Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetri. Komplikasi yang mengancam jiwa
kebanyakan terjadi selama persalinan, dan ini semua tidak dapat diprediksi. Prenatal screening
tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan mengembangkan komplikasi (Rooks, Winikoff,
dan Bruce 1990).
Perempuan tidak diidentifikasi sebagai "berisiko tinggi" dapat dan melakukan
mengembangkan komplikasi obstetrik. Kebanyakan komplikasi obstetrik terjadi pada wanita
tanpa faktor risiko.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan perdarahan.
Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang penting. Akibat jangka
panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui
sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki
sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa
hipoksemia janin yang terjadi
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja
petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat
kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari
apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat
memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga
kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan

B. Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “bagaimanakah penilaian awal
kondisi kegawatdaruratan ?”

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan
bagaimanakah penilaian awal kondisi kegawatdaruratan,

1
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Penulis mendapat pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian awal kondisi
kegawatdaruratan
b. Pembaca mendapat pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian awal kondisi
kegawatdaruratan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gawat Darurat


Definisi gawat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang
mengancam nyawa pasien. Contoh : penderita sakit kanker
Definisi darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang
membutuhkan pertolongan segera. Contoh : pasien yang menginjak paku.
Definisi gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang
mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera. Contoh : pasien tang tersedak
makanan, penderita dengan serangan jantung.
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam keadaan gawat darurat
atau tidak harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
umum dan pemeriksaan obstetrik.

B. Penilaian awal Gawat Darurat


Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri
yang membutuhkan pertolongan segera dan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang
dihadapi.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal ialah sebagai berikut :
1. Periksa Pandang
a. Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-kejang, gelisah, tampak kesakitan.
b. Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak berkeringat.
c. Menilai pernapasan : cepat, sesak napas.
d. Menilai perdarahan dalam kemaluan
2. Periksa Raba
a. Kulit : dingin, demam.
b. Nadi : lemah/kuat, cepat/normal.
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak
3. Tanda vital
· Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.

3
Hasil penilaian awal ini, berfokus pada
apakah pasien mengalami syok hipovolemik, syok
septic, syok jenis lain, koma, kejang-kejang atau
koma disertai kejang-kejang, menjadi dasar
pemikiran apakah kasus mengalami perdarahan,
infeksi, hipertensi/preeklamsia/eklamsia atau
penyulit lain. Dasar pemikiran

ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan klinik lengkap,
tertapi sebelum pemeriksaan klinik lengkap selesai dilakukan, langkah-langkah untuk
melakukan pertolongan pertama sudah dikerjakan sesuai hasil penilaian awal, misalnya
ditemukan kondisi syok, pertolongan pertama untuk melakukan syok sudah harus dilakukan.

C. Penilaian Klinik Lengkap


Penilaian kliniK lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan
pemeriksaan obstetric termasuk pemeriksaan panggul secara sistematis meliputi sebagai
berikut.
1. Anamnesis
Diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya beberapa hal berikut dan jawabannya
dicatat dalam catatan medik.
a. Masalah/keluhan utama yang menjadi alasan pasien dating ke klinik.
b. Riwayat penyakit/masalah tersebut termasuk obat-obatan yang sudah didapat
c. Tanggal hari pertama haid yang terakhir dan riwayat haid
d. Riwayat kehamilan sekarang
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu termasuk kondisi anaknya
f. Riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat penyakit dalam keluarga Riwayat
pembedahan
g. Riwayat alergi terhadap obat

2. Pemeriksaan Fisik Umum

4
a. Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita
b. Penilaian tanda vital (Tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan)
c. Pemeriksaan kepala dan leher
d. Pemeriksaan dada (pemeriksaan jantung dan paru-paru)
e. Pemeriksaan perut (kembung, nyeri tekan atau nyeri lepas, tanda abdomen akut, cairan bebas
dalam rongga perut)
f. Pemeriksaan anggota gerak (antara lain edema tungkai dan kaki)
3. Pemeriksaan Obstetri :
a. Pemeriksaan vulva dan perineum
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
d. Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan sebagainya)
e. Pemeriksaan adneksa
f. Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan relaksasi, simetri, dan dominasi fundus)
g. Pemeriksaan janin:
a) Didalam atau diluar rahim
b) jumlah janin
c) presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
d) posisi janin, moulase, dan kaput suksedaneum
e) Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-lain)
f) Anomali kongenital pada janin
g) Taksiran berat janin
h. Janin mati atu hidup, gawat janin atau tidak
4. Pemeriksaan Panggul :
a. Penilaian pintu atas panggul :
1) Promontorium teraba atau tidak
2) Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
3) penilaian linea inominata teraba berapa bagian atau teraba seluruhnya
b. Penialaian ruang tengah panggul :
1) Penilaian tulang sacrum (cekung atau datar)
2) Penilaian dinding samping (lurus atau konvergen)

5
3) Penilaian spina ischiadika (runcing atau tumpul)
4) Ukuran jarak antaspina iskiadika distansia interspinarum)
c. Penilaian pintu bawah panggul :
1) Arkus pubis (lebih besara atau kurang dari 90°)
2) Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
3) Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan pervaginam
4) Penilaian panggul (panggul luas, sempit atau panggul patologik)
d. Penilaian imbang feto-pelvik : (imbang feto-pelvik baik atau disproporsi sefalo-pelvik)

5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dan menentukan baik dalam penanganan
kasus perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, maupun kasus
kegawatdaruratan yang lain.

6. Pemeriksaan Darah
Darah diambil untuk pemeriksaan berikut (disesuaikan dengan indikasi klinik).
a) Golongan darah dan cross match
b) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit.
Kadar hemoglobin dan hematokrit penting dalam kasus perdarahan. dalam perdarahan
akut kadar Hb dapat lebih tinggi, tetapi dalam kenyataannya jauh lebih rendah. Dalam kasus
sepsis kadar Hb penting dalam kapasitasnya untuk mengangkut oksigen guna mempertahankan
perfusi jaringan yang adekuat, sehingga harus diupayakan kadar Hb > 10 gr% dan Ht >30%.
Jumlah dan hitung jenis leukosit berguna untuk memprediksi infeksi, walaupun kenaikan
jumlah leukosit tidak spesifik untuk infeksi. Pada kasus demam tanpa tanda-tanda, lokasi
infeksi, bila jumlah leukosit >15.000/mm3 berkaitan dengan infeksi bakteri sebesar 50%.
Selain itu, jumlah leukosit juga menjadi suatu komponen criteria dalam SIRS (Systemik
Inflammatory Response Syndrome) suatu istilah untuk menggambarkan kondisi klinik tertentu
yaitu pengaktifan inflammatory cascade dan dianggap ada apabila terdapat 2 kelainan dari 4
yaitu : 1) suhu tubuh, 2) Frekuensi jantung, 3) frekuensi napas, 4) jumlah leukosit. Jumlah
trombosit meningkat pada peradangan dan menurun pada DIC (disseminated intravascular
coagulation).

6
c) Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal dan dehidrasi berat
d) pemeriksaan glukosa darah
e) Pemeriksaan pH darah dan elektrolit (HCO3, Na, K, dan Cl)
f) Pemeriksaan koagulasi
g) Pemeriksaan fungsi hati, bilirubin, dalam evaluasi gagal organ ganda
h) Kultur darah untuk mengetahui jenis kuman

7. Pemeriksaan Air Kemih


Dilakukan pemeriksaan air kemih lengkap dan kultur. Dalam kondisi syok biasa produksi
air kemih sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Berat jenis air kemih meningkat lebih dari 1.020

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang mengancam
nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera. Untuk menghindari keadaaan yang tidak
diinginkan, maka diperlukan penilaian awal kondisi kegawatdaruratan
b. Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang
membutuhkan pertolongan segera dan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
c. Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal ialah sebagai berikut :
1) Periksa Pandang
2) Periksa Raba
3) Tanda vital

B. Saran
Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian yang
begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam
merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, marilah kita memberikan peran dengan
mempelajari dengan sungguh-sunggu kasus-kasus kegawatadaruratan dan memaksimalkan
keterampilan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan yang berada dalam koridor
wewenang bidan

8
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Prof. Dr. Winjosastro Hanifa, SpOG.2005. Ilmu Kebidanan, Cetakan ketujuh, Edisi Ketiga, Jakarta :
Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Yayasan Bina.

Prof.Dr. Heller Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, cetakan kelima, Edisi pertama,
Jakarta : Buku Kedokteran.

Prof. Dr. Basri Saifuddin, SpOG, Mph.2002. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatus, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.

9
SISTEM RUJUKAN

Langkah-Langkah Rujukan dalam Pelayanan Kebidanan

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita

a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat

ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke

tingkat kegawatdaruratan.

b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang

ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat

kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya,

mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus

dirujuk.

2. Menentukan tempat rujukan Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas

pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta

dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Kaji ulang rencana rujukan

bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua

asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa

ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan

keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal

persalinan.

4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.

10
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam

perjalanan ke tempat rujukan

c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak

mungkin dikirim

Persiapan – persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan (BAKSOKU)

1) B ( Bidan ) :4

Pastikan ibu / bayi / klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.

2) A ( Alat ) :

Bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan seperti : Spuit, nfuse set, tensi meter,
stetoskop dll.

3) K ( Keluarga ) :

Beritahu keluarga kondisi terakhir ibu ( klien ) dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota
keluarga yang lain harus menemani ibu ke tempat rujukan.

4) S ( Surat ) :

Berikan surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu ( klien ), alasan rujukan, uraian
hasil rujukan, asuhan atau obat – obat yang telah diterima ibu ( klien )

5) O ( Obat ) :

Bawa obat – obat essensial diperlukan selama perjalanan merujuk.

6) K (Kendaraan) :

Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu ( klien ) dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat.

7) U ( Uang ) :

Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan
bahan – bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.

8) ( Donor Darah) :

11
Siapkan calon pendonor darah dari keluarga untuk berjaga-jaga dari kemungkinan kasus yang
memerlukan donor darah.

12
JENIS-JENIS SYOK DAN PENGERTIANNYA

Berdasarkan etiloginya maka syok digolongkan atas beberapa macam yaitu :Syok
Hipovolemik, Syok Kardiogenik, Syok Distributif, dan Syok Obstruktif
SYOK HIPOVOLEMIK
Pengertian

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume
intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler.
Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume
cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika
penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan
750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg.

Etiologi

Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah

(1) kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis,
(2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites dan peritonitis

SYOK KARDIOGENIK
Pengertian

Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.

Etiologi
Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan
oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan
katup, tamponade jantung, dan disritmia.

SYOK DISTRIBUTIF
Pengertian

Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat
dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.

Etiologi

13
Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan
mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok
distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal, (2) syok
anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok
septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi

Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh
membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :

1. Syok Neorugenik

Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis. Kondisi
ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf.
Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa
(misalnya : reaksi insulin atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering,
hangat dan bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah
bradikardi.

2. Syok Anafilaktik

Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah
membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi
sistemik.

3. Syok Septik

Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi yang
menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian
infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang
jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan
secara menyeluruh.

Syok Neurogenik

Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis yang kompleks
yang mencakup sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamik yang bervariasi tetapi
petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan.1

14
Setiap keadaan yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan oksigen jaringan, baik
karena suplainya yang kurang atau kebutuhannya yang meningkat, menimbulkan tanda-tanda
syok.2

Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik klinis maupun laboratorium yang
jelas yang merupakan akibat dari berkurangnya perfusi jaringan. Syok mempengaruhi kerja
organ-organ vital dan penangannya memerlukan pemahanam tentang patofisiologi syok.3

Syok bersifat progresif dan terus memburuk. Lingkaran setan dari kemunduran yang progresif
akan mengakibatkan syok jika tidak ditangani segera mungkin.1

Syok neurogenik sebenarnya jarang terjadi. Pada syok neurogenik terdapat penurunan tekanan
darah sistemik sebagai akibat terjadinya vasodilatasi perifer dan penurunan curah jantung.
Vasodilatasi tersebut terjadi karena menurunnya resistensi perifer yang disebabkan oleh
gangguan saraf otonom sedangkan penurunan curah jantung disebabkan oleh bertambahnya
pengaruh nervus vagus pada jantung sehingga terjadi bradikardi. 4,5

A. Definisi

Syok (renjatan) adalah kumpulan gejala-gejala yang diakibatkan oleh karena gangguan perfusi
jaringan yaitu aliran darah ke organ tubuh tidak dapat mencukupi kebutuhannya.2

Syok sirkulasi dianggap sebagai rangsang paling hebat dari hipofisis adrenalis sehingga
menimbulkan akibat fisiologi dan metabolisme yang besar. Syok didefinisikan juga sebagai
volume darah sirkulasi tidak adekuat yang mengurangi perfusi, pertama pada jaringan non vital
(kulit, jaringan ikat, tulang, otot) dan kemudian ke organ vital (otak, jantung, paru-paru, dan
ginjal).1

Syok atau renjatan merupakan suatu keadaan patofisiologis dinamik yang mengakibatkan
hipoksia jaringan dan sel.5

Syok juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mengancam jiwa yang diakibatkan
karena tubuh tidak mendapatkan suplai darah yang adekuat yang mengakibatkan kerusakan
pada multiorgan jika tidak ditangani segera dan dapat memburuk dengan cepat.6

15
B. Klasifikasi

Syok secara umum dapat diklasifikasikan dalam 5 kategori etiologi yaitu : 1,2,4,7,8,9

1. Syok Hipovolemik

Syok yang disebabkan karena tubuh :

- Kehilangan darah/syok hemoragik


· Hemoragik eksternal : trauma, perdarahan gastrointestinal
· Hemoragik internal : hematoma, hematotoraks
- Kehilangan plasma : luka bakar
- Kehilangan cairan dan elektrolit
· Eksternal : muntah, diare, keringat yang berlebih
· Internal : asites, obstruksi usus

2. Syok Kardiogenik

Gangguan perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi jantung misalnya : aritmia, AMI
(Infark Miokard Akut).

3. Syok Distributif

- Syok Septik
Syok yang terjadi karena penyebaran atau invasi kuman dan toksinnya didalam tubuh yang
berakibat vasodilatasi.
- Syok Anafilaktif
Gangguan perfusi jaringan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang mengeluarkan
histamine dengan akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler dan terjadi dilatasi
arteriola sehingga venous return menurun.
Misalnya : reaksi tranfusi, sengatan serangga, gigitan ular berbisa
- Syok Neurogenik
Pada syok neurogenik terjadi gangguan perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi
sistim saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi.

16
Misalnya : trauma pada tulang belakang, spinal syok

4. Syok Obtruktif

Ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama diastol sehingga secara nyata menurunkan
volume sekuncup dan endnya curah jantung

Misalnya : tamponade kordis, koarktasio aorta, emboli paru, hipertensi pulmoner primer.

C. Patofisiologi

Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran
darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok
dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung,
volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini
kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya
tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah
jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer meningkat. 4, 6

Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu : 5,10

1. Fase Kompensasi

Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan
perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme
kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak
dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral
dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi
air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi
pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk
menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar.
Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri
untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka
filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif

17
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor
utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi
gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah
menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.

Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan
vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran
darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan
trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC =
Disseminated Intravascular Coagulation).

Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di
otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan
terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus
menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke
sirkulasi.

Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat timbul
sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro
sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik
menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat
ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.

3. Fase Irrevesibel/Refrakter

Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat diperbaiki.
Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi,
jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema
interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

D. Manifestasi Klinis

18
Manifestasi klinis tergantung pada penyebab syok (kecuali syok neurogenik) yang meliputi : 2,
6,10,11

1. Sistem pernafasan : nafas cepat dan dangkal


2. Sistem sirkulasi : ekstremitas pucat, dingin, dan berkeringat dingin, na-
di cepat dan lemah, tekanan darah turun bila kehilangan darah menca-
pai 30%.
3. Sistem saraf pusat : keadaan mental atau kesadaran penderita bervariasi tergantung derajat
syok, dimulai dari gelisah, bingung sampai keadaan tidak sadar.
4. Sistem pencernaan : mual, muntah
5. Sistem ginjal : produksi urin menurun (Normalnya 1/2-1 cc/kgBB/jam)
6. Sistem kulit/otot : turgor menurun, mata cekung, mukosa lidah kering.
7. Individu dengan syok neurogenik akan memperlihatkan kecepatan denyut jantung yang
normal atau melambat, tetapi akan hangat dan kering apabila kulitnya diraba.

E. Derajat Syok

Menentukan derajat syok :4

1. Syok Ringan

Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak, otot rangka,
dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya
perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin
normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.

2. Syok Sedang

Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-organ ini
tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada
keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan
tetapi kesadaran relatif masih baik.

3. Syok Berat

19
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk
menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda
hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).

F. Pemeriksaan

1. Anamnesis

Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin
hanya didapatkan dari keluarga, teman dekat atau orang yang mengetahui kejadiannya, cari :

- Riwayat trauma (banyak perdarahan atau perdarahan dalam perut)

- Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)

- Riwayat infeksi (suhu tinggi)

- Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat).

2. Pemeriksaan fisik

- Kulit

Suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok
berlanjut terjadi hipovolemia)

Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi
terminal)

Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).

- Tekanan darah

Hipotensi dengan tekanan sistolik < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya
mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)

20
- Status jantung

Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba.

- Status respirasi

Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada
syok septik, respirasi meningkat jika kondisi memburuk)

- Status Mental

Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai
koma.

- Fungsi Ginjal

Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)

- Fungsi Metabolik

Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis
metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea

- Sirkulasi

Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik

- Keseimbangan Asam Basa

Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan
pO2karena adanya aliran pintas di paru).

3. Pemeriksaan Penunjang

- Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa
darah.

21
- Analisa gas darah

- EKG

G. Diagnosis

Kriteria diagnosis :13

1. Penurunan tekanan darah sistolik > 30 mmHg

2. Tanda perfusi jaringan kurang

3. Takikardi, pulsus lemah

H. Diagnosis Banding13

1. Semua jenis syok.

2. Sinkope (pingsan)

3. Histeria

I. Komplikasi6,10,11

1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.

2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena
hipoksia

3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas
sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.

J. Penatalaksanaan2,12,13

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki
perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan

22
ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat
diberikan pengobatan kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip
resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa
endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan
ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C
= circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok
neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila
perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat
vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Segera menghentikan perdarahan yang
terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok. Pada syok
septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi.

Penanganannya meliputi:

1. Umum :

Memperbaiki sistim pernafasan :

- Bebaskan jalan nafas


- Terapi oksigen
- Bantuan nafas

Memperbaiki sistim sirkulasi:

- Pemberian cairan
- Hentikan perdarahan yang terjadi
- Monitor nadi, tekanan darah, perfusi perifer, produksi urin

Menghilangkan atau mengatasi penyebab syok.

2. Khusus :

Obat farmakologik :

- Tergantung penyebab syok


- Vasopresor (kontraindikasi syok hipovolemik)

23
- Vasodilator

SYOK NEUROGENIK

A. Definisi

Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels).3

Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh
tubuh.10

Syok neurogenik juga dikenal sebagai syok spinal. Bentuk dari syok distributif, hasil dari
perubahan resistensi pembuluh darah sistemik yang diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf
(seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).10,14

B. Etiologi

Penyebabnya antara lain : 3,4,5

1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).

2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur tulang.

3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal.

4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).

5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.

C. Patofisiologi

Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan perfusi jaringan dalam syok
distributif merupakan hasil utama dari hipotensi arterial karena penurunan resistensi pembuluh
darah sistemik (systemic vascular resistance). Sebagai tambahan, penurunan dalam efektifitas

24
sirkulasi volume plasma sering terjadi dari penurunan venous tone, pengumpulan darah di
pembuluh darah vena, kehilangan volume intravaskuler dan intersisial karena peningkatan
permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi disfungsi miokard primer yang bermanifestasi sebagai
dilatasi ventrikel, penurunan fraksi ejeksi, dan penurunan kurva fungsi ventrikel.11,16

Pada keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler dengan akibat sekunder terjadi
berkurangnya cairan dalam sirkulasi. Syok neurogenik mengacu pada hilangnya tonus simpatik
(cedera spinal). Gambaran klasik pada syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau
vasokonstriksi kulit.15

Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan vasodilatasi
menyeluruh di regio splanknikus, sehingga perfusi ke otak berkurang. Reaksi vasovagal
umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri. Syok
neurogenik bisa juga akibat rangsangan parasimpatis ke jantung yang memperlambat kecepatan
denyut jantung dan menurunkan rangsangan simpatis ke pembuluh darah. Misalnya pingsan
mendadak akibat gangguan emosional.5,10

Pada penggunaan anestesi spinal, obat anestesi melumpuhkan kendali neurogenik sfingter
prekapiler dan menekan tonus venomotor. Pasien dengan nyeri hebat, stress, emosi dan
ketakutan meningkatkan vasodilatasi karena mekanisme reflek yang tidak jelas yang
menimbulkan volume sirkulasi yang tidak efektif dan terjadi sinkop.9

D. Manifestasi Klinis

Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan
darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai
dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada
keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena
terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak
hangat dan cepat berwarna kemerahan.3,4,14,15

E. Diagnosis

25
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan
darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai
dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia. 3,4,14,15

F. Diagnosis Banding

Diagnosis banding syok neurogenik adalah sinkop vasovagal. Keduanya sama-sama


menyebabkan hipotensi karena kegagalan pusat pengaturan vasomotor tetapi pada sinkop
vasovagal hal ini tidak sampai menyebabkan iskemia jaringan menyeluruh dan menimbulkan
gejala syok.1,9 Diagnosis banding yang lain adalah syok distributif yang lain seperti syok septik,
syok anafilaksi. Untuk syok yang lain biasanya sulit dibedakan tetapi anamnesis yang cermat
dapat membantu menegakkan diagnosis.2,4,7,8

G. Penatalaksanaan

Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti fenilefrin dan
efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter prekapiler dan vena
kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut. 4,9

1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi Trendelenburg).

2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan


masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat,
penggunaanendotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk
menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang.
Ventilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan
penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.13

3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan. Cairan


kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per infus secara cepat 250-
500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan
urin output untuk menilai respon terhadap terapi.

4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif
(adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien) :3,14,15

26
· Dopamin

Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek serupa dengan
norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.

· Norepinefrin

Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya
hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan
darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya
diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi
perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan
bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena
dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.

· Epinefrin

Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan dimetabolisme cepat dalam
badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum
pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik.
Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada
pasien syok neurogenik

· Dobutamin

Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac output.
Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi perifer.

Resistensi Pembuluh
Obat Dosis Cardiac Output
Tekanan Darah
Darah Sistemik
Dopamin 2,5-20 mcg/kg/menit + + +
Norepinefrin0,05-2 mcg/kg/menit + ++ ++
Epinefrin 0,05-2 mcg/kg/menit ++ ++ +
Fenilefrin 2-10 mcg/kg/menit - ++ ++
Dobutamin 2,5-10 mcg/kg/menit + +/- -

27
TUGAS MAKALAH

GAWAT DARURAT MATERNAL &


NEONATAL

Disusun Oleh :

ELVIZA

164210434

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI DIII KEBIDANAN BUKITTINGGI

28
29

Anda mungkin juga menyukai