Anda di halaman 1dari 32

Perilaku Seks Pranikah


Disampaikan dalam acara Webinar
Kesehatan Reproduksi.
Jakarta, 08 November 2020
remaja identik dengan seks bebas.

 Hal tersebut merupakan bentuk pergeseran nilai pada
pergaulan remaja yang menganggap bahwa, “nggak

keren kalo belum nyoba seks”. Kampungan, kuno, primitif
 Istilah ‘ seks bebas’ semakin akrab kita jumpai di
kehidupan modern. Masyarakat yang hidup di dalamnya
merasa memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun,

termasuk soal seks. Terlepas dari konstruksi sosialnya,
seks bebas seringkali mengacu pada seks yang tidak
aman, dan akan membawa dampak negatif pada
pelakunya. Sederhananya, pengertian seks bebas yang
biasa kita kenal di masyarakat Indonesia adalah perilaku
seksual yang dilakukan di luar nikah. Dalam praktiknya,
hal tersebut bisa terjadi antara satu pasangan atau satu
orang dengan berganti-ganti pasangan. Hal ini juga dapat
dilakukan tanpa komitmen atau bahkan tanpa ikatan
emosional. Termasuk ke dalamnya seks dalam pacaran
(seks pranikah), cinta satu malam, prostitusi, atau
bertukar pasangan dengan pasangan lain (swinging).
Perilaku Seksual

 Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesama jenis (S. wirawan
Sarwono, 2015)
 Perilaku seksual adalah tindakan yang dilakukan
oleh remaja berhubungan dengan seksual yang
datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar
dirinya (Notoatmodjo, 2011)
Perilaku seksual pranikah

 Perilaku seks pranikah adalah segala tingkah laku remaja yang
didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama
jenis yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai
suami istri.
 Seks pranikah atau seks bebas adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang,
pria dan wanita diluar perkawinan yang sah (Sarwono, 2005).
Perilaku seks pranikah adalah aktivitas seksual yang
dilakukan di luar perkawinan yang sama dengan zina,
perilaku ini dinilai sebagai perilaku seks yang menjadi
masalah sosial bagi masyarakat dan negara karena dilakukan
di luar pernikahan (Kartini, 1985).
 Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (“UU Perkawinan”), perkawinan adalah ikatan lahir

 
isteri. 
batin antara seorang pria dengan seorang wanit sebagai suami

 Pasal 1
 “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.”

 Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan


 perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya.
 Ini berarti selain negara hanya mengenal perkawinan antara wanita
dan pria, negara juga mengembalikan lagi hal tersebut kepada
agama masing-masing.
 Perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis mulai dari tingkah laku yang

dilakukannya dengan sentuhan, berciuman (kissing)
berciuman belum menempelkan alat kelamin yang
biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau
melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum
bersenggama (necking) dan bercumbuan sampai
menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling
menggesekkan alat kelamin dengan pasangan namun
belum bersenggama (petting) dan yang sudah
bersenggama (intercourse), yang dilakukan di luar
hubungan pernikahan.
Remaja dan Perilaku seksual

 Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh (growth spurt),
timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif
 masa remaja adalah peralihan dari masa pubertas
menuju masa dewasa. Remaja merupakan masa
perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap
orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-
minat seksual, perenungan diri, dan perhatian
terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

 Dalam budaya Amerika, periode remaja dipandang
sebagai masa “Strom & Stress”, frustasi dan
penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi
dan melamun tentang cinta dan perasaan teraliansi
(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang
dewasa (Karyanti, 2018).

 Pada usia remaja, terjadi perkembangan psikososial
dan kepribadian. Memasuki masa remaja diawali
dengan terjadinya kematangan seksual.
 Kematangan seksual yang terjadi pada remaja juga
mengakibatkan mereka mulai tertarik terhadap
anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul
kecemasan – kecemasan dan pertanyaan-pertanyaan
seputar menstruasi, mimpi basah, masturbasi,
ukuran buah dada, penis dan sebagainya (Nilasari &
Sari, 2019).

 Pada masa remaja pertengahan, para remaja sudah
mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak
laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan
anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini
gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga
mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan
kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. Mereka
tidak jarang melakukan pertemuan untuk bercumbu
bahkan kadangkadang mencari kesempatan untuk
melakukan hubungan seksual (Nilasari & Sari, 2019).
Pacaran
 hubungan yang melibatkan dua orang yang saling jatuh
cinta yaitu laki-laki dan 
perempuan untuk berinteraksi
dan melakukan suatu kegiatan bersama dengan tujuan
tertentu sampai salah satu pihak memutuskan untuk
berkomitmen dalam hubungan yang lebih serius.
Misalnya bertunangan, atau menikah (Nurhaniyah,
2016)
 Menurut Kemenkes, (2015) permasalahan remaja saat ini
dipengaruhi oleh gaya berpacaran yang tidak sehat
sehingga dapat melakukan hubungan seks pranikah.
 Pintu masuk masalah kesehatan reproduksi remaja adalah
melalui pacaran. Pacaran merupakan pintu gerbang
masuknya pada perilaku seks pranikah (seks bebas). Apalagi


pada saat ini pacaran dianggap sebagai suatu hal wajar, yang
seringkali dianggap sebagai cara untuk saling mengenal satu
sama lain (El-Hakim, 2014).
 Hubungan seks pranikah yang terjadi pada remaja
disebabkan oleh rasa penasaran/ingin tahu (57,5% laki-laki),
terjadi begitu saja (38% perempuan), dan dipaksa oleh
pasangan (12,6% perempuan). Hal tersebut mencerminkan
kurangnya pemahaman remaja tentang risiko hubungan
seksual dan kemampuan untuk menolak hubungan yang
tidak mereka inginkan
Kenapa melakukan perilaku seksual
pranikah
karena faktor-faktor berikut ini:

Meningkatnya libido seksual



Perubahan-perubahan hormonal meningkat hasrat seksual (libido
seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

Penundaan usia perkawinan

Penyaluran hasrat seksual tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan
usia perkawinan baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang
perkawinan yang menetapkan batas usia menikah, maupun karena norma sosial yang
semakin lama menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
 
 

Tabu-larangan
Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap
berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan
seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih
jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan
masturbasi. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan
cenderung untuk melanggar larangan-larangan tersebut. Orang
tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih menganggap tabu pembicaraan mengenai
seks secara terbuka malah cenderung membuat jarak dengan
anak dalam masalah ini. Pada akhirnya hal ini akan
menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.

Kurangnya informasi tentang seks
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan seksual melalui media massa serta teknologi
canggih (video cassette, VCD, telepon genggam, internet dan lain-lain).
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan
meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, karena mereka
pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksualitas secara lengkap
dari orang tuanya.

Pergaulan yang semakin bebas


Kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan
perempuan sehingga kedudukan perempuan makin sejajar dengan laki-laki.
Dampak perilaku seksual pranikah

 Hubungan seks dapat menciptakan dimensi
emosional yang melibatkan kepribadian, pikiran,
dan perasaan. Itulah sebabnya keintiman seksual
berpotensi memiliki konsekuensi emosional yang
kuat.
Dampak Fisik

 Dampak fisik ini yang mungkin akan mudah terlihat dan dirasakan bagi
pelakunya, seperti:
 Resiko kehamilan serta persalinan yang cukup berbahaya
 Panggul menjadi sempit
 Kontraksi rahim melemah
 Tekanan darah yang tidak teratur yang bisa berdampak dalam keracunan
kehamilan dan kejang-kejang yang mana menyebabkan kematian.
 Tidak bisa mengurus kehamilannya dengan baik, dikarenakan belum
adanya kesiapan dari ibu sang janin
 Gangguan pada pertumbuhan organ-organ yang ada di dalam tubuh
janin.
 Cacat pada bayi dll
Dampak psikologis

 Hubungan seks dapat menciptakan dimensi
emosional yang melibatkan kepribadian, pikiran,
dan perasaan. Itulah sebabnya keintiman seksual
berpotensi memiliki konsekuensi emosional yang
kuat.

 1. Hilangnya Harga Diri
 Salah satu dampak psikologis yang paling terlihat
dari remaja-remaja yang melakukannya adalah
hilangnya harga diri sendiri. Seks pra nikah ini
nantinya akan menyebabkan seseorang merasa
harga dirinya telah jatuh, dan kemudian susah untuk
mengembalikannya dalam kondisi sebelumnya.

 2. Dihantui Perasaan Bersalah
 Jika dilihat dari sisi psikologis, seks yang dilakukan
sebelum menikah memang akan membuat pelakunya
seakan kehilangan harga diri. Hal ini lah yang
kemudian memicu perasaan berdosa, takut akan
kehamilan, serta lemahnya ikatan antara kedua belah
pihak yang dapat menyebabkan kegagalan setelah
berumah tangga. Bahkan tidak jarang menimbulkan
penghinaan terhadap masyarakat yang menyebabkan
seakan-akan dihantui perasaan bersalah.

 3. Munculnya Penyakit Seksual
 Seks bebas dapat menyebabkan pelakunya
menderita kelainan seksual yang masuk ke dalam
macam-macam gangguan jiwa seperti keinginan
untuk selalu berhubungan seks tanpa disadari.
Penderitanya akan menghabiskan waktunya dengan
berbagai khayalan-khayalan seks maupun kontak
fisik lainnya seperti pelukan, rangkulan, ciuman, dan
lainnya hingga membayangkan bentuk tubuh
seseorang luar dan dalam.

 4. Mengalami Sulit Berkosentrasi
 Seks bebas menyebabkan pelakunya menjadi pemalas,
sering lupa, sering melamun, hingga sulit untuk
berkosentrasi. Hal ini lah yang kemudian menyebabkan
segala pekerjaannya menjadi tertunda karena kehilangan
fokus. Sikap ini diakibatkan karena pengaruh dari
bayang-bayang sebelumnya akan seks pra nikah yang
dilakukannya. Sehingga membuat otaknya hanya
berpikir untuk seks. Bahkan memiliki keinginan untuk
bisa melampiaskan hasrat seksualnya tersebut.

 5. Memicu Tindakan Kriminal
 Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pelaku seks
bebas tersebut memiliki kebiasaan untuk mencoba
melampiaskan hasrat seksualnya yang dimilikinya.
Sehingga ketika dirinya tidak memiliki partner
untuk seks bebas, maka dirinya akan berusaha untuk
pergi ke tempat prostitusi. Yang terparahnya adalah
mereka bisa menjadikan anak-anak sebagai korban
pemerkosaan.

 6. Menjauh Dari Lingkungan Sosial
 Munculnya rasa bersalah, menyesal dan sedih
sebenarnya membuat pelaku-pelakunya
membutuhkan bantuan dari orang lain. Namun
karena perasaan bersalah yang dimilikinya membuat
dirinya menjauh dari lingkungan sosial. Malu akan
gunjingan orang lain dan hilangnya rasa percaya diri
akhirnya membuat dirinya menjauh dari teman dan
keluarganya sehingga memicu gangguan
kepribadian anti sosial

7. Tubuh Semakin Melemah akibat depresi
 Dampak seks bebas lainnya yang cukup terlihat
adalah tubuh yang semakin lemah. Hal ini karena
pikiran-pikiran yang ada di dalam dirinya yang
mana memicu ciri ciri depresi berat yang membuat
hilangnya nafsu makan, kesulitan untuk tidur
(insomnia), stress dan lainnya yang akhirnya
berdampak pada kondisi fisik penderitanya.

 8. Sering Berhalusinasi
 Perlakuan seks bebas nyatanya juga akan
menyebabkan penyakit kejiwaan ringan seperti
halusinasi mulai bermunculan dalam diri
penderitanya. Akibat rasa bersalah yang terlalu berat
yang dipendamnya, terkadang menyebabkan
halusinasi-halusinasi yang tidak wajar yang
akhirnya menganggu kehidupan sosialnya
 Mencegah Seks Dini pada Remaja

Bicarakan Batasan
 Remaja harus selalu berbicara mengenai batasan
ketika menjalani hubungan dengan pacar atau
pasangan. Berbicara mengenai apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan serta menjalankan komitmen
adalah hal yang tepat dalam memanajemen diri
sendiri untuk tidak melakukan hubungan seks.

Hargai diri kita dan Selalu Memikirkan Masa Depan
 Selalu pikirkan bahwa melakukan hubungan seks
saat remaja akan selalu berdampak buruk bagi
kesehatan reproduksi serta merusak masa depan.
Selai itu, pikirkan bahwa pacar atau pasangan kita
saat ini belum tentu akan menjadi suami atau istri
kita nantinya. Berpikir sebelum bertindak akan
membentuk sikap bertanggungjawab sehingga kita
dapat mencegah untuk melakukan hubungan seks.

Pilihlah teman dan Lingkungan Pergaulan yang
Kondusif
 Mempunyai banyak teman tidaklah salah. Namun,
alangkah baiknya memiliki teman yang mampu
mendukung kita untuk tidak melakukan hubungan
seksual dini, bukan yang justru menjerumuskan kita.
Lingkungan pergaulan yang kondusif akan
membentuk karakter kita untuk tidak melakukan
hubungan seks dini.

 Carilah Informasi yang Tepat
 Informasi yang tepat sangat membantu remaja untuk
mampu memahami informasi dengan benar sehingga
dapat mencegah perilaku seks dini. Belajarlah terbuka
kepada orang tua untuk bertanya informasi terkait
reproduksi. Jika hal tersebut sulit dilakukan, maka solusi
terbaik yaitu bertanya kepada remaja lain yang
bergabung dalam suatu organisasi atau komunitas yang
berkaitan dengan topik atau isu reproduksi remaja. Maka,
mereka akan dapat memberikan informasi yang jauh
lebih membantu.

Anda mungkin juga menyukai