahu yang sangat
mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual, perna mengalami trauma psikologis dari perlakuan
jenis kelamin lain yang menambah kader rasa kurang percaya diri

Fetishism penderita ini memiliki minat seksual yang terkait dengan bagian tubuh yang hidup seperti
rambut perempuan atau obyek-obyek mati seperti pakaian dalam perempuan sehingga eksistansi
kepuasan seksual berkisar pada mencium, memainkan atau mengecap benda-benda tersebut.
Sedangkan penyebabnya antara lain; kekurangmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
pergaulan luas, kecendrungan individu untuk tertarik hanya pada bagian tubuh tertentu. Tetapi yang
jelas bahwa kebiasaan ini adalah akibat sejak kecil atau masa muda yang meninggalkan kesan yang
mendalam. Kesan ini akan timbul apabila dirinya secara tiba-tiba menemukan apa yang menjadi
kesenangannya.

Nekrofilia adalah suatu keadaan penderita yang mendapatkan dirinya dapat memperoleh kepuasan
seksual melalui relasi seksual dengan mayat perempuan. Kadang dapat bersikap buas dengan sifat
kanibal, yaitu dengan bertindak melahap, terkadang bersikap mengincar pada orang yang
disenanginya dengan membunuh tanpa alasan dengan itikat untuk dapat memiliki mayatnya.

Sadisme dan machochism akan memperoleh kepuasan seksual melalui jeritan dan teriakan
pasangannya yang menderita karena siksaan fisik yang dilakukannya selama hubungan seksual. Pada
umumnya penderita sadisme adalah laki-laki, dalam kondisi kesakitan oleh pukulan pasangan laki-
laki, sekaligus pasangan perempuan memperoleh kesempatan mengalami kepuasan atau
kenikmatan seksual. Pengulangan pengalaman tersebut akan mengembangan perempuan pasangan
laki-laki sadisme menderita machochism. Sedangkan penyebabnya antara lain; pada masa kecil
sering mendapat hukuman fisik dalam pola asuh orang tuanya, kondisi tersebut menyebabkan
perkembangan sikap benci, marah dan penolakan diri yang sangat intens yang membuat orang
tersebut pada masa dewasanya memiliki kecendrungan untuk melampiaskan dendam dimasa lalu.
Sedang dalam masa bersamaan sambil menyiksa orang tersebut mendapat rangsangan seksual,
orang sadis biasanya memandang seks sebagai suatu yang penuh dosa sehingga dengan memberikan
pukulan dan siksaan pada pasangan seksualnya sehingga dia merasa mengurangi dosa seksual,
perilaku seksual sadisme bisa menjadi bagian dari gambaran psikopatologi yang terkait dengan
rendahnya kendali moral dan etika social.
Macam-Macam Kelainan Seksual
Yang termasuk deviasi seksual antara lain pemerkosaan, incest, homoseksualitas, transvestitism,
pedophilia, bestialitas, exhibitionism, voyeurism, fetishism, nekrofilia, sadisme, machochism.

Pemerkosaan adalah prilaku seksual yang memiliki obyek seksual yang terjadi dalam pemerkosaan
berada dalam lingkup kondisi anti seksual, terjadi atas dasar paksaan yang mengandung unsur
agresivitas dari orang yang memiliki kepribadian diliputi dengan kebencian. Sedangkan penyebab
dari perilaku pemerkosaan adalah kegagalan dalam perkembangan nilai-nilai moral yang adikuat dan
rendahnya control dalam dorongan seksual dan dorongan kebencian.

Incest adalah reaksi seksual yang terjalin dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga
yang kuat. Incest ini sering terjadi pada mereka yang kurang memiliki pandangan yang luas.

Homoseksualitas dan transvestitism adalah suatu kondisi penderita memiliki ketertarikan erotik
seksual terhadap jenis kelamin yang sama, demikian pula pada penderita transvestitism. Sedangkan
penyebab keduanya antara lain, pengalaman seksual ketika penderita pernah dijadikan obyek
seksual oleh seseorang dewasa sesama jenis, pola asuh keluarga yang sangat menginginkan anak
perempuan sehingga mendandani anak laki-laki seperti perempuan, identifikasi yang dekat dengan
orang tua jenis kelamin yang berbeda, anak laki-laki terhadap ibunya.

Pedophilia reaksi seksual yang mana obyeknya adalah anak-anak dibawah umur. Mereka yang
terjangkit penyakit ini pada umumnya adalah seseorang yang pendiam dan mempunyai rasa rendah
diri untuk melakukan hubungan seks dengan golongan dewasa sebab takut dicemoh dan dihina.
Bestialitas merupakan deviasi seksual yang menjadikan binatang sebagai obyek pemuas dorongan
seksualnya. Kondidi ini bisa disebabkan oleh: penderita didominasi oleh pikiran pola relasi seksual
pada binatang, refleksi ketakutan dan ketidak ada kuatan dalam melakukan pendekatan terhadap
jenis kelamin lain, hambatan dalam kemampuan bergaul dengan lingkungan social pada umumnya
dan jenis kelamin pada khususnya.

Exhibitionism merupakan deviasi seksual yang ditandai oleh pencapaian kenikmatan seksual dengan
cara mempertontonkan alat genital diantara sekelompok orang atau pada kelompok orang yang
lebih besar. Sedangkan penyebabnya antara lain: kecenderungan penderita yang kuat terhadap
keyakinan bahwa masturbasi itu berdosa sehingga menjadikan masturbasi sebagai bagian dari
oksidasi genital yang bukan menjadi aktivitas tunggal, orang oksibisionis biasanya mengalami
perasaan rendah diri serta tidak aman dan inadekuat dalam relasi social, pada umumnya eksitasi dari
khalayak tempat penderita memamerkan alat kelaminya justru menjadi factor penguat bagi
berulang perilaku eksibi tertentu.

Voyeurism adalah perilaku mengintip sebagai cara untuk memperoleh kepuasan seksual. Penyebab
voyeurism antara lain; ketidak-adekuatan relasi dengan lawan jenis dan rasa ingin tahu yang sangat
mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual, perna mengalami trauma psikologis dari perlakuan
jenis kelamin lain yang menambah kader rasa kurang percaya diri

Fetishism penderita ini memiliki minat seksual yang terkait dengan bagian tubuh yang hidup seperti
rambut perempuan atau obyek-obyek mati seperti pakaian dalam perempuan sehingga eksistansi
kepuasan seksual berkisar pada mencium, memainkan atau mengecap benda-benda tersebut.
Sedangkan penyebabnya antara lain; kekurangmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
pergaulan luas, kecendrungan individu untuk tertarik hanya pada bagian tubuh tertentu. Tetapi yang
jelas bahwa kebiasaan ini adalah akibat sejak kecil atau masa muda yang meninggalkan kesan yang
mendalam. Kesan ini akan timbul apabila dirinya secara tiba-tiba menemukan apa yang menjadi
kesenangannya.

Nekrofilia adalah suatu keadaan penderita yang mendapatkan dirinya dapat memperoleh kepuasan
seksual melalui relasi seksual dengan mayat perempuan. Kadang dapat bersikap buas dengan sifat
kanibal, yaitu dengan bertindak melahap, terkadang bersikap mengincar pada orang yang
disenanginya dengan membunuh tanpa alasan dengan itikat untuk dapat memiliki mayatnya.

Sadisme dan machochism akan memperoleh kepuasan seksual melalui jeritan dan teriakan
pasangannya yang menderita karena siksaan fisik yang dilakukannya selama hubungan seksual. Pada
umumnya penderita sadisme adalah laki-laki, dalam kondisi kesakitan oleh pukulan pasangan laki-
laki, sekaligus pasangan perempuan memperoleh kesempatan mengalami kepuasan atau
kenikmatan seksual. Pengulangan pengalaman tersebut akan mengembangan perempuan pasangan
laki-laki sadisme menderita machochism. Sedangkan penyebabnya antara lain; pada masa kecil
sering mendapat hukuman fisik dalam pola asuh orang tuanya, kondisi tersebut menyebabkan
perkembangan sikap benci, marah dan penolakan diri yang sangat intens yang membuat orang
tersebut pada masa dewasanya memiliki kecendrungan untuk melampiaskan dendam dimasa lalu.
Sedang dalam masa bersamaan sambil menyiksa orang tersebut mendapat rangsangan seksual,
orang sadis biasanya memandang seks sebagai suatu yang penuh dosa sehingga dengan memberikan
pukulan dan siksaan pada pasangan seksualnya sehingga dia merasa mengurangi dosa seksual,
perilaku seksual sadisme bisa menjadi bagian dari gambaran psikopatologi yang terkait dengan
rendahnya kendali moral dan etika social.

Penyebab ketidakpuasan seksual

Penyebab ketidakpuasan seksual


Tidak didapatkannya kepuasan seksual dalam hubungan suami istri, keadaan seperti ini dapat
mengakibatkan salah seorang dari keduanya mencari kepuasan seksual dari orang lain. Tidak
didapatkannya kepuasan seksual dalam hubungan suami istri dapat terjadi akibat:
a. Frigiditas atau impotens yang terjadi pada salah seorang pasangan, dan tidak adanya
kesesuaian antara keduanya dalam melakukan hubungan seksual.
b. Perselisihan antara suami-istri yang berkelanjutan dan tidak adanya kemungkinan bagi
keduanya untuk melakukan perceraian.
c. Kurangnya wawasan salah seorang pasangan dalam melakukan hubungan seksual.
FRIGIDITAS (KELAINAN SEKSUAL)
Frigiditas banyak dialami oleh kebanyakan perempuan seksual aktif namun banyak juga dialami oleh
perempuan yang baru melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya. Namun sayang sekali,
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu frigiditas. Oke untuk lebih gamblangnya,
langsung saja kita bahas apa itu frigiditas.

A. Pengertian

Frigiditas adalah istilah awam untuk gangguan seksual yang secara medis termasuk
kategori gangguan hasrat seksual hipoaktif(hypoactive sexual desire disorder) dan gangguan
keenggana seksual (sexual aversion disorder). Tahukah Anda bahwa wanita dengan gangguan
frigiditas (seks dingin) tidak mampu mendapatkan kenikmatan dalam berhubungan intim? Akhirnya,
wanita pun melaksanakan hubungan seksual hanya sebatas kewajiban sebagai seorang istri belaka.
Dengan sendirinya, segala hal yang dilandasi rasa wajib akan tidak menyenangkan, bahkan bisa saja
hanya merupakan siksaan belaka. Memang hubungan suami-istri dalam kehidupan perkawinan
bukanlah hal yang terpenting, namun dapat dikatakan cukup penting bagi kesejahteraan kehidupan
perkawinan.

B. Gejala Wanita Frigid

Ciri wanita frigid adalah mereka yang menolak atau sama sekali tidak bergairah pada suatu
rangsangan seksual. Secara fisik, tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Keseharian bisa saja ia
seorang yang lincah, bahkan memiliki anak banyak dari hubungan perkawinannya. Bahkan, banyak
wanita yang tidak merasakan ada masalah dengan kehidupan seksualnya.

C. Penyebab frigiditas

Penyebab terbesar wanita menjadi sedingin es adalah faktor psikis. Umumnya, masalah psikoseksual
merupakan awal mula frigiditas, sebaliknya jarang sekali penyebabnya medis. Banyak masalah yang
membuat wanita menjadi sedingin es. Seorang wanita tidak serta-merta menjadi dingin. Bisa saja
sebelumnya kehidupan intimnya baik-baik saja.Frigiditas bisa timbul di tengah pernikahan, karena
suatu perasaan kecewa yang berat terhadap pasangan, merasa dikhianati atau ada kemarahan yang
ditutupi. Penyebab frigiditas lainnya, antara lain :

1. Secara tidak disadari wanita mengalami ketakutan tidak diterima oleh pasangannya yang muncul
dalam bentuk takut mendapat kritikan dari pasangannya menyangkut keadaan tubuhnya dan reaksi
seksualnya; kekhawatiran wanita akan kemungkinan dilukai alat genitalianya oleh pasangannya;
ketakutan wanita akan kehamilan sebagai akibat relasi seksual.
2. Kebencian terpendam terhadap pasangannya oleh berbagai sebab yaitu, terpaksa menikah dengan
seseorang yang sebenarnya tidak ia kasihi; secara tidak disadari, memendam rasa dendam pada laki-
laki yang mendominasi wanita.

3. Konflik cinta: wanita tersebut sebenarnya mencintai laki-laki yang bukan suaminya; memiliki
kecenderungan lesbianisme yang bersifat laten, memiliki kecenderungan narsistik, yaitu lebih
mencintai diri daripada orang lain.

4. Kesulitan keuangan menjadi faktor penyebab frigiditas karena hampir seluruh energi psikisnya
diserap upaya mengatasi kesulitan tersebut.

5. Keadaan kesedihan yang berlanjut dialami wanita sebab faktor di luar diri ataupun dari dalam diri
wanita seperti depresi berlanjut yang dialami wanita tersebut.

6. Terlalu lelah oleh beban kerja dalam keseharian akan membuat minat terhadap hubungan intim
suami-istri pun terkikis.

7. Suami yang hanya memperhatikan pencapaian orgasme pada dirinya dan tidak peduli terhadap
orgasme pada pihak istrinya, artinya langsung tidur, membalikkan tubuhnya ke arah lain tanpa
memperhatikan istri. Dalam hal ini istri akan merasa hanya dimanfaatkan saja dan tidak memperoleh
apa pun dari hubungan intimnya. Ia merasa dieksploitasi, direndahkan, dimanfaatkan secara sia-sia,
tetapi wanita ini takut untuk menolak relasi seksual yang diinginkan suaminya.

8. Pengalaman psikoseksual terdahulu yang bersifat traumatik, seperti pernah menjadi korban
perkosaan

9. Pendidikan dari keluarga tentang kebersihan yang berlebihan dengan akhirnya seks dianggap hal
yang kotor. Sehingga dapat menciptakan frigiditas

D. Penyembuhan dan pengobatan

1. Untuk mengatasi frigiditas yang disebabkan faktor psikis, harus dilakukan terapi dengan bantuan ahli
misalnya psikolog. Untuk jangka waktu penyembuhan tergantung seberapa berat faktor psikis yang
dialami wanita tersebut

2. Untuk mengatasi frigiditas karena faktor yang terkait dengan kesehatandapat dilakukan dengan
pengobatan herbal yakni dengan mengkonsumsi makanan dan minuman untuk penderita frigiditas.

a. Kucai dadar telur

Berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah, sakit pinggang dan meningkatkan gairah seksual
Bahan :

Kucai segar 100gr dipotong- potong

Telur ayam 2 butir

Garam, minyak wijen, daun ketumbar, cabe merah diiris- iris, minyak nonkolesterol secukupnya

Telur dikocok sampai rata, masukkan kucai , garam, minyak wijen, cabai merah yang sudah siiris- iris,
lalu didadar dengan minyak nonkolesterol. Bila masakan sudah siap, taburi daun ketumbar diatas
telur tersebut.

b. Minuman krokot

Berkhasiat untuk mengatasi radang saluran kencing dan keram vagina

Bahaan :

Krokot segar dicuci bersih 120gr

Daun sendok segar 60gr

Umbi rumput teki 10gr

Air 1500cc

Semua bahan direbus hingga mendidih selama 30 menit, lalu diminum sebagai pengganti the.

c. Telur asin tian ma

Berkhasiat untuk wanita yang sering mengalami keram vagina

Bahan :

Tian ma 10gr (dijadikan bubuk)

Telur asin 2 butir

Tepung terigu 1sdm

Air secukupnya

Lubangi ujung telur asin, kemudian keluarkan bagian kuningnya, masukkan tian ma kedalam telur
asin tersebut. Buat adona dari tepung terigu yang kental untuk menutupi lubang pada telur tersebut
lalu bungkus telur dengan kertas alumunium foil. Panasi wajan Teflon, kemudian letakkan telur asin
tersebut diatasnya sehingga menutupi bagian yang dilubangi tadi berada diatas. Setelah agak
matang, boleh dibalik dan masak kembali sampai seluruh bagian telur matang.

d. Sehat dengan daging kambing

Berkhasiat untuk wanita yang kondisi tubuhnya lemah, loyo, nafsu seksual berkurang, insomnia dan
pusing

Bahan :

Daging kambing 500gr

Biji kucai 100gr

Ki cie 25gr

Lengkeng kering 15gr

Kurma 10 buah

Air, jahe, bunga lawang/pekak secukupnya

Daging kambing dipotong- potong bersama bahan yang lainnya ditim hingga matang, dimakan dan
diminum supnya sebelum tidur.

Anda mungkin juga menyukai