Anda di halaman 1dari 28

“TAUHID DAN URGENSI DALAM

KEHIDUPAN MUSLIM”

H. Khairul Anam, SH., M.Kes


Pengertian Tauhid

Tauhid berasal dari kata Lawan dari tauhid adalah


wahhada-yuwahhidu- syirik. Yakni menyekutukan
tauwhidan yang arti atau membuat tandingan
harfiyahnya menyatukan, kepada Allah. Dengan
mengesakan, atau demikian tauhid adalah
mengakui bahwa sesuatu mengakui dan meyakini
itu satu. Yang dimaksud keesaan Allah dengan
dengan makna harfiyah di membersihkan keyakinan dan
atas adalah mengesakan pengakuan tersebut dari
atau mengakui dan segala kemusyrikan.
meyakini akan keesaan
Allah SWT
KEDUDUKAN DAN FUNGSI TAUHID
Tauhid mempunyai kedudukan dan fungsi sentral
dalam kehidupan muslim. Bagi seorang muslim
tauhid menjadi dasar dalam aqidah, syariat dan
akhlak.

Sebagai dasar dalam aqidah maksudnya seorang muslim harus


percaya bahwa Allah Yang Maha Esa telah menciptakan dan
menghendaki semua yang terjadi di alam ini
Sebagai dasar dalam syariat maksudnya setiap orang muslim
dalam menjalankan syariat Allah ( Ibadah dan Mua’mmalah )
harus dilakukan dengan niat yang ikhlas, tidak boleh riya’.
Sebagaimana disebutkan dalam al-qur’an surat al-Ma’un ayat 1-7.
Fungsi dan Peran Tauhid

 Memerdekakan manusia dari Untuk dapat memainkan fungsi


segala perbudakan dan tersebut, tauhid harus memiliki empat
penghambaan kecuali kepada Allah karakteristik, yaitu:
Tauhid yang mengembangkan
 Menghasilkan pribadi yang kokoh.
sifat positif dan menekan sifat
Pribadi yang memiliki visi hidup
negative manusia.
yang jelas yang tidak
Tauhid yang mempunyai daya
menggantungkan diri kepada selain
tahan terhadap guncangan
Allah.
perubahan.
 Mengisi hati dengan keamanan dan Tauhid yang menggerakkan
ketenangan pandangan positif terhadap dunia,
 Meningkatkan nilai ruhani manusia etos kerja, etos ekonomi, dan etos
 Membangun persaudaraan dan ilmu pengetahuan.
keadilan. Tauhid yang mengendalikan
keseimbangan. (Syahrin, : 75)
Makna kalimat laa ilaaha illa Allah dan
konsekwensinya dalam kehidupan

Kalimat La Ilaha Illa Allah menempati posisi sentral dalam setiap


kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Di dalam kalimat
tersebut ada pernyataan, persaksian, sumpah, dan perjanjian atau
komitmen terhadap tauhid yang diucapkan secara lisan (taqrir bi al-
lisan), diyakini dalam hati (tashdiq bi al-qalb), dan dibuktikan dengan
amal seluruh anggota badan ('amal bi al-arkan). (Syahrin, : 74)

Kalimat La ilaaha Illa Allah adalah sebuah kalimat yang berfungsi


sebagai pintu gerbang bagi seseorang yang hendak masuk Islam,
sekaligus kunci untuk membuka surga. La ilaha illa Allah adalah
persaksian pada tauhid yang akan melahirkan ketinggian derajat
manusia baik jasmani, rohani, akhlak, intelektual, serta
membebaskannya dari penghambaan terhadap sesama manusia.
Untuk mencapai itu semua, kalimat La Ilaha illa Allah
tersebut harus memenuhi beberapa syarat:

 Adanya pengetahuan yang dapat menghilangkan


kebodohan.
 Adanya penerimaan yang dapat menghilangkan
penolakan.
 Adanya keyakinan yang menghilangkan keraguan.
 Adanya keikhlasan yang menghilangkan kemusyrikan.
 Adanya kejujuran yang menghilangkan kebohongan.
 Adanya kecintaan yang menghilangkan kemarahan dan
kebencian.
 Adanya kepatuhan yang menghilangkan pengingkaran.
Perkara Yang Dapat Membatalkan Kalimat
la ilaha illa Allah

 Beramal untuk selain Allah;


 Memberikan hak perintah dan larangan kepada
selain Allah;
 Memberikan ketaatan kepada selain Allah;
 Berhukum selain dari dan bertentangan dengan
kehendak Allah;
 Meninggalkan keyakian atas keesaan Allah
 Menyembah dan beribadah kepada selain Allah; dan
 Mempersekutukan Allah.
 Al-Nafyu artinya peniadaan, yakni penegasan
tentang tidak adanya sesembahan yang haq
selain Allah
 Al-Itsbat artinya penetapan, yakni
menegaskan bahwa hanya Allahlah satu-
Allah “siapa yang mengingkari taghut”
satunyaFirman
sesembahan yang haq.
adalah makna dari “La ilaha” atau prinsip al-nafyu
sebagai rukun yang pertama. Sedangkan firman
Allah “dan beriman kepada Allah” merupakan
makna dari rukun kedua yait, yaitu “illa Allah”
sebagai prinsip al-itsbat.
SYARAT-SYARAT KALIMAT TAUHID “LA ILA HA
ILLA ALLAH”
Secara umum syarat-syarat itu ada tujuh, yaitu:
 Al-‘Ilm, yang menafikan al-jahl (kebodohan)

 Al-Yaqin, yang menafikan al-syak (keraguan)

 Al- Qabul (menerima) yang menafikan al-radd


(penolakan)
 Al-Inqiyad (patuh), yang menafikan al-tark
(meninggalkan)
 Al-Ikhlas (bersih, suci) yang menafikan syirik dalam
amal.
 Al-Shidqu (jujur), yang menafikan al-kidzbu (dusta)

 Mahabbah (kecintaan) yang menafikan baghdla’


(kebencian)
Macam-macam tauhid
“Tawhid al-Rububiyyah”

Secara syar’i bernakna iman kepada Allah sebagai


pencipta, penguasa, pengatur segala urusan yang ada di
alam semesta, menghidupkan dan mematikan dan hal-hal
yang termasuk perkara taqdir, dan menetapkan hukum
alam (sunnatullah).
Tawhid rububiyyah meliputi keimanan terhadap hal-hal
sebagai berikut:
Iman kepada perbuatan Allah secara umum: seperti
mencipta, memberi rezki, menghidupkan dan mematikan,
penguasa dan sebagainya.
Iman kepada qadha dan qadar Allah.
Iman kepada keesaan Dzat-Nya.
“Tauhid Al-Asma’ wa al-Sifat”

Pengertian Tauhid Al-Asma’ wa al-Sifat adalah penetapan dan


pengakuan yang kokoh atas nama-nama dan sifat Allah yang
luhur berdasar petunjuk Allah dalam al-qur’an dan petunjuk
Rasulullah SAW dalam sunnahnya.

Sifat-sifat Allah yang banyak jumlahnya itu terbagi menjadi dua


bagian, yaitu:
Sifat dzatiyah yaitu sifat yang senantiasa melekat pada DzatNya,
tidak terpisah dari DzatNya, seperti al’ilm (ilmu), al-qudrah
(kuasa)
Sedangkan sifat fi’liyyah, yaitu sifat yang diperbuat Allah jika ia
berkehendak. Seperti bersemayam di ‘arsy, turun ke langit dunia
dispertiga akhir dari malam, untuk menjawab doa-doa orang yang
melakukan shalat malam, dan datang pada hari kiamat.
“Tauhid Uluhiyyah”

Uluhiyyah berasal dari kata al-Ilah, yang artinya sesuatu yang


disembah (sesembahan) dan sesuatu yang ditaati secara
mutlak. Dan kata Ilah ini diperuntukkan bagi sebutan
sesembahan yang benar (haqq).

Tauhid uluhiyyah tidak akan wujud kecuali dengan dua


dasar sebagai berikut:
Menjalankan semua macam ibadah hanya kepada Allah,
bukan kepada yang lain.
Ibadah yang dijalankan harus sesuai dengan perintah dan
larangan Allah.
Tauhid sebagai landasan bagi segala aspek
kehidupan

Dalam QS. an-Naas: 1-6 disebutkan pembagian tauhid dalam tiga


aspek, yaitu:

Pertama

Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam penciptaan, pemeliharaan,


pengaturan rezeki, dan kepemilikan. Orang yang bertauhid dalam kategori ini di
dalam dirinya akan tumbuh kesadaran atas karunia Allah yang diungkapkan dengan
rasa syukur. Tauhid rububiyah ini sebagai landasan bagi setiap muslim untuk
bersyukur sebab Allah lah yang menciptakan, memelihara, menjamin rezeki dan
memiliki manusia.
Kedua

Tauhid mulkiyah adalah mengesakan Allah sebagai satu-satunya pemimpin, pembuat


hokum dan pemerintah. Tauhid mulkiyah ini menjadi landasan operasional bagi
setiap muslim untuk bertingkah laku, karena ketika Allah menciptakan manusia,
dia telah menciptakan cetak biru (blueprint) bagi mereka di dalam al-Qur'an as-
Sunnah sebagai peedoman hidup agar menjadi muslim yang kaffah.
Ketiga

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam peribadatan dan penyembahan.


Tauhid uluhiyah merupakan muara dari tauhid rububiyah dan mulkiyah. Tauhid
uluhiyah menjadi landasan bagi seluruh amal seorang muslim, karena kepada
Allah sajalah harusnya muslim itu menyembah.
Bagi orang yang memiliki tauhid Allah swt memberikan
jaminan berikut ini:
 Hurriyah, yaitu jiwa yang bebas dan merdeka (al-
An'am: 82)
 Thuma'ninah, yaitu hati yang tenang (al-A'raf: 96)

 Hayat thayyibah, yaitu kehidupan yang baik (an-Nahl:


97)
 Barokah, yaitu berkah yang melimpah (al-A'raf; 96)

 Jannah, yaitu masuk surga (Yunus:25-26)

 Mardhatillah, yaitu memperoleh ridha Allah (al-


Bayyinah: 8) (Asegaf: 234)
Urgensi Tauhid
Sikap tauhid sesungguhnya merupakan
fitrah manusia, tetapi persentuhan
dengan dunia luar, yakni budaya,
terutama dimensi symbol, bisa
memperkuat atau sebaliknya
meluluhlantakkan nilai-nilai tauhid
tersebut.
 Manusia terlalu mengagungkan akal sehingga baik
secara langsung maupun tidak mencoba mengganti
Tuhan dengan akalnya.
 Manusia kurang menggunakan akal sehingga mudah
tertipu oleh kekuatan-kekuatan semu (pseudo-forces)
yang menjerumuskan ke dalam takhayul, bid'ah, dan
khurafat.
 Manusia terlalu membesar-besarkan kehidupan duniawi
sehingga lalai akan kehidupan kekal di akhirat
 Manusia terlalu mengejar kehidupan material sehingga
melalaikan kehidupan spiritual
 Manusia memiliki kemampuan menciptakan simbol-
simbol baru dan menganggapnya sebagai kemajuan
sehingga lalai dari symbol-simbol ketauhidan yang murni.
faktor-faktor yang memperkuat nilai-nilai
ketauhidan

 Sikap selalu memperbaharui  Sikap hati-hati dalam ibadah


syahadat sehingga orang yang dan ada rasa khawatir bahwa
bersangkutan terjaga dari nilai ibadahnya masih jauh dari
perbuatan-perbuatan yang sempurna.
mengarah pada kesyirikan.  Sikap tawakkal yang tidak
 Sikap tidak mudah terpengaruh menenggelamkan pertimbangan
oleh situasi yang cepat berubah akal sehingga tidak terpuruk ke
dan menjanjikan hasil yang dalam sikap fatalistic.
cepat.  Sikap menyadari kelemahan
 Sikap asyik dalam beribadah sendiri sebagai manusia,
sehingga membentuk pribadi terutama akibat godaan hawa
yang kokoh, tidak mudah nafsu, sehingga senantiasa
tergoda oleh pesona kehidupan memohon pertolongan Allah.
duniawi. (Zaki, :34)
“Filsafat Ketuhanan”

H. Khairul Anam, SH., M.Kes


Pengertian Filsafat Ketuhanan
Dilihat dari segi bahasa, filsafat adalah bentuk kata arab yang
berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang merupakan
kata majemuk. Philo berarti suka/ cinta, dan sophia berarti
kebijaksanaan (Hamzah Ya’kub, 1984 : 11).
Filsafat ketuhanan (teori filsafat) adalah hikmah (kebijaksanaan)
menggunakan akal pemikiran dalam menyelidiki ada dan Esa
Nya Tuhan.

Falsafah yang paling tinggi adalah falsafah tentang Tuhan,


sebagaimana dinyatakan Al Kindi : “Falsafah yang termulia
dan tertinggi derajatnya adalah falsafah utama, yaitu ilmu
tentang Yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi
segala yang benar (Harun Nasution, 1978 : 15).
Filsafat Ketuhanan dan Agama

Adanya hubungan antara filsafat Agama mengajarkan manusia


ketuhanan dengan agama, yakni untuk mengenal Tuhannya atas
adanya saling isi mengisi dan dasar wahyu (kitab suci) yang
melengkapi. Keduanya terdapat kebenarannya dapat diuji dengan
persamaan dasar, yakni sama- akal pikiran. Sebaliknya filsafat
sama membahas masalah ketuhanan mengajarkan manusia
ketuhanan. Perbedaan antara mengenal Tuhan melalui akal
filsafat ketuhanan dengan pikiran semata-mata yang
agama terdapat dalam sistem kemudian kebenarannya didapati
yang dipergunakan. sesuai dengan wahyu (kitab suci).
HIKMAH MEMPELAJARI FILSAFAT
KETUHANAN

Seseorang yang mempelajari ketuhanan


dapat terhindar dari taklid buta dan
sebaliknya bersifat kritis, sehingga
keimanannya kepada Tuhan bukan hanya
atas dasar agama, melainkan keimanan
yang didukung oleh kekuatan rasio.
Pembuktian adanya Tuhan dengan pikiran

Suatu nikmat yang ada dalam diri manusia


adalah akal pikiran yang membuatnya melebihi
makhluk-makhluk lainnya yang ada di muka bumi.
Dengan akal pikiran itulah manusia dapat mencapai
kemajuan yang bertangga-tangga dan merubah
wajah dunia. Tetapi manusia tidak hanya merasa
puas dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya dalam bidang kebudayaan, tetapi juga
mencari kemajuan dalam nilai-nilai kerohanian yang
dijadikannya sebagai pegangan hidup.
MENGETAHUI JALAN-JALAN PIKIRAN PARA FILOSOF

Dengan mempelajari filsafat ketuhanan ini pula dapatlah diketahui sistem


dan metode para ahli pikir (filosof) yang jujur yang mempunyai arah
yang sama dalam mencari Tuhan. Mereka kadang-kadang menempuh
jalan yang berbeda, tetapi akhirnya sampai ke tempat tujuan dengan
kesimpulan yang sama : Tuhan Ada dan Maha Esa.
Membuahkan ketaqwaan yang bernilai tinggi

Keimanan orang yang berilmu tidaklah sama dengan keimanannya orang


yang buta hati. Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an QS. Az Zumar : 9:
yang artinya:

“ Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-


orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran “ ( QS. Az Zumar : 9 ).

Dari tingkat inilah akan memancarkan ketaqwaan yang bernilai tinggi.


Tetaplah firman Allah dalam Al Qur’an QS. Al Fathir : 28 yang Artinya :
“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun “ ( QS. Al Fathir : 28 ).
Filsafat ketuhanan penunjang agama

Seperti telah diutarakan dalam uraian terdahulu


tentang persamaan antara filsafat ketuhanan dan
agama, yang sama mengajarkan adanya Tuhan
Yang Maha Esa, meskipun berbeda jalan yang
ditempuhnya, namun menunjukkan bahwa filsafat
ketuhanan dapat dijadikan sebagai penunjang
dalam memperkuat kedudukan agama.

“Filsafat yang harus ditolak dalam Islam adalah yang


mengarah kepada penentangan aqidah tauhid.
Sedangkan filsafat yang sejalan dengan wahyu, tidak
perlu ditolak, bahkan dapat dijadikan sebagai penunjang
yang memperkuat akar agama.”

Anda mungkin juga menyukai