Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN DASAR

KONSEP DASAR KEBUTUHAN SEKSUAL, KONSEP PEMENUHAN


KONSEP DIRI DAN AKTUALISASI DIRI

DOSEN PENGAMPU: Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep. Mat

DISUSUN OLEH:
Anggi Maulida Permatasari
NIM: P07220118006
A. Konsep dasar kebutuhan sexsual
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa
ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling
menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah
hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya
merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi
banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah
istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita.
Pengertian Kebutuhan Seksual
1). Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan
dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan
menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu
tersebut.
2). Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda :
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri
mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan
tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan,
pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara
berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai,
fantasi, emosi.
3). Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada
laki-laki dan perempuan, hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).
4). Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik,
emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang
positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta
(WHO, 1975).
Tinjauan Seksual dari beberapa aspek
Makna seksual dapat di tinjau dari berbagai aspek, di antaranya.
 Membicarakan seksual masih tabu.
 Pengekspresiannya masih secara tertutup.
 Hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antar lawan jenis.
 Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik, semua aspek saling
berinteraksi.
 Aspek biologis. Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi
dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual) , kemampuan organ seks, dan adanya
hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan
seksual.
 Aspek Psikologis. Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin,
sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta
memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
 Aspek Sosial Budaya. Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang
berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat.
Perkembangan seksual
a. Masa prenatal dan bayi.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya
ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku
ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang.
b. Masa Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual
pada masa ini di awali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan
psikoseksual pada masa ini adalah : Tahap oedipal/phalik, Tahap Laten,
Masa Pubertas / Remaja, Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur, Masa
Dewasa Tua,
Penyimpangan Seksual Pada Orang Dewasa.
 Pedofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek anak-anak.
Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan
anak di bawah usia pubertas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan
mental, seperti shizofrenia, sadism organic, atau gangguan kepribadian organik.
 Eksibisionisme.kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat
kelamin di depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan
orang yang tidak di kenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan
seksual.
 Fetisisme. Kepuasan seksual; di capai dengan menggunakan benda seks seperti
sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat di
sebabkan antara lain karena eksperimen seksual yang normal dan bedah
pergantian kelamin.
 Transvestisme. Kepuasan seksual di capai dengan memakai pakaian lawan jenis
dan melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang senang
menggunakan pakaian dalam wanita.
 Transeksualisme. Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak
senang terhadap jenis kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.
 Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang
lain atau aktifitas seksual yang dilakukan orang lain.
 Masokisme. Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau di sakiti terlebih
dahulu secara fisik atau psikologis.
 Sadisme. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksual di capai dengan
menyakiti objeknya, baik secara fisik atau psikologis (dengan menyiksa pasangan).
Hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang
salah.
 Homoseksual dan Lesbianisme. Penyimpangan seksual yang di tandai dengan
ketertarikan secara fisik maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual
dicapai melalui hubungan dengan orang berjenis kelamin yang sama.
 Zoofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek binatang.
 Sodomi. Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus.
 Nekropilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek mayat.
 Koprofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek feses.
 Urolagnia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek urine yang
diminum.
Bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan
seksual abnormal
 1.) Prostitusi. Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak wajar dan
tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat impersonal, tanpa adanya
afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa adanya orgasme pada wanita.
 2). Perzinahan. Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri.
Perzinahan pada wanita baru mengarah ke hubungan seksual dengan laki-laki lain setelah
adanya relasi emosional dan afeksional yang sangat kuat. Pada pria, perzinahan biasanya
disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan seks secara sesaat.
 3). Frigiditas. Merupakan ketidak mampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme
selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau ketidaktertarikan sama sekali
pada hubungan seksual atau tidak mampu menghayati orgasme pada koitus (hubungan intim).
 4). Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau
ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau ketakutan, pengalaman buruk masa
lalu, dan persepsi seks yang salah.
 5). Ejakulasi premature. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang
terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau berlangsung
ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi.
Siklus respon seksual
 1). Tahap suka cita. Merupakan tahap awal dalam respons seksual pada wanita
ditandai dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami
ekspansi atau menebal, meningkatnya sensitifitas klitoris, putting susu menegang,
dan ukuran buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau
ereksi pada penis dan penebalan atau elevasi pada skrotum.
 2). Tahap kestabilan. Pada tahap ini wanita mengalami retraksi di bawah klitoris,
adanya lendir yang banyak dari vagina dalam labia mayora, elevasi dari serviks
dan uterus, serta meningkatnya otot-otot pernafasan.
 3). Tahap orgasme (puncak). Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita
ditandai adanya kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan spinchter,
uretra, dan otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut
nadi.
 4). Tahap resolusi (peredaan). Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons
seksual, pada wanita ditandai dengan adanya relaksasi dari dinding vagina secara
berangsur-angsur, perubahan warna dari labia mayora, pernafasan, nadi tekanan
darah, otot-otot kembali berangsur normal. Pada laki-laki ditandai dengan
menurunnya denyut pernafasan dan denyut nadi serta melemasnya penis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
seksual.
 Perkembangan manusia berpengaruh terhadap psiko-sosial, emosional, dan biologis
 Kultur / budaya : berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai
norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya
 Nilai-nilai Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait
seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
 Status Kesehatan : Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan
fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah
bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
 Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.
 Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara seksual melalui
pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
 Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan perasaan
kehilangan yang mencakup maskulinitas dan femininitas.
B. KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN HARGA
DIRI: KONSEP DIRI
 Konsep diri (self consept) adalah suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia.
 Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
 Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi)
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita
yang kita inginkan.
 Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu
bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
 Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku,
artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini
merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju
kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini
sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
 Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwapengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh
tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang
dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Konsep diri sendiri, terbagi menjadi beberapa komponen, yaitu :
 1). Citra tubuh (body image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar
atau tidak sadar terhadap tubuhnya, terdiri dari ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna, obyek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, lensa
kontak, pakaian, kursi roda) baik masa lalu atau masa sekarang.
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
(Stuart dan Sundeen, 1991). Sikap ini mencakup persepsi dan perasan tentang ukuran dan
bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
 2). Ideal diri (self-ideal)
Ideal diri adalah persepsi seseorang tentang bagaimana dia harus berperilaku sesuai
dengan suatu standar tertentu (Stuart dan Laraia, 2005). Standar dapat berhubungan
dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, tujuan atau nilai-nilai yang
ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma sosial, dimana seseorang berusaha untuk mewujudkannya.
 3). Harga diri (self-esteem)
Harga diri adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri sendiri yang
berasal dari kepercayaan positif atau negatif seorang individu tentang kemampuannya
dan menjadi berharga (Fortinash et al, 1999).
Menurut Stuart dan Laraia (2005), harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang ingin dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
 4). Penampilan peran (role performance)
Penampilan peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial yang berbeda
(Stuart dan Laraia, 2005). Perilaku tersebut diharapkan dapat diterima oleh keluarga,
masyarakat dan budaya. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak
punya pilihan.
 5). Identitas diri (self-identity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan
yang utuh (Stuart dan Sundeen, 1991).
C. KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTUALISASI
DIRI
 Pengertian Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk
melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato, 2009),
menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik.
 Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga
memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu
makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga,
tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri Orang yang mampu
mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau
hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal)
keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk
melakukan sesuatu.
 Internal Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari
dalam diri seseorang, yang meliputi :
1) Ketidaktahuan akan potensi diri
2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya
tidak dapat terus berkembang. Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui,
digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita
mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada
tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).
 b. Eksternal Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri
seseorang, seperti :
1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang
karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya
menuunjang upaya aktualisasi diri warganya.
2) Faktor lingkungan Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya
mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan
mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).
3) Pola asuh Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah
besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses
perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting
dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961)
 Karakteristik aktualisasi diri.

 Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada
umunya. Menurut Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb, 1998), ada beberapa 11 karakteristik yang menunjukkan sseorang
mencapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:
 Mampu melihat realitas secara lebih efisien Karakteristik atau kapasitas ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali
kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu
 menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak menimbulkan
sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang
diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang
cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaa
 Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti
melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap
orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran,
ataupun nasehat dari orang lain terhadap diriny
 Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku,
dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak pura-pura. Sifat ini
akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asak tidak bertentangan dengan prinsipnya
yang paling utama,
 meskipun dalam hati ia menertawakannya. Namun apabila lingkungan/kebiasaan di masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang
ia yakini, maka ia tidak segan-segan untuk mengemukakannya dengan asertif. Kebiasaan 12 di masyarakat tersebut antara lain seperti
adat-istiadat yang amoral, kebohongan, dan kehidupan sosial yang tidak manusiawi.
 Terpusat pada persoalan Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan
dirinya saja, namun didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala
pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois.
 Membutuhkan kesendirian Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan
atas persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pada pikiran orang lain.
Sifat yang demikian, membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya,
meskipun ia berada di lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan keputusan.
 Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi oleh orang lain. Dia akan bertanggung jawab terhadap segala
keputusan/kebijakan yang diambil.
 Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan) Orang yang sudah mencapai
aktualisasi diri, tidak menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja
dan dimana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang mengelilinginya.
 Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas
segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengakualisasikan dirinya. Ia akan
diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang dia miliki.
 Kesadaran sosial Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan
empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada walaupun
orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran
sosial di mana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.
 Hubungan interpersonal Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai
kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin
hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.
 Rasa humor yang bermakna dan etis Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri
berbeda dengan humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang
menghina, merendahkan bahkan menjelekkan orang lain. Humor orang yang
mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tertawa, tetapi sarat dengan makna dan
nilai pendidikan. Humornya benar-benar menggambarkan hakikat manusiawi yang
menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Kreativitas Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan
inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
 Independensi Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusankeputusan yang ia ambil.
Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun kepentingan.
 Pengalaman puncak (peak experiance) Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan
memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara
dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas
dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama,
 ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang
jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka.

Anda mungkin juga menyukai